BERHARI-hari Soerjadi diserang kanan-kiri. Kendati ia terpojok, upaya penggulingannya itu belum membuatnya keok. Ketua Umum (terpilih) PDI yang kedudukannya kini disengketakan itu tampak ceria ketika menyambut rombongan DPD PDI Timor Timur di rumah dinasnya, di kompleks pejabat tinggi, Kuningan, Jakarta, Kamis malam pekan lalu. Basa-basinya, pimpinan PDI Timor Timur itu mau pamitan. Sejak Kongres IV PDI di Medan berakhir Ahad dua pekan silam, mereka tak langsung mudik. ''Kami menunggu perkembangan,'' ujar Gabriel Da Costa, Ketua DPD PDI Timor Timur. Lantaran tak kunjung ada kepastian mengenai nasib kepemimpinan PDI yang dipilih kongres, Da Costa bersama sejumlah pengurus 13 DPC PDI di seluruh Timor Timur akhirnya memutuskan untuk segera pulang ke kampung. Tapi, sebelum pulang, mereka merasa perlu menggelar kebulatan tekad. ''Kami menganggap Kongres IV PDI di Medan, dan segala keputusannya, sah,'' ujar Da Costa. Karena itu, mereka tetap mendukung Soerjadi kembali memimpin PDI sampai 1998. ''Tak ada alasan bagi kami untuk menarik kesepakatan itu,'' tambah John Lake, Ketua DPC PDI Ainaro. Dukungan terhadap Soerjadi dari Timor Timur ini merupakan kebulatan tekad kedua di hari yang sama. Paginya, Antonius Rahail, Ketua DPD PDI Irian Jaya, dengan mengatasnamakan 25 DPD PDI, menyatakan tetap ingin mempertahankan keputusan Kongres IV. Mereka dengan tegas menolak gagasan Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memed mengenai pembentukan caretaker sebagai pengurus sementara DPP PDI. Kebulatan tekad 25 DPD PDI, yang dirancang selama dua malam di rumah orang kepercayaan Soerjadi, Dimmy Haryanto, di kompleks perumahan DPR RI Kalibata, mencapai kata sepakat setelah tokoh-tokoh PDI dari 25 daerah itu mengikuti kesaksian Ketua Umum PDI (terpilih) tersebut di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin pekan silam. Mereka kelihatan optimistis Soerjadi tak terlibat penculikan Edi Sukirman, anggota Pemuda Demokrat, beberapa waktu lalu. Dukungan 25 dari 27 DPD PDI (yang tidak hadir DKI Jakarta dan Riau) bisa dijadikan petunjuk bahwa kepemimpinan Soerjadi masih berakar di cabang-cabang. Padahal, dua hari seusai Kongres IV, Menko Polkam Soesilo Soedarman menilai forum tertinggi PDI itu berjalan tak wajar. Maka, katanya, Pemerintah akan memberi izin dan bantuan untuk menyelenggarakan kongres luar biasa. Ia juga menganggap Soerjadi gagal memimpin PDI. Selang beberapa waktu kemudian, Menteri Yogie S. Memed turut menggulirkan ide kongres luar biasa PDI. Ia bahkan menyinggung soal perlunya caretaker sebagai pengurus sementara, sekaligus menyiapkan penyelenggaraan kongres luar biasa. Belakangan Yogie mengatakan pula bahwa kepemimpinan PDI vakum. Istilah vakum ini tampaknya sebuah petunjuk bahwa Yogie, sebagai pembina politik, tidak setuju atas terpilihnya kembali Soerjadi. Suara ABRI? Tak jauh berbeda. Sementara itu, entah siapa yang merekayasa, keinginan menggulingkan Soerjadi dari kalangan PDI sendiri juga cukup gencar. Tiga anggota beken Fraksi PDI di DPR Aberson M. Sihaloho, Soetarjo Soerjogoeritno, dan Budi Hardjono ikut mendukung ide Menteri Yogie. Ketiga pesaing Soerjadi di bursa ketua umum PDI minta kongres diulang. Tuntutan serupa disuarakan pula oleh seteru Soerjadi lainnya seperti tokoh- tokoh senior yang tergabung dalam Kelompok 17 dan PDI Peralihan. Tudingan bahwa Kongres IV PDI itu cacat, kalau dicari-cari, cukup beralasan. Sejumlah keputusan lahir tanpa disahkan sidang pleno. Lalu, Soerjadi dipilih secara aklamasi sebagai ketua umum tiga hari lebih cepat dari jadwal yang disepakati dalam tata tertib persidangan. Ketua DPD PDI Jakarta, Alex Asmasoebrata, bahkan telah menyiapkan manuver untuk mengumpulkan ketua-ketua DPD PDI di Jakarta guna beramai-ramai minta Pemerintah turun tangan membentuk caretaker karena Kongres IV PDI dinilainya gagal. Betulkah keputusan yang ditelurkan Kongres IV sebuah cacat yang parah? Kelompok Soerjadi, yang dituduh merekayasa pemilihan ketua umum tadi, menjawab bahwa pleno untuk sejumlah keputusan tak bisa dilaksanakan karena ruang sidang utama diduduki barisan anti-Soerjadi. Sebagai gantinya, utusan cabang telah meneken keputusan itu. Soal Soerjadi terpilih lebih cepat, kata mereka, itu kehendak pleno, yang merupakan forum tertinggi di kongres. ''Jadi, ya boleh saja begitu,'' kata Dimmy Haryanto, yang menyayangkan sikap petugas keamanan yang dianggapnya memberi angin bagi kelompok anti-Soerjadi untuk menduduki ruang sidang. Melihat suara mayoritas DPD PDI masih mendukung Soerjadi, seperti terlihat dari pertemuan Kamis malam pekan lalu, Alex dan kawan-kawannya terpaksa berpikir dua kali. Pertemuan 27 DPD PDI yang dirancang Alex akan dilaksanakan pada 7-8 Agustus terpaksa diundur, tak jelas sampai kapan, karena sampai Sabtu siang pekan lalu tak satu pun utusan daerah yang datang. ''Alex terlalu terburu-buru. Nanti skenario malah rusak,'' kata seorang kawan dekat Ketua DPD PDI Jakarta itu. Lalu, skenario apa lagi yang bakal dimainkan di pentas PDI? Kelompok anti-Soerjadi kabarnya akan membuat suasana sedemikian rupa agar Pemerintah turun tangan membentuk caretaker. Soerjadi, sekalipun tak terang-terangan beraksi, tampak juga sudah pasang kuda-kuda. ''Saya memang di rumah saja, tapi saya tak cuma tidur,'' ujarnya. Putut Trihusodo dan Iwan Qodar Himawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini