Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Anies: Penyandang Disabilitas Harus Mendapat Ruang yang Cukup untuk Berkarya

Bakal calon presiden, Anies Baswedan mengatakan penyandang disabilitas tuli dalam berkarya menggunakan matanya untuk mengekspresikan sesuatu.

25 Agustus 2023 | 05.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bakal calon presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR, Anies Baswedan saat ditemui di kawasan TIM, Jakarta Pusat, Kamis, 24 Agustus 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden, Anies Baswedan mengatakan, negara harus memberikan ruang yang cukup bagi penyandang disabilitas untuk berkarya. "Kita perlu menyaksikan lebih banyak lagi karya mereka, karena perspektif yang digunakan penyandang disabilitas pasti berbeda, yang tidak dapat dimiliki mereka yang bukan penyandang disabilitas," kata Anies dalam forum Merajut Persatuan di Taman Ismail Marzuki, Kamis, 24 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan Anies ini menjawab pertanyaan Muhammad Fauzi, dosen di Universitas Esa Unggul, Jakarta. Fauzi, penyandang disabilitas tuli, atau biasa disebut Teman Tuli, bertanya bagaimana ia dan kelompoknya dapat dianggap sebagai masyarakat budaya. 

Anies: Teman Tuli Mengekspresikan Karya dari Semesta yang Menghidupinya

Anies mencontohkan, Fauzi, seorang Teman Tuli yang juga menggeluti bidang fotografi ini dapat memotret dalam perspektif yang tidak dimiliki masyarakat lain. "Fauzi ini doktor. Dia menciptakan fotografi orang tuli yang berbeda dengan orang yang biasa dilihat. Dia gunakan semesta yang menghidupinya," kata Anies. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Anies, Teman Tuli dan juga penyandang disabilitas talinnya dapat mengekspresikan pengalaman yang mereka miliki. "Teman Tuli itu mengekspresikan karya dari matanya yang bekerja lebih banyak (untuk menggantikan indera pendengarannya)," kata Anies. 

Muhammad Fauzi, Teman Tuli Pertama yang Meraih Gelar Doktor di Indonesia

Dikutip dari lama esaunggul.ac.id, Muhammad Fauzi adalah Teman Tuli sejak berusia empat tahun ketika sakit dan mendapatkan vonis dokter pendengaraannya tidak dapat kembali normal. Sejak itu, selama 30 tahun hingga sekarang, ia hidup dalam kesunyian. Ia berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan bahasa bibir. 

Fauzi pada Juni lalu merampungkan studi doktoralnya di ISI Surakarta dan mengundang Anies sebagai salah satu pengujinya. Ia menjadi penyandang disabilitas tuli pertama di Indonesia yang meraih gelar doktor.

Muhammad Fauzi mengekspresikan kesunyiannya dalam karya fotografi menawan. Pada Januari 2020, Muhammad Fauzi meggelar pameran tunggal Seni Fotografi Asta. Kata asta yang berarti tangan untuk menggambarkan gaya berkomunikasinya yang menggunakan tangan sebagai bahasa isyarat. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus