MALAM belum begitu larut. Baru sekitar pukul 22.00. Namun, buat Iwan Fals dan Nicky Astria, saat berpisah rupanya sudah tiba. Maka, "Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...," berdua mereka menyelesaikan bait terakhir lagu itu. Lalu salam perpisahan diucapkan. Lampu-lampu yang menyinari panggung setinggi dua meter itu pun dipadamkan satu per satu. Tapi di bawah panggung, di lapangan parkir timur Senayan, Jakarta Selatan, Jumat malam pekan lalu, penonton yang ditaksir puluhan ribu orang rupanya masih ingin "bermesraan" dengan sang penyanyi pujaan ini. Mereka berteriak gemuruh, "Iwan... Iwan... Iwan...," meminta Iwan terus menyanyi untuk mereka. Banyak di antaranya lantas berebutan merangsek maju ingin mendekati Iwan di atas pentas. Penyanyi berusia 27 tahun ini rupanya sudah capek. Tapi melihat gelagat penonton yang mulai tak tertib, ia mencoba kembali menghibur mereka. Ia nyanyikan bait terakhir lagu Padamu Negeri. "Bagimu negeri, jiwa raga kami ...." Penonton di barisan depan ramai-ramai bernyanyi mengikuti Iwan. Namun, begitu Iwan berhenti, teriakan-teriakan menggemuruh lagi, dan dorong-mendorong terjadi pada lautan massa itu. Mula-mula sandal. Lalu sepatu. Kemudian batu, kaleng-kaleng minuman, dan botol plastik, ramai beterbangan menuju pentas. Suasana kacau balau. Tiba-tiba Iwan Fals melompat turun panggung dan berusaha menerobos kerumunan penonton di belakang panggung. Tentu saja ia tak berhasil dan terkurung oleh puluhan penggemarnya. Untung, sejumlah polisi segera menolongnya. Dengan selamat Iwan dilarikan ke Pos Polisi Senayan, tak jauh dari tempat itu. Puluhan penggemar masih terus berkerubung di depan pos itu. Sementara itu, di parkir timur, penonton mulai bubar dengan kesal. Banyak di antaranya menunggu bis umum di Jalan Gatot Subroto, di depan Balai Sidang Senayan, yang di saat seperti itu sudah mulai jarang lewat. Mereka rupanya makin kesal. Kebetulan, sebuah minibus yang meluncur di jalan itu menyerempet kerumunan orang itu. Seorang dari kerumunan orang itu terjatuh, luka di kepala dan bahu kirinya. Tak jelas siapa yang memberi komando, orang ramai itu segera menyeret pengemudi mobil itu dan menggebukinya ramai-ramai, sampai babak belur. Dari bagian belakang kepalanya darah bercucuran. Entah atas inisiatif siapa pula, pemuda malang ini, yang konon berasal dari Ciputat, Tangerang, dibawa ke pos polisi tadi. Iwan Fals, yang bersembunyi di situ, sempat memberi minum dan memijat anak muda malang ini. Tak lama korban dilarikan ke rumah sakit, sedang Iwan sendiri pulang ke rumahnya di Condet, Jakarta Selatan, dengan taksi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Tapi rupanya kerusuhan belum berakhir. Soalnya, massa menjungkirbalikkan minibus tadi. Mobil itu lalu dibakar. Massa rupanya tambah beringas. Kerusuhan antimobil segera meletus. Setiap mobil yang melintasi daerah itu lantas ditimpuki dengan batu. Setidaknya 10 mobil malam itu jadi korban, ringsek, kebanyakan dengan kaca-kaca yang pecah kena batu. Pertunjukan yang berakhir dengan huru-hara ini disebut "Djarum Super Show 1989". Perusahaan rokok kretek itu memang menjadi sponsor acara ini. Tapi pertunjukan musik di arena terbuka ini berlangsung secara gratis. Ini merupakan cara baru Iwan Fals untuk mempromosikan album barunya -- hampir semuanya lagu ciptaannya sendiri -- yang berjudul Mata Dewa, bersama Airo Stupa, produser kasetnya. Popularitas Iwan Fals belakangan memang makin menanjak. Sebagai penyanyi ia mulai dari bawah, sebagai penyanyi jalanan. Putra Kolonel (Purn.) Harsoyo ini sempat mengamen di Pasar Kaget, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia kemudian dikenal karena lagu-lagunya yang berisi kritik sosial: soal PHK, gelandangan, pelacur, kelaparan, atau korupsi misalnya Demokrasi Nasi dan Guru Oemar Bakri. Pengalaman mengamen rupanya melekat di benak Iwan. Maka, promosi album barunya ini, menurut Virgiawan Listantyo (inilah nama lengkapnya Iwan panggilannya, dan Fals julukan untuk suaranya yang khas, serak itu), adalah semacam mengamen dalam bentuk lain. Ia merencanakan untuk mengunjungi 100 kota di Indonesia selama setahun ini, mengadakan show gratis. Pengunjung yang datang dan tertarik akan membeli albumnya. "Saya datang, lantas orang yang senang pada saya membeli kaset saya. Kan seperti pengamen saja," katanya pada Ardian Taufik Gesuri dari TEMPO. Dari setiap albumnya yang terjual, Rp 300 akan disumbangkan Iwan pada panti jompo atau yatim piatu, dan itu dilaksanakannya melalui Yayasan Khairun Nisa di Jakarta. Kenapa sampai terjadi kerusuhan? "Tampakny mereka belum puas. Tapi bagaimana lagi, kemampuan saya menyanyi paling banter dua jam," jawab Iwan Fals. Pada malam itu Iwan memang membawakan tak kurang dari 14 lagu. Sebelum ini, 3 Desember yang lalu, di Teater Mobil Ancol, Jakarta, Iwan juga mengalami nasib yang sama. Ia dipaksa penonton terus menyanyi. Setelah ia tak mampu, sandal, botol, dan kaleng minuman berhamburan pula ke atas pentas. "Mungkin penonton Ancol itu sudah jenuh terus-terusan mendengar musik keras dan jadi emosional," kata Iwan. Pada acara itu, sebelum Iwan, lebih dulu muncul penyanyi-penyanyi rock seperti Gito Rollies, Nicky Astria, dan Bangkit Sanjaya. Ketika Mick Jagger tampil di Stadion Utama Senayan Oktober tahun lalu, huru-hara juga terjadi. Sebagian penonton yang tidak bisa menonton karena harga karcis yang mahal, mengamuk. Puluhan mobil ringsek. Entah kenapa, yang jadi sasaran amukan penonton selalu mobil. Tapi kerusuhan pertunjukan Iwan Fals pekan lalu itu, menurut pihak kepolisian, bukan karena semacam kecemburuan sosial atau panasnya suara gitar listrik dan penyanyi yang menjerit memekik. "Awal dari kerusuhan itu adalah kecelakaan lalu lintas. Bukan akibat pergelaran musik rock itu," kata Letkol. Latief Rabar, Kadispen Polda Metro Jakarta Raya.Amran Nasution, Bachtiar Abdullah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini