Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Ketua Umum Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mengundang secara khusus Duta Besa Bangladesh untuk Indonesia Major General Asmal Kabir dan Indonesian Humanutarian Alliance membicarakan konflik Rohingya yang masih terjadi hingga sekarang. Ia menilai ASEAN, sebagai wadah bagi negara-negara Asia Tenggara, tidak optimal bergerak dalam penyelamatan etnis Rohingya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fadli menyebut ada kecenderungan ASEAN malah menepis dan menutup mata. “Ini menjadi masalah bersama karena terjadi di wilayah Asia Tenggara dimana pelakunya adalah negara Myanmar anggota ASEAN,“ kata Fadli di Kantor DPR, Jakarta, Jumat, 22 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Politikus Partai Gerindra ini juga menyoroti sistem di dalam ASEAN, yaitu konsensus. ”Jadi kalau salah satu dari 10 negara ASEAN ini tidak menghendaki tentang suatu isu maka langsung di-drop. Ini yang kami sayangkan, membuat ASEAN tidak berfungsi dengan baik," ujarnya.
Menurut Fadli, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia harus menggunakan kekuatan politik melalui diplomasi terhadap instrumen ASEAN untuk mengawal dan memastikan terlaksananya Memorandom of Understanding repatriasi yang sudah tercapai.
“Saya berharap pemerintah dapat terus mengupayakan usaha diplomatik di wilayah Asia Tenggara. Seharusnya ada monitoring dari lembaga-lembaga independen. Karena kalau tidak mereka pasti akan melakukan pembantai lagi,” kata Fadli.
Fadli yang baru saja kembali dari kunjungan ke lokasi pengungsian warga Rohingya di Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh juga mengatakan saat ini Bangladesh sudah menerima lebih dari 1 juta pengungsi. Diperkirakan jumlah pengungsi itu masih akan terus bertambah.
“Angka tepatnya sedang dihitung. Yang sudah pasti itu 900 ribu yang sudah teregistrasi, jadi masih banyak yang belum teregistrasi. Jadi diperkirakan 1,1 juta pengungsi bahkan bisa lebih. Dan 500 ribu dari pengungsi itu adalah anak-anak, 30 ribu adalah mereka yang sudah yatim piatu,” kata Fadli.
Dalam kesempatan tersebut, Asmal menyampaikan urgensi yang sama. Dirinya menginginkan kasus Rohingnya dapat diselesaikan secepat mungkin. Sebagaimana yang disampaikan Perserikatan Bangsa-bangsa, menurut dia, kasus Rohingya sudah dikategorikan seperti pemusnahan etnis. Ia mengharapkan bantuan negara-negara ASEAN dalam bentuk diplomasi politik dengan Myanmar dapat mempercepat penyelesaikan kasus ini.