Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TANGERANG
AKSI gusur ternyata bukan hanya ada di jalanan. Di DPRD Tangerang, ketua dan wakilnya juga "digusur" oleh anggota dewan. Ketua DPRD Kota Tangerang dan tiga wakilnya dinyatakan demisioner oleh rapat paripurna yang dihadiri 37 anggota (4 pimpinan dewan dan 3 anggota Fraksi TNI/Polri tidak hadir), Senin pekan lalu. Empat pimpinan DPRD yang dinyatakan demisioner adalah Ketua Gian Sugiarsono (dari Fraksi PDI Perjuangan), dan tiga wakilnya, Burhanudin (Fraksi Partai Amanat Nasional), Krisna Gunata (Fraksi Golkar), dan Ayat Sudayat (Fraksi TNI/Polri).
Sebagai pengganti, rapat paripurna yang sesuai dengan tata tertib DPRD Kota Tangerang itu akhirnya menetapkan Ridwan E. Anhar (Fraksi Madani) dan Iskandar Zulkarnaen (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan), anggota tertua dan termuda, sebagai pimpinan sementara.
Aksi "penggusuran" itu merupakan ujung dari protes anggota dewan terhadap sikap pimpinan DPRD yang menyetujui pembebasan lahan untuk pembangunan sistem pengendalian Sungai Ciliwung-Cisadane. Padahal, proyek itu ditentang warga. Hingga Jumat, Gubernur Jawa Barat belum bersedia menemui dewan pimpinan DPRD yang baru itu, yang bermaksud "melapor".
TEGAL
BEKAS Wali Kota Tegal, Jawa Tengah, Kolonel (Purn.) TNI M. Zakir, dituntut hukuman satu tahun enam bulan penjara dan denda Rp 10 juta, Kamis pekan silam. Pria berusia 60 tahun ini juga diharuskan mengembalikan sisa uang negara Rp 73 juta lebih. Jaksa penuntut umum, Yusuf Supardi, menuduh bekas wali kota itu korupsi selama berkuasa pada 1994-1999.
Salah satu tuduhan untuk alumni Akademi Militer Nasional tahun 1965 dan bekas Komandan Kodim Tegal itu adalah menjual tanah milik Dinas Pengairan, yang digunakan untuk kantor Polsek Tegal Selatan, seluas 1.820 meter persegi. Semestinya, tanah itu gratis, tapi Zakir membuat berita acara fiktif untuk memperoleh dana APBD II Rp 35 juta. Hal itu diakuinya dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tegal.
Zakir, yang dilahirkan di Padangpanjang, Sumatra Barat, pernah diputus bebas pada September tahun lalu. Namun, masyarakat Tegal bereaksi sehingga ia diadili lagi. Kali ini Jaksa Yusuf tak main-main: 32 orangsebagian besar bekas anak buah Zakirdiajukan sebagai saksi. Akibatnya, ia tak bisa lagi mengelak. "Saya sampai stres," ujar Zakir, yang kini tinggal di Bandung.
YOGYAKARTA
GUBERNUR Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, secara simbolis membuka Pasar Malam Perayaan Tradisional Sekaten tahun 2000 di Pergelaran Keraton Yogyakarta, Jumat pekan lalu. Sekaten adalah salah satu acara tradisi tahunan terbesar bagi masyarakat Kota Gudeg. Perayaan kali ini berlangsung sebulan penuh sampai 15 Juni 2000, di Alun-Alun Utara, persis di depan Keraton Kasultanan Yogyakarta.
SURABAYA
TAK semua anak laki-laki seperti Mochamad Charis Firismanda alias Ais Basofi, 32 tahun. Setelah lolos dari tuduhan pesta shabu-shabu di Hotel Equator pada penghujung tahun lalu, putra kedua bekas gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman itu kembali tersandung perkara kelalaian. Ais sejak Rabu pekan lalu meringkuk di sel tahanan Polisi Wilayah Kota Besar Surabaya gara-gara menabrak mati seorang penjaja minuman pinggir jalan.
Tabrakan terjadi Selasa tengah malam. Ais, yang baru keluar dari diskotek, langsung melaju zig-zag dan kencang dengan jip Wrangler-nya. Sekitar 50 meter dari diskotek itu, di Jalan Embong Malang, ia menabrak Sujono. Massa sekitar langsung bereaksi. Ais dipukuli. Untung saja, polisi segera datang dan langsung membawanya ke kantor polisi. Ais sempat syok ketika mendengar korbannya tewas. "Aku telah membunuh orang," teriaknya sambil meraung-raung.
Polisi menduga Ais teler. Karena itu, polisi melakukan tes urine di laboratorium forensik Polri cabang Surabaya untuk membuktikannya. Kalau terbukti mabuk akibat minuman alkohol, hukumannya bisa tambah berat.
SAMARINDA
TANAH selalu jadi masalah. Sengketa tanah kali ini berlangsung di pedalaman Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Masyarakat setempat yang tanahnya dulu "dibeli paksa" oleh PT Kelian Equator Mining (KEM) memblokir jalan menuju tambang emas itu selama 11 hari. Akibatnya, perusahaan itu berhenti beroperasi.
Menurut Ketua Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Tambang dan Lingkungan, Pius F. Nyompe, pemblokiran jalan yang dilakukan rakyat pemilik tanah sekitar pertambangan ini sejatinya buntut masalah lama. Rakyat tidak puas terhadap PT KEM, yang pada awal 1990-an "memaksa" penduduk menjual tanahnya dengan harga Rp 180 per meter persegi. "Kalau ada yang tak mau menjual, tanahnya dirampas dan uang ganti rugi dititipkan ke Pengadilan Negeri Tenggarong,'' kata Pius. Padahal, warga setempat sudah menambang emas di situ sejak 1948.
Kamis pekan lalu, setelah polisi menangkap Pius dan beberapa penggeraknyaPT KEM juga bersedia berunding kembali soal ganti rugiblokade diakhiri. Pemilik tanah yang menuntut ganti rugi Rp 100.000 per meter ingin bertemu pemimpin perusahaan pertambangan yang 90 persen sahamnya dimiliki PT Rio Tinto itu untuk berunding.
Sampai sekarang perundingan masih terus dilakukan, dan perusahaan tambang yang mempekerjakan lebih dari seribu orang itu sudah bisa beroperasi kembali. "Kami gembira dengan perkembangan yang ada. Kami tetap berkomitmen menyelesaikan dengan segera melalui dialog," kata Presiden Komi-saris PT KEM, Noke Kiroyan. Akibat berhentinya pekerjaan tambang itu, menurut Kepala Humas PT KEM, Kasan Mulyono, perusahaannya rugi Rp 27,8 miliar.
SUMBAWA BESAR
SITUASI Kota Sumbawa Besar, Nusatenggara Barat, memanas. Sekelompok orang bersenjata tak dikenal menyerang mahasiswa yang sedang melakukan aksi mogok makan di depan Gedung DPRD setempat. Menurut harian lokal Sumbawa Ekspres, insiden yang terjadi sekitar pukul 10.00 Wita, Senin pekan lalu itu, membuat tiga orang menderita luka bacok dan lima cedera ringan, sementara fasilitas kantor wakil rakyat itu rusak.
Aksi mogok mahasiswa merupakan salah satu bentuk gelombang protes masyarakat yang telah berlangsung sejak Februari silam. Mereka mem-protes pemilihan Bupati Sum-bawa yang diduga diwarnai oleh praktek politik uang sejumlah anggota DPRD.
Akibat penyerangan itu, masyarakat setempat spontan membantu mahasiswa. Penduduk bahkan mulai mempersenjatai diri.
AMBON
KISAH sedih kembali menjemput warga Maluku. Kali ini bukan karena bentrok antarwarga, melainkan teng-gelamnya kapal penumpang Masnait, Ahad pekan lalu. Akibatnya, 48 penumpang tewas dan 62 lainnya masih dirawat di dua rumah sakit di Ambon. Korban diperkirakan terus bertambah, mengingat data tentang penumpang yang simpang-siur.
Kapal yang melayani rute Ambon-Kairatu, Maluku Tengah, itu diduga tenggelam karena kelebihan penumpang. Saat berangkat dari Pelabuhan Gudangarang, Ambon, garis batas muatan yang tertera di badan kapal memang sudah tak tampak. Begitu kapal berlayar, tiba-tiba ombak setinggi dua meter datang menghantam. Kapal langsung oleng, air masuk ke palka. Penumpang panik. Nakhoda sejatinya sudah berusaha kembali ke Gudangarang, tapi terlambat. "Isi kapal sangat penuh,'' kata Sony, salah seorang korban yang tergolek di Rumah Sakit Haulussy, Ambon.
Kepala Syahbandar Ambon, Daud Todingan, membantah dugaan kapal tenggelam karena kelebihan muatan. "Batas muatan normal saat berangkat," katanya. Ketika berangkat, kapal dipenuhi 60 ton semen, 20 ton pupuk, 15 ton beras, dan 18 kendaraan roda empat. Selain itu, meski yang terdaftar hanya 53 orang, kenyataannya jumlah penumpang tiga kali lebih banyak.
Wicaksono, Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo