Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kentongan roda bergigi

Kali ini pembukaan muktamar rotary club di desa. antara dipuji dan dicemooh.

27 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UMBUL-UMBUL dari berbagai rupa dan ukuran mewarnai penjuru Desa Tamanrejo, sekitar 35 kilometer di sebelah barat Semarang. Beberapa bus berAC, puluhan mobil mengkilat, seperti Baby Benz dan BMW seri baru, nampang di pinggir lapangan. Sekitar seribu penumpangnya memadati alunalun di jantung Tamanrejo. Di busana mereka tersemat emblem roda bergigi. Desa penuh kebun nangka dan rambutan itu, Sabtu pekan lalu, menjadi ajang pembukaan muktamar Rotary Club Indonesia. Hadir beberapa menteri, pengusaha, dan sesepuh Rotary Club Indonesia, Soedarpo Sastrosatomo, dan Ibnu Soetowo, bekas direktur utama Pertamina. Usai acara sambutan, Menteri Sosial Haryati Subadio memukul kentongan, disusul kentongan kepala desa setempat, dan disambut kentongan bertalutalu yang dipalu penduduk desa. "Pertama kali di Indonesia, bahkan mungkin di dunia, upacara pembukaan muktamar Rotary di alunalun sebuah desa," kata Jaya Suprana, Ketua Umum Rotary Club Indonesia dengan pangkat governor itu. Setelah acara di desa itu, muktamarnya di Hotel Patra Jasa, Semarang, hingga Ahad sore. Kehidupan Rotary Club tak terlepas dari hotel, restoran, dan gedung luks, mengingat anggotanya bukan sembarangan, melainkan punya cap tokoh masyarakat. Anggotanya terdiri dari pejabat, pengusaha, dokter, pengacara, intelektual, dan sebagainya. Rotary, sebagaimana yang dicitacitakan pendirinya, pengacara Paul Harrys, bertujuan mengingatkan para kapitalis dan kaum profesional agar tak rakus mengejar materi, namun perlu pula memperhatikan etika. Mottonya: service above self, bakti tanpa pamrih. Tiap anggota digilir (maka, klub ini disebut rotary) menggelar pertemuan seminggu sekali untuk tukar pendapat atau membahas program kerjanya. Dari Chicago, AS, pada tahun 1905 Rotary Club memancar lebih dari 25.000 klub di 175 negara, dan beranggota sekitar sejuta orang. Markas besarnya di Evanston, Illinois, AS. Tiap klub terdiri dari 20w30 orang. Di Indonesia, Rotary tumbuh sejak zaman Hindia Belanda, dan musnah setelah dibasmi penjajah Jepang. Pada masa Orde Baru pengusaha kondang Hasyim Ning dan Soedarpo Sastrosatomo merintis kembali klub ini, hingga mekar jadi 62 klub dengan 1.600 rotarian. Hadirnya Rotary Club di negara berkembang tak urung mengundang silang pendapat. Keanggotaannya yang terbatas dan umumnya kaya menjadikan orang menyebutnya kelompok eksklusif para kapitalis yang hobi hurahura. Sebetulnya, kegiatan sosialnya mengundang pujian, misalnya membangun sarana umum atau memberi beasiswa. Toh itu juga dicemooh: Rotary dianggap Sinterklas yang mengedrop hartanya untuk orangorang kere. Pada muktamar 1991 di Surabaya, Rotary memancangkan program Rotary Masuk Desa. Tiap klub wajib mengangkat satu desa sebagai binaannya. Beberapa kebutuhan di desa binaan, baik pertanian, peternakan, perdagangan, maupun kesehatan, dipenuhi Rotary Club sebagai ayah angkatnya. Seperti di Tamanrejo, Rotary membangun sumur artesis. "Kami sediakan dana, dan masyarakat menyediakan tenaga kerja," kata Jaya. Dan dengan kekuatan segudang dana, antara lain dari iuran para anggota serta kiriman Rotary Pusat, proyekproyek besar bisa pula dipatok. Tahun ini, misalnya, Rotary menyumbangkan 12 juta dosis vaksin polio senilai Rp 20 milyar. Apakah kegiatan masuk desa itu menurunkan gengsi rotarian? "Program masuk desa itu tidak melecetkan kulit dan tidak bakal melepaskan dasi mereka," ujar Jaya, direktur utama perusahaan jamu yang akrab dengan para buruhnya itu. Ardian Taufik Gesuri (Jakarta) dan Heddy Lugito (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus