Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Agar Brimob Tak Kalah Tempur

Polisi Brigade Mobil memakai seragam loreng seperti tentara. Pengadaannya tanpa tender.

24 November 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang berbeda dalam perayaan ulang tahun Brigade Mobil ke-69 di Markas Komando Brigade Mobil Depok, Jawa Barat, pada Jumat dua pekan lalu. Delapan batalion, atau 5.600 personel, yang mengikuti upacara tak memakai seragam hitam atau cokelat seperti yang selama ini mereka kenakan. Mereka memakai seragam loreng.

Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman, yang memimpin upacara, sejak hari itu polisi Brimob akan kembali ke seragam loreng. "Kami sudah mengkajinya secara menyeluruh dan mempelajari pengalaman selama ini," ucapnya.

Sutarman menuangkan perintahnya itu dalam Surat Keputusan Kepala Polri Nomor 748/IX/2014 pada 23 September lalu. Seragam loreng, kata Sutarman dalam surat itu, digunakan untuk kegiatan khusus, seperti upacara, latihan gabungan bersama tentara, serta penumpasan penjahat di hutan dan pegunungan. "Idenya dari Brimob Papua dan Sulawesi Tengah," ujarnya.

Ide menyeragami Brimob dengan baju loreng terbit sejak tahun lalu. Kepala Korps Brimob Inspektur Jenderal Robby Kaligis lalu membuat kajiannya pada Januari. Baru pada Mei kajian rampung dan dipresentasikan di depan Kepala Polri. Sutarman lalu meminta staf ahlinya membahas usul tersebut.

Latar belakang Brimob kembali loreng adalah pengalaman sepuluh tahun terakhir pasukan elite polisi ini berhadapan dengan banyak teror. Menurut Kepala Humas Polri Komisaris Jenderal Ronnie F. Sompie, sejak polisi berpisah dari Tentara Nasional Indonesia pada 1998, dengan seragam baru mereka kerap kerepotan saat menumpas penjahat.

Di pegunungan Poso dan Papua, menurut Ronnie, para anggota Brimob kalah bertarung dengan teroris karena seragam mereka gampang dikenali. Strategi operasi buyar karena pakaian mereka mencolok di tengah hutan yang hijau. "Jadi seragam loreng untuk penyamaran," dia menegaskan.

Seragam loreng pertama kali dipakai polisi dalam Operasi Mandala di Papua pada 1962. Seragam itu ditanggalkan pada 1998 ketika Polri-TNI dipisahkan sesuai dengan semangat pengamanan dan perlindungan masyarakat sipil. Tentara kembali ke barak dan mengurusi medan perang, sementara polisi mengurusi masyarakat.

Ronny menampik jika pemakaian kembali seragam loreng disebut sebagai kemunduran dan mengembalikan gaya polisi secara militeristis. "Akan kami kaji penggunaannya," ucapnya.

Setelah perintah Sutarman itu terbit, bagian prasarana menyusun desain dan memesannya. Pembuatnya adalah PT Sri Rejeki Isman, yang lebih dikenal sebagai Sritex. Ini perusahaan garmen besar di Solo yang langganan membuat seragam tentara dari pelbagai negara. "Kami diminta membuat seragam dalam waktu cepat," ujar Alexius dari bagian pemasaran Sritex.

Sejak Orde Baru, kata Alexius, perusahaannya sudah menerima pesanan pembuatan seragam Brimob, bahkan sejak pasukan baret biru ini masih memakai seragam loreng. "Jadi desainnya sudah ada." Warna loreng Brimob hijau muda dipadu cokelat dan kuning, sementara kombinasi loreng tentara cokelat dan hitam.

Harga satu seragam lengkap Rp 440 ribu. Total anggota pasukan Brimob dari lima kesatuan di seluruh Indonesia kini sekitar 34.600 orang. Alexius mengaku lupa berapa banyak seragam yang ia buat untuk pesanan pertama di hari ulang tahun Brimob.

Inspektur Jenderal Robby Kaligis tak bersedia menjelaskan lewat telepon ihwal penunjukan Sritex. Ketika dikontak, ia sedang di Batam, mendamaikan pasukan Brimob yang bentrok dengan pasukan tentara Batalion Infanteri 134. Ronnie F. Sompie memastikan pengadaan seragam loreng sudah sesuai dengan prosedur, meski tak melalui tender.

Rusman Paraqbueq, Robby Irfani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus