PENAMPILANNYA perlente. Di lehernya bergelayut kalung emas. Di tangannya juga ada melingkar gelang emas. Belum lagi dua cincin bermata batu mulia berkilauan di jari tangannya. Siapa nyana kalau dia adalah tokoh politik Indonesia saat ini, Brigjen. (Purn.) Harisoegiman, yang sudah delapan setengah tahun menjabat Direktur Jenderal Sosial Politik Departemen Dalam Negeri. Anak Ngawi, Jawa Timur, ini sempat putus sekolah di SMP. Ketika agresi militer Belanda, Hari bergabung dengan Batalyon Tarumanegara Divisi4 Siliwangi dan mendapat pangkat prajurit dua. Kariernya terus meningkat. Ia ditarik ke Bandung sebagai staf Divisi Siliwangi. Pada usianya yang sudah tak muda lagi itu ia mendapat beasiswa TNIAD untuk menyelesaikan pendidikan SMA di Bandung. Tahun 1955, Hari mendapat kesempatan menimba ilmu di Jurusan Pasti Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjadjaran. Hanya dalam lima tahun ia sudah menjadi sarjana. Pangkatnya pun otomatis dinaikkan menjadi letnan satu. Hari kemudian menjadi instruktur di Akademi Militer Magelang. Setelah pecah "Peristiwa Malari", Hari ditarik ke Mabes ABRI, dan setelah itu mendapat kesempatan belajar intelijen di Manila. Tahun 1978 ia menjadi asisten pribadi bidang politik Pangkopkamtib Laksamana Sudomo. Tahun 1983 Hari ditunjuk menjadi Direktur Jenderal Sosial dan Politik Departemen Dalam Negeri. Kalau di rumah, calon jadi anggota DPR untuk Provinsi Jawa Timur itu suka nongkrong menikmati koleksi ayam hutannya yang berjumlah 23 ekor, yang dikumpulkannya dari berbagai pelosok Indonesia. Tentang kabar santer bahwa dia bakal menduduki jabatan Wakil Ketua DPR/MPR dari Golkar, Hari tak berkomentar banyak. "Masih banyak yang di atas saya, dengan pangkat letjen dan mayjen. Saya ini orang yang menghargai senioritas," kata Hari, yang kini juga menjadi Sekretaris LPU. AKS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini