Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tanggal 18 Maret, Indonesia merayakan Hari Arsitektur sebagai wujud penghormatan kepada profesi yang telah berperan penting dalam pembangunan dan penataan kota di negara ini. Meskipun asal usul penetapan hari ini belum banyak dibahas, catatan sejarah menunjukkan bahwa peringatan Hari Arsitektur Nasional telah tercatat di Perpustakaan Nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Francis DK Ching mengartikan arsitektur sebagai integrasi ruang, bentuk, teknik, dan fungsi. Sementara itu, Arsitek Indonesia Mangunwijaya menggambarkan arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya), yang mengacu pada ilmu bangunan, termasuk tata bumi, tata gedung, dan tata lalu lintas (dhara, harsya, yana).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsitektur adalah bidang seni dan ilmu yang terlibat dalam merancang bangunan. Secara luas, arsitektur mencakup perencanaan dan pembangunan lingkungan binaan dari level makro seperti perencanaan kota, desain perkotaan, arsitektur lanskap, hingga level mikro seperti desain bangunan, desain perabotan, dan desain produk. Konsep arsitektur juga mencakup hasil dari proses perancangan tersebut.
Asal-usul Hari Arsitektur Nasional
Profesi arsitektur di Indonesia diwakili oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), yang didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1959. Tiga tokoh utama dalam pendirian IAI adalah Friederich Silaban, Mohammad Soesilo, dan Lim Bwan Tjie, bersama dengan 18 arsitek muda yang merupakan lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB pada tahun 1958 dan 1959.
Tiga tokoh senior arsitek yang mendirikan IAI adalah F. Silaban, arsitek Mohammad Soesilo, dan arsitek Lim Bwan Tjie, bersama dengan 18 arsitek muda yang merupakan lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB pada tahun 1958 dan 1959.
Dalam dokumen pendirian berjudul "Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat", terdapat tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar, serta dasar-dasar pendirian persatuan arsitek yang terkandung di dalamnya.
Dilansir dari ft.unwir.ac.id, istilah "arsitektur" pertama kali dikenal pada sekitar abad ke-1 SM. Marcus Vitruvius Pollio (88 SM - 26 SM), yang kemudian dihormati sebagai "Bapak Arsitektur," memperkenalkan istilah tersebut melalui karyanya yang berjudul De Architectura.
Namun, pada dasarnya, sejak awal perkembangan manusia, konsep arsitektur telah ada, dengan pemahaman bahwa arsitektur melibatkan perencanaan dan perancangan lingkungan binaan.
Pengaruh arsitek di Indonesia dapat terlihat melalui berbagai bangunan bersejarah yang tersebar di seluruh wilayah. Baik itu museum, peninggalan sejarah seperti candi, maupun monumen peringatan bersejarah yang ada di Indonesia. Sampai saat ini, bangunan-bangunan bersejarah dengan ragam gaya arsitektur tetap berdiri kokoh dan menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang berkunjung.
Dilansir dari portal.asahankab.go.id, beberapa arsitek terkenal di Indonesia meliputi Y.B. Mangunwijaya, Ridwan Kamil, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, dengan salah satu karyanya yang terkenal yaitu Museum Tsunami Aceh. Selain itu, terdapat Friedrich Silaban dan beberapa arsitek lainnya yang juga berperan dalam perkembangan arsitektur di Indonesia.
SUKMA KANTHI NURANI | ANANDA BINTANG PURWARAMDHONA
Pilihan editor: Mengintip Masjid Cetak 3D Pertama Dunia di Arab Saudi