Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DI balik pantalon dan kemeja biru donker, tubuh laki-laki itu kurus dan rapuh. Di usia 65 tahun, matanya tak lagi awas, tangannya bergetar ketika mengajak Tempo bersalaman di ambang pintu kantor Indonesian Migrant Workers Union di Rotterdam, Belanda. "Wilhelmus, panggil saja begitu," kata laki-laki asal Jawa Barat itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo