Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Ratu Cina Sampai J. Holdridge

Seluk beluk dan pasang surutnya hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat sejak 200 tahun yang lalu hingga saat ini.(nas)

23 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENTUHAN Amerika dengan Indonesia sudah tercatat paling tidak sejak 1784, kurang lebih 198 tahun sebelum John Holdridge ditetapkan sebagai Dubes AS yang baru untuk Indonesia, 1982 ini. Waktu itu sebuah kapal berbendera Amerika "The Empress of China" berlayar memasuki Selat Sunda, singah di Jakarta -- Batavia waktu itu dalam perjalanan menuju Canton, Tiongkok. Sejak itu banyak kapal dagang adalah Konsul Amerika pertama yang ditempatkan di Jawa pada tanggal 26 Januari 1802. Konsul demi konsul sesudah Amerika lainnya yang mengangkut antara lain logam, anggur, tembakau, singgah di Jakarta dalam perjalanan ke daratan Tiongkok sambil juga membawa barang dari Jawa dan Sumatera. Semakin meningkatnya hubungan dagang antara Amerika dan Hindia Belanda pada waktu itu mengakibatkan pemerintah Amerika merasa perlu membuka perwakilan dagang dan kemudian konsulatnya di Batavia. Thomas Hewes itu ditempatkan juga di Padang, Semarang, Surabaya bahkan Makasar. Dan perdagangan antara Amerika dan Hindia Pelanda pun terus tumbuh. Tapi hubungan itu tidak selalu tercatat lancar dan manis. Pada 1831, misalnya, sebuah frcgat Angkatan Laut Amerika, Potomac, dikirim ke Kuala Batu di Sumatera untuk "menghukum" rakyat daerah itu. Menurut mereka, orangorang Sumatera itu telah membunuh pelaut-pelaut Amerika, yang dianggap curang dalam berdagang. Ada yang mencatat, inilah petualangan Pasukan Marinir Amerika pertama kali di dunia. Dalam serbuan itu, Kota Kuala Batu dibakar habis. Namun peristiwa itu tidak menghalangi terus tumbuhnya hubungan dalam masa-masa berikutnya, baik dengan Sumatera maupun Jawa. Tahun 1856, ada 38 kapal Amerika yang memasuki Pelabuhan ,Batavia dan menurunkan gandum, tepung, tekstil dan cerutu. Barang Indonesia yang diangkut keluar antara lain kopi, gula, beras, kulit, rotan dan rempah-rempah. AS memasuki perdagangan rempah-rempah pada akhir abad ke-18. Pedagang Amerika membawa lada dan pala serta rempah-rempah lainnya dan menjualnya kembali dengan keuntungan berlipat ganda di Kota Salem, Boston dan New York. Perdagangan rempah-rempah tidak hanya dilakukan dengan Sumatera, yang berlangsung sampai hampir 70 tahun, tapi Juga dengan Kepulauan Maluku. Pada pertengahan kedua abad ke-19, perdagangan antara Amerika dan Kepulauan Indonesia jadi semakin beraneka. Karet, yang sekarang merupakan salah satu hasil terkemuka Indonesia, sudah diekspor ke Amerika sejak awal abad ke-19. Dengan semakin tumbuhnya industri mobil pada akhir abad itu, semakin meningkat pula permintaan akan karet dari Indonesia. Dalam masa ini dimulai juga impor barang-barang Amerika ke Indonesia seperti mesin pengeboran, mesin untuk perkebunan, makanan dalam kaleng, mesin jahit, sepeda, kereta-kuda, mobil dan minyak. Pada awal abad ke-20, sudah terdapat sembilan perusahaan Amerika yang membuka perwakilan di Batavia, termasuk perusahaan minyak Standard Oil, mesin jahit Singer, US Steel dan beberapa perusahaan asuransi. Sumur minyak pertama di Indonesia digali Desember tahun 1871 di Cibodas, Jawa Barat, dengan menggunakan alat-alat pengebor minyak huatan AS. PRODUKSI minyak pertama di Indonesia didasarkan hampir seluruhnya pada pengalaman Amerika. Hal itu dilakukan, pertamatama atas saran seorang ahli teknik pemerintah Hindia Belanda yang pernah melakukan perjalanan keliling ke lapangan minyak di Amerika dalam Falun 1886, dan kemudian hasil upaya dua insinyur dari perusahaan minyak Royal Dutch yang pernah mengunjungi Amerika dalam tahun 1890. Mereka membeli mesin pengeboran dari perusahaan perlengkapan sumur minyak di Pittsburgh, alat-alat penyulingan dari kota yang sama dan seluruh perlengkapan pabrik pengalengan dari New York. Dalam tahun 1893, perusahaan mlnyak Amerika Standard Oil mendirikan agen penjualan minyak Amerika