Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Belasan kepala keluarga warga suku Tengger Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke rumah kerabatnya usai kejadian banjir dan longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan ada sebelas rumah warga Desa Ranupani rusak ringan hingga berat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Kedaruratan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Lumajang Joko Sambang mengatakan sebelas kepala keluarga terdampak mengungsi di kediaman kerabat mereka. "Rumahnya kosong. Sejumlah ternak sapi diungsikan dekat Balai Desa. Terdapat sepuluh balita, tujuh Lansia, satu ibu hamil, dan sepuluh anak sekolah," kata Joko Sambang, Ahad pagi, 9 Oktober 2022 kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Joko menyebutkan ada sejumlah kebutuhan mendesak yang perlu segera dipenuhi antara lain terpal, paket kebersihan, paket tambahan gizi, lauk pauk dan makanan siap saji, peralatan masak, sembako, paket dewasa atau lansia, paket rekreasional balita, paket belajar, air mineral, peralatan mandi dan obat-obatan.
"Ada dapur umum yang juga telah disiapkan di rumah ketua rukun warga setempat," kata Joko menambahkan.
Membersihkan material dan lumpur
Ia juga mengatakan pembersihan jalan dari material longsoran menggunakan alat berat telah selesai dilakukan sore kemarin dan dilanjutkan dengan kerja bakti warga. Ada empat unit alat berat yang digunakan untuk mempercepat penananganan diantaranya satu unit loader BPBD, dan dua unit eskavator serta satu unit doser milik Dinas Pekerjaan Umum.
"Kondisi jalur sudah dapat dilewati kendaraan roda dua dan roda empat. Tapi masih licin. Kerja bhakti akan dilanjutkan pada hari ini," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir banda dan longsor menerjang warga Suku Tengger di Desa Ranupani, Jumat malam kemarin, 7 Oktober 2022. Banjir bandang disertai lumpur itu merusak sejumlah rumah warga serta bagian belakang pura.
DAVID PRIYASIDHARTA