Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia pernah memiliki perdana menteri dalam sistem pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan ini dipegang sepenuhnya oleh presiden untuk bertanggung jawab kepada badan legislatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu ciri dari sistem parlementer menempatkan perdana menteri sebagai sebagai kepala pemerintahan dari suatu negara. Di Indonesia, jabatan perdana menteri pernah dijamin dalam pasal 52 UUD Sementara 1950.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perdana Menteri diangkat langsung oleh Presiden. Mereka ditugaskan untuk menjalani roda pemerintahan dan bertanggung jawab kepada Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) atau Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS).
Perdana Menteri Indonesia dari Sutan Sjahrir sampai Djuanda
Namun, sistem parlementer di Indonesia tidak berlangsung lama. Setelah terbitnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, mulailah diterapkan sistem kabinet presidensial untuk menggantikan sistem parlementer.
1. Sutan Sjahrir
Sutan sjahrir atau dikenal sebagai Bung Kecil lahir pada 5 Maret 1909. Ia merupakan seorang yang menduduki jabatan pertama perdana Menteri di Indonesia.
Berbeda dengan Soekarno yang mampu bekerja sama dengan Jepan. Kiprahnya dinilai kontroversial karena selalu menolak kerja sema dengan jepang. Hal ini ia lakukan demi membuktikan bahwa Indonesia bukanlah negara boneka Jepang.
Ia melangsungkan jabatan perdana menterinta pada Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946), Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946), dan Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 3 Juli 1947).
2. Amir Sjarifuddin
Amir Sjarifudin merupakan perdana menteri kedua yang menjabat pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 29 Januari 1948). Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin terjadi karena kerugian bagi Indonesia akibat penandatangan Perjanjian Renville.
Semasa hidupnya, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan ke-1 (1945-1946) dan Menteri Pertahanan Indonesia ke-3 (1945-1948)
3. Sjafruddin Prawiranegara
Mr. Sjafruddin lahir pada 28 Februaru 1911. Ia merupakan seorang ekonom sekaligus negarawan yang sempat memimpin sebagai Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949. Ia dikenal karena kebijakannya yang terbilang kontroversial, yaitu Gunting Syafruddin dan Sertifikat Devisa.
Selanjutnya: Bung Hatta pernah menjadi perdana menteri?
4. Mohammad Hatta
Dikenal sebagai Bung Hatta, lahir di Bukit Tinggi pada12 Agustus 1902. Sebelumnya, ia merupakan salah seorang yang ikut membantu menyusun kemerdakaan Indonesia bersama Soekarno. Alhasil, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia.
Ia juga menjabat sebagai perdana menteri dalam Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949) dan Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949) pasca revolusi.
Kemudian pada masa parlementer, ia menjabat kembali dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) (20 Desember 1949 - 6 September 1949).
5. Susanto Tirtoprodjo
Lahir di Kota Solo pada tahun 1900, ia pernah menjabat sebagai perdana Menteri dalam Kabinet Susanto (27 Desember 1949 - 16 Januari 1950). Kabinet ini merupakan peralihan dari pembentukan Republik Indonesia Serikatnya Hatta.
Namun, kabinet ini hanya menjalankan tugasnya selama lebih satu bulan saja. Anggotanya pun terbilang sedikit karena sifatnya yang sementara.
6. Abdul Halim
Abdul Halim dikenal sebagai perdana menteri ke-4 Republik Indonesia setelah RIS. Ia menjabat dalam Kabinet Halim sejak 22 Januari 1950 sampai 15 Agustus 1950.
Ia merupakan salah satu lulusan dari Geneeskundige Hooge School, di mana sekarang berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir menjabat sebagai perdana menteri dalam Kabinet Natsir sejak 6 September 1950 sampai 27 April 1951. Ia merupakan seorang pendiri partai politik Masyumi, juga sebagai ulama terkemuka di Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia pada (World Muslim League)
8. Sukiman Wirjosandjojo
Sukiman lahir di Kamung Beton Solo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1898. Dalam karir politiknya, ia pernah diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara pada Kabinet Hatta. Hingga akhirnya ia diangkat sebagai Perdana Menteri ke-6 dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo pada 27 April 1951 sampai 3 April 1952.
9. Ali Sastroamidjojo
Alis Sastroamidjojo merupakan perdana Menteri kedelapan dan kesepuluh pada dua periode yang berbeda. Ia menjabat dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Kabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonegoro/Kabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonegoro-Zainul Arifin)
Kemudian dilanjut pada Kabinet Ali Sastroamidjojo (1 Agustus 1953 - 24 Juli 1955). Terakhir Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Kabinet Ali-Roem-Idham) (24 Maret 1956 - 14 Maret 1957). Sebelumnya, ia juga pernah berpolitik sebagai Ketua Umum dalam Partai Nasional ndonesia.
10. Burhanuddin Harahap
Burhanuddin Harahap merupakan anggota Partai Masyumi yang lahir di Kota Medan. Kemudian, ia menjabat sebagai perdana menteri dalam Kabinet Burhanuddin Harahap 12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956.
Dalam menjalankan tugasnya, ia sangat berbanding terbalik dengan Kabinet Ali Sastroamidjojo. Kebijakan ekonomi yang dibuat Burhanuddin berhaluan liberal selama tujuh bulan masa pemereintahannya.
11. Djuanda Kartawidjaja
Djuanda merupakan salah satu pejuang kemerdakaan sekaligus menjabat sebagai Perdana Menteri ke-10 RI. Ia aktif dalam Kabinet Djuanda dari 9 April 1957 sampai 5 Juli 1959.
Ia dikenal sebagai orang yang mencetuskan Deklarasi Djuanda. Isinya deklarasi tersebut seputar pandangannya terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dan nusantara.
FATHUR RACHMAN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.