di beberapa tempat di Indonesia, menyesuaikan diri dengan UU Belanda waktu itu. Di Indonesia, American Petroleum mendirikan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) pada tahun 1912. Perusahaan ini berhasil me nemukan sumber minyak pertama di Jawa tahun 1914 di Petak, di barat Cepu, pada 1916 di Talang Akar di Sumatera dan penemuan ketiga di Trembul di Blora, Jawa Tengah. Pada 1928 NKPM menemukan sumber minyak yang cukup besar di Pendopo. Dalam tahun 1925 NKPM mulai membangun pabrik penyulingan di Sungai Gerong. Dalam masa ini, sempat juga terjadi perang dagang antara pemerintah Amerika dan pemerintah Belanda. Perusahaan Amerika merasa dihalang-halangi berkembang di Hindia Belanda, karena itu pemerintah Amerika dengan presidennya Herbert Hoover waktu itu melancarkan balasan dengan mempersulit perkembangan perusahaan Belanda yang beroperasi di Amerika. Perang dagang ini berakhir dengan ditandatanganinya kontrak antara NKPM dan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1928 Di situ NKPM diberi hak konsesi langsung di Indonesia sejak itu partisipasi perusahaan perusahadn minyak Amerika dalam mengembangkan industri minyak di Indonesia terus meningkat. Tidak bisa dipungkiri, perjuangan rakyat Amerika untuk memperoleh kemerdekaannya dari Inggris, sedikit banyak memberi ilham pada perjuangan kemerdekaan Indonesia Pada tahun 1945, misalnya, cuplikan -- pidato Lincoln di Gettysburg dan deklarasi kemerdekaan Amerika dicoretkan besar-besar di gedung-gedung, trem listrik dan rumah-rumah di Jakarta. Semboyan seperti "Pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat," atau ucapan pejuang awal Amerika, "berilah kami kemerdekaan atau mati", terlihat di mana-mana Roeslan Abdulgani mengamati bahwa "slogan pro Amerika lebih banyak terlihat daripada slogan anti Belanda," waktu tentara sekutu mendarat di Jakarta. Harapan yang tinggi akan dukungan Amerika, baik karena sumber alam strategis yang dapat ditawarkannya, maupun kesejajaran ideologi yang diperju.mgkan (kemerdekaan, persamaan, demokrasi), bertabrakan dengan kenyataan polltik luar neKeri Amerika yang sedang membina masvarakat Atlantik dalam suasana perang dingin yang mulai terasa waktu itu. Meski Amerika pada tahun-tahun pertama rcvolusi berusaha bersikap netral, sesekali tampak sikapnya yang condong ke Belanda seperti pernyataan Deplu Amcrika pada akhir tahun 1945, yang mendukung hak Belanda untuk kembali ke Indonesia dan membantu melucuti senjata Jepang. Tetapi pada akhir perang kemerdekaan, tampaknya AS mulai menunjukkan simpatinya pada gerakan nasionalisme di Indonesia. Paling sedikit dua peristiwa yang menyebabkan perubahan sikap Amerika itu, yaitu peristiwa Madium dan Aksi Militer Belanda ke-2. Malam peristiwa Madiun itu, seorang anggota Senat Amerika, Vandenberg Mewawas "Rakyat Indonesia," kata anggota yang angat berpengaruh itu pada April 1949. "Satu-satunya rakyat di bagian dunia itu, yang sampai detik ini dengan sukses telah mengalahkan komunisme Rusia di dalam wilayahnya." Peranan Amcrika dalam Renville, komisi tiga negara dan dewan keamanan PBB, merupakan peranan yang positif yang dapat dicatat dengan tanda plus dalam hubungan Indonesia-Amerika pada masa perjuangan kemerdekaan waktu itu. Hubungan Indonesia-Amerika sesudah kemerdekaan tidak luput dari pasang-surut. Pertengahan 1950, AS menyediakan bantuan di bawah rencana Marshall, yang semula disisihkan untuk bantuan kegiatan Belanda di Indonesia, langsung kepada pemerintah Indonesia. Pada tahun itu juga sebuah misi ekonomi Amerika datang ke Indonesia dan enam bulan kemudian sebuah persetujuan kerjasama ekonomi antara kedua negara ditandatangani. Sejak 1951 perwira militer Indonesia mulai dikirim ke AS untuk belajar, deuikian pula instruktur Angkatan Udara Amerika dikirm ke Indonesia untuh melatih penerbang Indonesia. Bahkan sebelum itu, pada 1950, kurang lebih 60 perwira Angkaran Udara Indonesia dikirim ke Akademi Aeronotika di Taloa, California, untuk belajar terbang. Dua tahun mereka di sana, dan mereka inilah (termasuk Umar Dhani) yang kemudian menjadi inti dari Angkatan Udara RI sesudah kemerdekaan. Tahun 1952 demam politik di Indonesia menunjukkan suhu tinggi akibat persetujuan rahasia antara Menlu Indo nesia Subardjo dan Dubes Amerika Cochran. Di situ dinyatakan Indonesia bersedia menaati UU Amerika Mutual Security Act (MSA). UU ini pada dasarnya mengharuskan para penerima bantuan Amerika untuk ikut serta memperkuat pertahanan 'Dunia Bebas' (Blok Barat). Persetujuan ini dapat tantarlgan keras dari berbagai pihak di dalam negeri Indonesia, sehingga mengakibatkan jaruhnya Kabinet Sukiman. Situasi Indonesia pada tahun 50-an memang tidak menguntungkan hubungan Indonesia-Amerika. Semakin kuatnya pengaruh PKI, peristiwa PRRI/Permesta, menempatkan Amerika dalam kedudukan yang sulit. Bahkan dalam pemherontakan PRRI/Permesta, seorang Warganegara Amerika yang menerbangkan pesawat pemberontak tertembak jatuh di Ambon. Alan Pope, penerbang itu, dikatakan sebagai tentara bayaran dan daIam pemeriksaan pengadilan kemudian, dijatuhi hukuman mati. Tahun 1962, Pope diberi amnesti dan kembali ke AS. Pertengahan pertama tahun 60 bukan pula masa manis bagi hubungan Indonesia-Amerika. Pada masa ini makin mnningkat pengaruh PKI. Di samping itu meningkat pula perjuangan Indonesia untuk merebut Irian Barat dengan kekuatan senjata. Kemudian faktor baru muncul Politik Ganyang Malaysia yang dilancarkan Presiden Soekarno. Keadaan itu semua berpengaruh besar dalam hubungan Indonesia-Amerika. Amerika dapat menghindarkan diri dari kedudukan yang sulit dalam masalah Irian Barat ini, dengan keberhasilan perundingan dengan Amerika, yang diwakili oleh Ellsworth Bunker sebagai pihak ketiga. Perundingan ini didahului oleh kunjungan Jaksa Agung Amerika Robert Kennedy ke Jakarta, yang mendesak Presiden Soekarno agar bersedia menyelesaikan masalah Irian Barat itu bukan dengan cara militer. Penengahan yang dilakukan Bunker ini akhirnya berhasil menghentikan konfrontasi Indonesia-Belanda dan mengalihkan perjuangan ke meja perundingan. Meningkatnya pengaruh PKI pada masa itu telah mengakibatkan meningkatnya perasaan anti-Amerika. Semboyan zaman Jepang, "Amerika kita setrika, Inggris kira linggis" muncul lagi, kantor-kantor USI diobrak-abrik, perpustakaan Amerika di beberapa daerah diduduki dan buku-bukunya dibakar. "Tahun 1963 adalah tahun yang paling t]dak memuaskan dalam hubungan Indonesia-Amerika," tulis Dubes Howard Jones dalam buku memoarnya. Maret 1965, pemerintah Amerika mengumumkan penutupan kantor-kantor USIS-nya di seluruh Indonesia. Dalam bulan itu juga pemerintah Indonesia mengambil alih tiga perusahaan minyak Amerika Stanvac, Caltex dan Pan American Oil, dan perusahaan Ban Goodyear di Bogor. Bulan berikutnya, duapelusahaan lagi diambil-alih: National Chas Register dan National Carbon Company. Lahirnya Orde Baru di awal 1966 dengan sendirinya mengembalikan citra baik AS di Indonesia Apalagi di masa itu pemerintahan Soeharto punya satu sasaran utama memperbaiki ekonomi yang nyaris ambruk di zaman Soekarno. AS serta merta tampil mengulurkan tangan, baik dalam bentuk bantuan maupun mengalirnya modal asing ke sini. Adalah AS pula yang mengambil peranan penting dalam membentuk konsorsium internasional IGGI, yang sidang pertamanya berlangsung di Washington. Zaman baru kedua negara mencapai puncaknya dengan kunjungan Presiden Nixon ke Jakarta pada Juli 1969. Itulah untuk pertama kalinya seorang presiden AS menginjakan kaki di bumi Indonesia Presiden Soeharto membalasnya, kurang lebih setahun kemudian. Lalu, pada akhir Juni 1975, semasa pemerintahan Presiden Gerald Ford, Pak Harto menemuinya di Camp David, dalam sebuah kunjungan tidak resmi. Kunjungan resmi Soeharto ke AS kali ini, dilihat dari suasana hubungan kedua negara yang lagi kurang hangat, tak pelak lagi merupakan suatu kunjungan yang paling menarik. Dan, ternyata berhasil menggugah Washington agar lebih peka terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi Dunia Ketiga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus