Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengebut penelitian pada sejumlah material hasil erupsi freatik Gunung Merapi yang sepanjang Mei 2018 ini intens terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penelitian material itu untuk mengetahui gejala atau tanda, apakah peningkatan erupsi freatik ini benar-benar mengarah pada letusan magmatik yang menjadi tingkat letusan paling berbahaya dari Merapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami sedang teliti terus sejumlah material abu dari letusan freatik itu, apakah mengandung material baru atau tidak yang bisa menjadi penanda arah ke fase erupsi magmatik,” ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso ditemui di kantornya, Rabu, 23 Mei 2018.
Agus menuturkan, dari penelitian maraton yang dilakukan BPPTKG itu pihaknya hanya ingin menemukan apakah sudah ada material berupa mineral gelas. Material yang dihasilkan dari erupsi freatik itu ada beberapa kriteria untuk dikategorikan sebagai mineral gelas.
“Mineral gelas ini biasanya mencerminkan adanya material baru yang asalnya dari magma yang baru. Kami sedang cari kandungan mineral itu saat ini,” ujarnya.
Agus menuturkan erupsi freatik gunung berapi memiliki dua kemungkinan. Sebagai siklus biasa atau menuju fase magmatik. Sebab sepanjang Mei ini dimulai tanggal 11 hingga 23 Mei, Merapi setidaknya sudah mengalami lima kali erupsi freatik. Status Merapi pun telah dinaikkan dari normal menjadi waspada per 21 Mei 2018.