Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat Jansen Sitindaon meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menertibkan spanduk bertuliskan "Jangan Pilih Capres Jahat". Spanduk ini sedang ramai dibicarakan karena ditemukan di bilangan Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jansen mengatakan penertiban itu penting demi terselenggaranya pemilihan umum yang damai dan sejuk. "Untuk spanduk-spanduk provokatif terkait pemimpin baik dan jahat yang sudah kadung bertebaran di jalan, kami meminta kepada penyelenggara dan pengawas pemilu untuk segera menertibkannya," kata Jansen melalui pesan kepada Tempo, Rabu, 22 Agustus 2018.
Spanduk yang dimaksud Jansen tersebar di kawasan Jakarta Pusat, di antaranya di jembatan penyeberangan orang (JPO) Kramat Sentiong, kawasan Pasar Senen, dan Cempaka Putih.
Terdapat tulisan berwarna putih yang berbunyi "JANGAN PILIH CAPRES JAHAT" disertai keterangan "Masyarakat Anti Golput" di bawahnya. Di sisi kanan spanduk, terdapat gambar surat suara dengan logo Komisi Pemilihan Umum.
Jansen berpendapat narasi ihwal pemimpin baik dan jahat ini seharusnya dihindari di momen pemilihan presiden ini. Menurut dia, narasi-narasi itu tidak membangun, tetapi justru menimbulkan provokasi, dan menghakimi.
"Karena kita ingin pilpres kali ini sejuk, mari kita jauhkan sumber panas yang tak penting," kata bakal calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Sumatera Utara III ini. Jansen pun enggan mengaitkan pesan dalam spanduk itu dengan pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD beberapa hari lalu.
Dalam acara pembekalan bakal caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Balai Sarbini pada Senin, 20 Agustus lalu, Mahfud berpesan agar tidak golput di pilpres nanti. Dia meminta hak pilih digunakan agar orang jahat tak terpilih.
Jansen tak mau menduga-duga siapa yang dimaksud Mahfud dalam pernyataannya itu. Dia mengatakan pernyataan tersebut tidaklah tepat disampaikan dalam konteks pilpres 2019 ini.
Sebab, orang yang dirujuk oleh pesan tersebut tentulah salah satu di antara dua bakal calon presiden yang ada, yakni Joko Widodo atau Prabowo Subianto. "Saya kira bukan Pak Prabowo orang jahatnya, karena Pak Mahfud sendiri kan pernah jadi ketua tim sukses Prabowo di pilpres 2014," kata dia.
Politikus Demokrat ini melanjutkan, konteks "capres jahat" itu sebenarnya lebih tepat diujikan kepada orang yang sudah atau tengah memimpin pemerintahan saat ini. Kata Jansen, masyarakat dapat menilai kepemimpinan pemerintah saat ini terutama di sektor ekonomi.