Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ada janji, ada demonstrasi

Rapim pdi di kopo, bogor, memutuskan pak harto dan try sutrisno sebagai calon presiden dan wapres. di luar rapim ada kelompok muda yang kecewa dan protes. guruh gagal dicalonkan.

23 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANAS di luar, adem di dalam. Itulah suasana rapat pimpinan khusus Partai Banteng di Wisma DPR Kopo, Cisarua, yang berakhir Rabu pekan lalu. Di dalam ruang sidang tak ada debat atau tarik urat. Semua mulus dan lancar. ''Santai saja. Cuma, kalau keluar ruangan, kami pasang muka serius,'' seloroh Alex Asmasoebrata, ketua PDI Jakarta. Bersidang dua hari di udara sejuk, seperti diramalkan sebe- lumnya, PDI akhirnya mencalonkan Soeharto untuk presiden, dan Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Usulan paket ini akan dibawa ke Sidang Umum MPR Maret nanti. Di luar pagar tempat Rapim yang dirantai erat-erat, ''suhu'' lebih panas. Sekitar 300 mahasiswa, pelajar, dan pemuda dari Jakarta, Bogor, Bandung, dan Garut melakukan unjuk rasa di depan pintu, Senin pagi lalu. Puluhan poster dibeber dan isinya menuntut PDI menyiapkan calon presiden selain Soeharto. Bunyi sebuah poster: ''Dicari Presiden Baru ....'' Anak-anak muda yang memilih nama gerakan Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) ini mengaku sebagai pendukung PDI yang ke- cewa karena PDI toh menjagokan Pak Harto. ''Terus terang saya kecewa, dibohongi. Tega-teganya rakyat dieksploitasi untuk kepentingan penambahan kursi,'' kata Pius Lustrila- nang, 24 tahun, mahasiswa FISIP Unpar Bandung, yang memimpin aksi itu. Maka, ''PDI sebaiknya dibubarkan saja. Saya mengimbau elemen-elemen PDI yang kecewa keluar dan bergabung dengan kami membentuk kekuatan lain,'' ujar mahasiswa jurusan hubungan internasional ini. Pius dan gerakannya mencoba masuk tempat sidang menemui pe- ngurus PDI, tapi aparat keamanan mencegahnya. Ketika tak ada kata sepakat, gerakan 300 orang itu pun mulai ditindak. Polisi antihuru-hara mengusir mereka dengan tendangan dan pukulan. Beberapa orang cedera ringan. Seorang mahasiswa Universitas Pakuan, Bogor, terpaksa dirawat di rumah sakit. Aparat keamanan memulangkan para ''demonstran'' ini dengan truk, sebagian ke Bogor dan lainnya ke Jakarta. Pius dan beberapa rekannya sempat dimintai keterangan. Senin sore, datang lagi 40 mahasiswa yang mengatasnamakan Kesatuan Pergerakan Mahasiswa Bandung (KPMB). Ternyata, KPMB ini juga dipimpin Pius, yang menjabat sebagai presiden. Seperti halnya aksi Aldera, KPMB juga menuntut PDI men- calonkan selain Soeharto. Aksi ini pun tertambat di pintu pagar. Yang juga ''nyangkut'' di pintu masuk tempat Wisma DPR Kopo itu adalah Sophan Sophiaan, artis dan sutradara film, anggota DPR dari PDI. Putra tokoh PNI Manai Sophiaan ini akhirnya hanya menyerahkan tanda tangan 19 anggota Fraksi PDI -- dari 85 anggota fraksi itu -- yang mencalonkan Soerjadi sebagai presiden. Ketika PDI tetap muncul dengan nama Soeharto, Sophan protes. Dia menyematkan pita hitam di lengan kemejanya. Dan pertama kali itu dilakukan suami artis Widyawati ini pada ulang tahun ke-40 Guruh Sukarno Putra, Rabu pekan lalu, beberapa jam setelah Rapim usai. Pita hitam itu akan dipakainya sampai usai Sidang Umum MPR. ''Ini tanda berkabung, demokrasi sudah mati,'' katanya. Barangkali yang dimaksud Sophan adalah demokrasi di PDI. Karena, praktis suara orang muda di PDI yang menghendaki ca- lon selain Soeharto tak terwakili di rapat pimpinan itu. Guruh sendiri tak diundang, karena dia memang bukan termasuk pimpinan pusat atau daerah. Dan pencalonan Guruh sebagai presiden hanya menjadi catatan kecil PDI. Di dalam ruang sidang, 26 daerah mendukung Soeharto. Hanya Kalimantan Selatan yang mencalonkan Guruh sebagai presiden, di samping Soerjadi dan Menteri Rudini. Selain oleh Kal-Sel, kabarnya Guruh juga dicalonkan oleh Bali, Lampung, dan Sumatera Selatan. Maklumlah, anak muda yang masih membujang itu dianggap berhasil menggaet suara pemilih muda dalam pemilu lalu. Di Bali, contohnya, tampilnya anak bungsu Bung Karno dan Fatmawati itu membuat kursi PDI melonjak dan salah satu kursi wakil ketua DPRD I diraih PDI. Pangab Try Sutrisno dicalonkan oleh semua daerah untuk wakil presiden. Nama arek Suroboyo itu meluncur tanpa debat. Dan PDI-lah yang pertama kali memunculkan nama calon wakil pre- sidennya. Yang menarik, 11 daerah ingin Soerjadi maju sebagai calon presiden. ''Saya ini orang Jawa. Demi Allah, saya tak pernah bicara mau dicalonkan,'' katanya. Agaknya, wakil ketua DPR/MPR yang pada 1986 ditunjuk Pemerintah memimpin PDI ini sudah berhitung cermat. Kalau dia maju menandingi Pak Harto, bisa jadi itu bukan langkah yang menguntungkan buat Kongres PDI tahun ini untuk memilih ketua umum. Apalagi Januari ini ia akan disidang atas kasus penculikan dua bekas aktivis PDI yang menghadirkannya sebagai saksi untuk terdakwa Alex Asmasoebrata. Guruh Sukarno, yang gagal jadi calon presiden dari PDI, mengaku tak kecewa. ''Ini kelemahan demokrasi. Hasil rapim ini, saya pikir ada sesuatu di baliknya yang mengatur agar aspirasi tak muncul. Tapi saya selalu siap jika diberi kesempatan jadi presiden,'' kata pemimpin perusahaan showbiz PT Gencar Semarak Perkasa ini. Akankah PDI kehilangan massa lima tahun lagi? ''Massa mencintai PDI. Percayalah, tak ada yang akan meninggalkan PDI. Kalau ada yang kecewa, kembalikan saja kartu anggota,'' kata Soerjadi. Bisa benar, bisa sebaliknya. Yang jelas, rakyat makin kritis, termasuk soal janji-janji. Kalau tak ada janji, mana mungkin ada demonstrasi. Toriq Hadad, Indrawan, Bambang Sujatmoko, dan Ahmad Taufik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus