Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti politik Saiful Mujani menilai kemungkinan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk menaikkan suaranya di 2024 lebih berat dibandingkan dua nama lain. Yaitu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar atau Gubernur DKI Anies Baswedan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saiful yang juga pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) ini menyebut kualitas kognisi atau kesadaran pemilih pada Prabowo rendah, lantaran sudah tiga kali ikut Pemilu Presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menuturkan semua pemilih tahu Prabowo. Tapi, kata dia, karena Menteri Pertahanan ini tidak pernah menang sekalipun, maka kognisi publik pada Prabowo kurang positif dibanding calon yang belum terbukti kalah, seperti Ganjar dan Anies.
"Tingkat kesukaan pemilih pada Prabowo lebih rendah dibanding pada Ganjar maupun Anies," kata Saiful saat dihubungi, Sabtu, 23 April 2022.
Kalau tingkat kognisi sudah maksimal tapi kualitasnya rendah, kata Saiful, maka menjadi sulit untuk mengubah pemilih pada seorang calon. "Lebih mudah meyakinkan pemilih yang masih tabularasa (belum tahu, masih kosong) dari pada pemilih yang sudah berisi tapi isinya negatif," kata Saiful.
Kemungkinan Prabowo sulit untuk menaikkan suara ini awalnya disampaikan saat paparan hasil survei terbaru SMRC pada Kamis, 21 April. Survei menemukan hasil persaingan ketat akan muncul ketika dilakukan head to head antar beberapa pasangan.
Pertama, pasangan Prabowo-Puan Maharani melawan Anies Baswedan-Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono aias AHY. Kedua, pasangan Prabowo-Ketua DPR Puan melawan Ganjar-Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Persaingan ketat terjadi karena selisih suara antara pasangan ini di bawah margin of error dalam survei yaitu sekitar 3,12 persen. Sehingga dengan pola seperti ini, Saiful menyebut belum bisa diperkirakan pasangan mana yang akan unggul.
Di sisi lain, Prabowo, Ganjar, dan Anies adalah tiga nama calon yang selama ini menempat urutan teratas elektabilitas dalam berbagai survei.
Selain soal kognisi, Saiful juga menyebut pemilih Prabowo kurang inklusif. Dalam dua kali pemilihan presiden atau Pilpres kekuatan Prabowo bertumpu pada mobilisasi kelompok yang cenderung bernuansa politik Islam atau berpolitik dengan sentimen Islam.
Sementara pemilih islam secara umum cenderung nasionalis atau setidaknya netral dalam polarisasi Islam-nasionalis. Walapun Prabowo bukan tokoh Islam, kata Saiful, tapi membiarkan mobilisasi atas nama Islam membuat basis dukungan terpolarisasi. "Termasuk pada lelompok Islam sendiri," ujarnya.
Kecenderungan bertumpu pada segmen Islam politik ini juga kian berat kalau Anies juga maju karena didukung oleh basis pemilih yang sama. Sehingga, pemilih Islam bisa terbelah kalau keduanya sama-sama maju, ada yang ke Anies dan ada yang ke Prabowo.
Faktor inilah yang juga membuat Prabowo lebih berat ke depannya untuk menaikkan suara. Ke depan Saiful juga memprediksi segmen pemilih Islam politik yang selama ini jadi tulang punggung Prabowo, akan lebih mendukung Anies.
Sehingga dari ketiga nama ini, Saiful menilai Prabowo akan semakin berat ke depannya. Anies punya segmen kurang inklusif, tapi kognisinya di pemilih lebih positif. Sementara, Ganjar Pranowo punya segmen pemilih yang lebih inklusif dan kognisinya juga positif. "Karena itu ke depan kalau Ganjar jadi calon, hambatannya lebih sedikit dibabding Anies apalagi Prabowo," kata Saiful Mujani dari SMRC.