Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Yohanes Ande Kalla atau lebih dikenal Joni pemanjat tiang bendera akhirnya dinyatakan lulus seleksi calon Bintara TNI AD 2024 setelah langkahnya sempat berliku. Ia dikenal sebagai bocah asal Nusa Tenggara Timur yang viral memanjat untuk melepaskan bendera merah putih yang tersangkut saat upacara HUT ke-73 RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelulusan Joni sebagai Bintara TNI AD dikonfirmasi oleh Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Inf Agung Udayana. Dia mengatakan, Joni yang dimasukkan dalam kategori seleksi khusus telah mengikuti seluruh rangkaian seleksi Bintara TNI AD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan segala penilaian dan pertimbangan yang dilakukan panitia seleksi, Joni berhasil lulus untuk mengikuti Pendidikan Bintara TNI AD TA. 2024,” kata Agung dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 September 2024.
Yohanes Gama Marschal Lau, atau biasa dipanggil Joni, kembali viral di media sosial. Terkini karena gagal seleksi penerimaan anggota TNI. FOTO/X
Jalan berliku Joni bocah pemanjat tiang bendera lulus seleksi calon Bintara TNI AD
Nama Joni tenar pada 2018 ketika dirinya berhasil menyelamatkan bendera merah putih yang tersangkut saat upacara HUT RI ke-73 di daerahnya. Bocah kelas VII SMP 1 Silawan, Atambua, Flores itu memanjat tiang setinggi 20 meter tanpa gentar demi panji kebangsaan berkibar sempurna. Aksi itu pun membuatnya ramai pujian.
Bahkan para pejabat turut mengapresiasi, termasuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Kepala Negara secara khusus mengundangnya makan siang bersama di Istana Negara, Jakarta. Pada momen itu Jokowi menanyakan cita-cita Joni yang ternyata ingin menjadi tentara. Kala itu Jokowi menjanjikan Joni akan langsung diterima bila mendaftar saat cukup umur.
Lama tak terdengar, enam tahun berselang atau pada Agustus lalu nama Joni kembali mencuat. Ia mendaftarkan diri menjadi prajurit TNI pada 2024 namun ternyata gagal. Merasa janjinya diingkari, Joni membuat pengakuan bagaimana dulu Jokowi menyampaikan iktikadnya. Joni menyinggung perkataan Jokowi yang menyebut dirinya bakal langsung jadi prioritas.
“Langsung dijawab Bapak Presiden ‘sudah langsung daftar saja kamu ke pak panglima, langsung diterima’. Dari situ langsung saya juga bertemu Bapak Panglima TNI dan diprioritaskan untuk masuk tentara,” kata Joni di video yang beredar.
Sayangnya, ternyata tidak ingat dengan Joni. Ketika ditanya oleh wartawan Istana Kepresidenan mengenai bocah pemberani pemanjat tiang bendera itu, Jokowi sempat bertanya balik. “Joni itu siapa? Bendera dipanjat maksudnya?” ucap kepala negara usai kegiatan di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, pada Rabu, 14 Agustus 2024.
Jurnalis kemudian menjelaskan bocah pemanjat tiang bendera yang videonya sempat viral itu. Jokowi diingatkan sempat mengajak Joni ke Istana Negara, Jakarta. Menanggapi itu, Jokowi menegaskan bahwa semua ada regulasinya, termasuk pendaftaran calon anggota TNI.
“Ya semua ada aturannya lah. Serahkan ke Panglima TNI,” kata Jokowi
Adapun alasan Joni gagal saat mengikuti seleksi menjadi prajurit TNI beberapa waktu lalu karena masalah tinggi badan. Menurut Komandan Resor Militer 161 Wirasakti Kupang, Brigadir Jenderal TNI Joao Xavier Barreto Nunes, tinggi badan syarat mutlak menjadi anggota TNI. Sehingga tinggi badannya harus ditingkatkan hingga mencapai 160 cm.
“Tinggi badan Joni 155,8 cm, sehingga masih kurang 4,2 cm,” kata Danrem Joao kepada wartawan, Kamis, 8 Agustus 2024. “Di NTT, syarat tinggi badan normalnya 163 cm, namun jika daerah masuk dalam kategori tertinggal, termiskin dan terbelakang (3T) tinggi badan hanya 160 cm.”
Joni sebenarnya membawa piagam penghargaan ihwal memanjat tiang tersebut. Namun setelah dicek, piagam yang diberikan kepada Joni adalah piagam apresiasi atas jasanya yang telah membantu negara saat upacara HUT TNI pada saat tali bendera putus. Dalam piagam itu tidak ada pesan khusus ihwal prioritas penerimaan Joni. Itulah mengapa Joni tak dikhususkan saat itu.
“Jadi piagam itu hanya ucapan terima kasih, tidak ada memo khusus. Jika ada memo mungkin kami akan pertimbangkan,” katanya.
Joao mengatakan seleksi ini dilakukan secara ketat, karena harus benar-benar memenuhi syarat calon prajutir yang terpilih. Joni dan masyarakat lain, kata dia, punya peluang sama untuk masuk TNI. Masalah tinggi badan Joni ini, Danrem mengaku berusaha membantu untuk menaikkan tinggi badannya.
“Semoga saja masih bisa, karena umurnya sudah 19 tahun. Tadi malam anggota saya sudah melakukan terapi ditarik,” ujarnya.
Teranyar, Joni akhirnya dinyatakan lulus sebagai Bintara TNI AD Reguler dengan kategori Keahlian Tahun 2024 di Bandung. Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Inf Agung Udayana menyebut, kelulusan Joni si bocah pemanjat tiang bendera itu lantaran kegigihannya mengikuti serangkaian tes.
“Didukung bimbingan para pelatih dengan memanfaatkan waktu yang ada, akhirnya dia sampai di tingkat pusat dan dinyatakan lulus,” kata Agung.
Dengan kelulusannya sebagai bintara militer ini, Joni bakal menjadi seorang abdi negara. Hal ini, ujarnya, sesuai dengan cita-cita dan permintaan Joni ke Presiden Jokowi pada 2018. Joni bakal melakukan pendidikan di Rindam IX/Udayana, sesuai dengan asal daerah ketika pendaftaran. Agung mengungkapkan Joni juga bakal bergabung dengan ratusan calon bintara lain yang dinyatakan lulus seleksi.
“Nanti sesuai dengan jadwal pelaksanaan penerimaan calon Bintara TNI AD, Joni bersama 218 orang lainnya akan melaksanakan Upacara Pembukaan Pendidikan Bintara PK TNI AD,” kata Agung.
Sebelum dinyatakan lulus seleksi, pendaftaran Joni sebagai calon Bintara TNI AD sempat ditolak. Hal itu dikarenakan Joni gagal memenuhi salah satu persyaratan, yakni tinggi badan. “Akan tetapi Joni mendapat kesempatan mengikuti rangkaian tes untuk digali potensi-potensi spesifik lainnya,” ucap Agung.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | NOVALI PANJI NUGROHO | YOHANES SEO | DANIEL A. FAJRI