Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Antara tugas dan cinta

Dubes AS di Indonesia paul d. wolfowitz dikabarkan akan mendapat tugas baru setingkat dirjen di pentagon. ia terlanjur cinta dengan indonesia. istrinya akrab dengan seni budaya indonesia.

4 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGAN George Bush, presiden baru AS, sampai pula ke Indonesia. Setidaknya ke Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Ia undang Paul D. Wolfowit, Duta Besar AS di Indonesia, agar pulang ke Washington DC. Diplomat yang pernah mendaki Gunung Merapi dan banyak senyum ini dikabarkan mendapat jabatan baru. Menurut harian internasional terkemuka The International Herald Tribune, Wolfowitz akan didudukkan setingkat dirjen di kementerian pertahanan AS (Pentagon). "Ini adalah jabatan setingkat dirjen yang paling penting," kata Bruce Van Voorst, wartawan senior majalah Time yang meliput Pentagon. Tugas Wolfowitz nanti menyusun kebijaksanaan dalam bidang pengawasan persenjataan, strategi militer, dan bantuan luar negeri. Pria 45 tahun ini tampaknya memang cocok dengan jabatan kunci yang mengkoordinasikan kegiatan kementerian pertahanan, luar negeri, dan dewan keamanan nasional AS. Dulu, sebelum diangkat menjadi dubes di Jakarta, Maret 1986, Wolfowitz adalah pembantu menlu urusan Asia Timur dan Pasifik. Titik terpenting dalam posisi yang dijabatnya selama empat tahun itu adalah Filipina. Wolfowitz dianggap berperanan penting dalam mengubah sikap Presiden Reagan yang mulanya mendukung Marcos. Setahun sebelum rezim Marcos jatuh, doktor ilmu politik lulusan Universitas Chicago ini telah berkampanye agar AS tak mendukung diktator Filipina itu. Di bidang persenjataan nuklir dan strategi militer, Wolfowitz boleh dibilang kenyang pengalaman. Ia pernah menjadi wakil pembantu menteri pertahanan, pembantu khusus SALT (perjanjian pembatasan senjata strategis), direktur kantor Badan Pengawasan dan Perlucutan Senjata. Sebelum terjun ke pemerintahan, pria kelahiran New York ini sempat menjadi asisten guru besar ilmu politik di Universitas Yale. Adalah ketika menjadi dosen ini, pada 1973, ia mendapat penawaran bekerja di pemerintahan. Mulanya ia menolak. Tapi Direktur Badan Pengawasan Perlucutan Senjata yang mengajaknya itu ternyata pandai membujuk. "Dia bilang bagaimana kau bisa mengajar ilmu politik tanpa pernah punya pengalaman kerja di pemerintahan," tutur Wolfowitz kepada majalah Matra. Akhirnya Wolfowitz tak cuma terbujuk, bahkan kemudian asyik di pekerjaan barunya, sampai-sampai bisa bekerja rata-rata 70 jam seminggu. Sebagai diplomat, ia berbakat. Dengan cepat ia akrab dengan orang dan kalangan. Dengan Jenderal A.H. Nasution, umpamanya. Ia pun diundang berceramah di Muhammadiyah, dan berkunjung ke berbagai pesantren. Kegesitannya juga terbukti. Wolfowitz bisa tiba-tiba hadir di tempat yang tak terduga, misalnya di pabrik rokok Gudang Garam, Kediri, Jawa Timur. Adapun istrinya, doktor di bidang studi Indonesia, bisa tiba-tiba muncul dan menari Jawa di Keraton Solo. Clare, yang pernah tinggal di Indonesia sebagai pelajar American Field Service (AFS), menaruh perhatian khusus pada kebudayaan Jawa. Singkat cerita, Wolfowitz (dan istri) segera menarik (dan tertarik) berbagai kalangan. Ia bermain tenis dengan para pejabat tinggi dan tokoh masyarakat lainnya. Ketika pekan lalu ia mendapat panggilan ke Washington, kakinya masih terpincang-pincang akibat terkilir ketika main tenis. Tentang panggilan itu sendiri belum ada kabar resmi. "Kami belum dapat memastikan jabatan baru Duta Besar Wolfowitz," kata juru bicara Kedubes AS di Jakarta, James Ellickson Brown. "Lagi pula Duta Besar pernah menyatakan keinginannya untuk memperpanjang masa tugasnya di Jakarta," tambah Brown. Agaknya memang masih harus ditunggu jawaban diplomat ini terhadap masalah "antara tugas dan cinta".BHM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus