Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM dalam Tragedi 1965. Salah satunya adalah rekonsiliasi. Sayangnya upaya tersebut masih terhalang hingga saat ini karena beberapa pihak masih resisten dalam melakukan upaya rekonsiliasi Tragedi 1965.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu pihak yang hingga saat ini masih resisten terhadap upaya rekonsiliasi Tragedi 1965. Dilansir dari tempo.co, TNI masih resisten karena kuatnya doktrin antikomunisme dalam tubuh TNI yang masih tertanam hingga saat ini. Kendati demikian, proses rekonsiliasi harus tetap berjalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sosok Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), dinilai beberapa pihak sebagai orang yang tepat dalam upaya rekonsiliasi Tragedi 1965.
Alissa Wahid, putri mendiang Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mengungkapkan bahwa Agus merupakan orang berunsur militer yang memiliki pikiran terbuka.
"Ini terefleksikan bagaimana Pak Agus melihat tragedi 1965 dan rekonsiliasinya. Berpikiran terbuka yang menyeluruh sebagai seorang pelaku sejarah," ujar Alissa Wahid seperti dikutip dari antaranews.com, 26 Agustus 2021.
Agus merupakan salah seorang penggagas simposium nasional "Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" yang diadakan pada 2016. Acara tersebut merupakan ajang pelurusan sejarah 1965 yang pertama kali diinisiasi langsung oleh pemerintah.
Dengan adanya simposium nasional tersebut, publik diharapkan tahu mengenai pendapat-pendapat yang berbeda mengenai Tragedi 1965. "Tidak usah ditutupi. Jadi, semua harus tahu, mau ke mana kita mencari solusi," ucap Agus seperti dikutip dari tempo.co, 27 April 2016.
Kehadiran sosok Agus Widjojo mampu membawa harapan akan rekonsiliasi Tragedi 1965, terutama berkaitan dengan kesediaan militer untuk terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut. Ia adalah lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 1970.
Dilansir dari lemhannas.go.id, sebelum menjabat sebagai Gubernur Lemhannas, Agus sempat menjadi Perwira dalam International Commission for Control and Supervision di Vietnam tahun 1973, dan dalam Kontingen Indonesia untuk United Nations Emergency Force II di Sinai, Timur Tengah pada tahun 1975.
Sebelum pensiun pada 2003, Agus sempat mengemban tugas sebagai Kepala Staf Teritorial Panglima TNI dan sebagai Wakil Ketua MPR Fraksi TNI/POLRI. Agus juga tercatat mengantongi gelar akademik dari beberapa universitas luar negeri.
Agus Widjojo meraih gelar Master bidang Military Art and Science dari U.S. Army Command and General Staff College, bidang Keamanan Nasional dari U.S. National Defense University, dan bidang Administrasi Publik dari George Washington University.
BANGKIT ADHI WIGUNA