Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Glasnost Di Panti Surya

Resepsi hari nasional Uni Soviet di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta, dihadiri 500 undangan. Membanjirnya tamu pada peringatan ul-tah ke-72 revolusi Soviet, merupakan dampak kunjungan Soeharto ke US.

18 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR setengah jam setelah minuman cocktail diedarkan, Duta Besar Uni Soviet Vladimir M. Semyonov mengangkat gelasnya. "Marilah kita angkat gelas untuk kesehatan Presiden Soeharto dan kesejahteraan bangsa Indonesia", ujarnya. Menhankam L.B. Moerdani, yang malam itu bertindak selaku Menteri Luar Negeri ad interim, membalas dengan mengajak hadirin melakukan toast, "Untuk kesehatan Yang Mulia Ketua Soviet Tertinggi Mikhail Gorbachev dan kesejahteraan rakyat Uni Soviet." Sekitar 500 undangan resepsi Hari Nasional Uni Soviet, yang pada Selasa malam pekan lalu itu menyesaki Panti Surya Ballroom Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta Pusat, pun beramai-ramai mengangkat gelas. Terasa ada suasana yang lain malam itu. Para hadirin pun tampaknya merasakannya. "Resepsi kali ini jauh lebih meriah dari segi jumlah yang hadir maupun pestanya, dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu," ujar Ipik Asmasoebrata, tokoh PDI dari Jakarta. Memang, tak kurang dari enam menteri yang hadir malam itu. Selain L.B. Moerdani, tampak juga Menko Polkam Sudomo, Menko Kesra Soepardjo Rustam, Menpen Harmoko, Mensos Ny. Haryati Subadio, dan Menmud Perdagangan Soedradjad Djiwandono. Kalangan pengusaha pun ikut meramaikan suasana. Ada Ketua Umum Kadin Sotion Arjanggi. Ada Hasjim Djojohadikusumo, bos PT Semen Cibinong. Para pimpinan grup Dharmala dan grup Salim juga muncul. Lalu, juga ada tokoh-tokoh, seperti bekas Menlu Roeslan Abdulgani, dan bekas Menpen B.M. Diah. Pokoknya, malam itu, suasana glasnost menyebar ke seantero sudut Panti Surya Ballroom. Sembari menghirup anggur, para hadirin bisa menikmati caviar yang disajikan. Meriah. Membanjirnya tamu pada pesta peringatan ulang tahun ke-72 Revolusi Soviet itu, tampaknya, merupakan "dampak" kunjungan Presiden Soeharto ke Uni Soviet, September lalu. Rupanya, kunjungan yang sukses itu membalikkan suasana: kini, tak ada masalah dalam hubungan kedua negara, malah hubungan dagang sangat dianjurkan. Malam itu, para pengusaha yang hadir memang tampak berbicara serius dengan para pejabat Kedubes Uni Soviet. "Mudah-mudahan ini pertanda cerah bagi peningkatan perdagangan kedua negara," kata Menmud Soedradjad Djiwandono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus