JANGAN kaget kalau melihat sejumlah tamu penting dalam upacara penobatan HB X nanti diantar-jemput mobil mewah BMW. Kendaraan itu bukan milik keraton Yogya. Itu milik Toyota Astra Motor, salah seorang "sponsor" dalam acara itu. Iklan, dan logo sejumlah perusahaan, nantinya memang akan masuk istana Yogya, dan memeriahkan penobatan raja Mataram itu. Secara resmi. Upacara penobatan Mangkubumi sebagai HB X, rupanya, mendatangkan pesona tersendiri bagi sejumlah pengusaha Jakarta. Perusahaan Iklan Matari Adv., misalnya, kini berpasangan dengan PT Suma Internasional, anak perusahaan Astra Motor, untuk menangani dokumentasi pada pesta agung itu. Matari, Selasa pekan ini, memberangkatkan 120 pekerja proyek itu ke Yogya. Sebagian besar awak perusahaan Matari sendiri. Kelompok ini akan segera sibuk menangani bermacam-macam urusan: membuat film, rekaman video, memotret, menyiapkan barang cetakan, menyiapkan cindera mata, atau memasang peralatan untuk jaringan televisi terbatas (close circuit television). Matari dan Suma tampaknya tak ingin berbuat setengah-setengah. Sutradara terkenal Ami Priyono direkrut dan mendapat tugas sebagai sutradara, selama pembuatan film berlangsung. Matari berniat membuat 4 macam film: tentang upacara penobatan HB X, sejarah keraton, soal pariwisata Yogya, dan campuran dari ketiganya. Tugas membuat rekaman video diserahkan oleh Matari kepada IPM, perusahaan yang bergerak di bidang kehumasan serta rekaman video. Kendati baru diminta oleh Ken Sudarto, presiden Matari, sepekan lalu, IPM segera mengatakan oke. Bahkan pagi-pagi, IPM sudah pasang ancer-ancer untuk menjual hasil rekamannya seharga Rp 850 ribu per kaset. Dalam waktu pendek itu, IPM ternyata telah sempat menawarkan hasil rekaman yang bakal diperolehnya di Yogya itu kepada media asing. "Sudah ada permintaan dari BBC, televisi Jerman, dan Visnews," tutur Maria, pimpinan IPM. Pada proyek ini, Matari hanya mengatur soal teknis pekerjaan di lapangan. Masalah modal dan keuangan menjadi tanggung jawab PT Suma, di mana Mangkubumi duduk dalam dewan direksi. Sampai pekan ini, Suma telah berhasil menjaring dana sekitar Rp 300 juta dari sponsor. Kalau kurang? "Suma yang akan menutupnya," ujar Ken Sudarto. PT Suma sendiri tak punya target keuntungan. "Pekerjaan ini membawa prestise tersendiri," ujar Tony Suryo, Direktur Utama Suma. Dengan hadirnya investor swasta ini, suasana jumenengan HB X memang bakal berkembang dengan gaya terserdiri. Di alun-alun Utara Keraton, misalnya, akan terpasang 30 unit layar monitor. Khahlyak bisa menyaksikan jalannya upacara didalam tembok keraton lewat TV umum itu. Sementara itu, belasan pesawat TV lainnya, dipasang di dalam tembok keraon. Perangkat sirkuit TV itu hasil pinjaman dari Mitsubishi, salah satu sponsor. Soponsor lain, seperti Pepsi-Cola, Sari Ayu, PT Jarum Kudus, Nano-Nano Konimex (permen),dan Indocafe (kopi) akan mengirimkan produknya sebanyak 5.000 kemasan, secara gratis, untuk dihadiahkan kepada para tamu. Khusus buat Sari Ayu, perusahaan ini akan menyediakan kosmetika buat make up para dayang keraton. Souvenir juga akan dibagikan kepada para tamu. Ada piring pajangan, ada cangkir kopi, atau stiker. Tentu saja, semuanya ada gambar logo sang sponsor dan lambang HB X. Akan pula dibagikan buku-buku kecil, berisi petunjuk praktis tentang etika bertandang ke keraton. Para sponsor itu tidak mengadakan hubungan langsung ke keraton. Mereka mengirimkan dana dan produknya lewat Matari-Suma. Di luar sumbangan barang, "Para sponsor itu rata-rata membayar Rp 30 juta lebih," kata Ken Sudarto. Sebagai imbalan, mereka boleh nampang pada siaran TV terbatas itu, menyelingi acara dari istana. Hasil-hasil rekaman oleh tenaga-tenaya profesional itu semuanya akan diatur oleh Matari-Suma. Tapi Matari sendiri tak berniat cari laba. "Kalau ada untung dari penjualan dokumentasi, 100 persen akan masuk keraton," ujar Ken Sudarto. Bos Matari ini juga menolak anggapan bahwa pihaknya memonopoli peliputan penobatan HB X. "Hak tunggal tetap dipeganga keraton," ujarnya. Ia juga membantah bahwa perusahaan televisi Jepang, NHK. akan memonopoli peliputan televisi acara itu. "Mereka memang ditawari, tapi menolak," katanya.PTH dan Yudhi Soerjoatmodjo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini