Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ketika Ambisi Soekarno Membuat Senjata Nuklir Digagalkan Soeharto

Di masa Orde Lama, Soekarno pernah berambisi membuat senjata nuklir di Indonesia. Ambisi itu didukung Tiongkok, namun gagal setelah peristiwa G30S.

16 Maret 2022 | 16.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden pertama RI, Sukarno, berpidato di hadapan delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Bung Karno menunjukkan karismanya di hadapan kepala negara dari Asia dan Afrika. Lisa Larsen/The LIFE Picture Collection/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di masa pemerintahan Orde Lama, Presiden Soekarno pernah berambisi memproduksi kekuatan senjata nuklir di Indonesia. Salah satu tujuan utamanya adalah mewujudkan negara Indonesia yang berdikari dan menciptakan perdamaian dunia. Namun, cita-cita itu gagal pasca terjadinya G30S yang membuat Republik Rakyat Cina (RRC) batal memberikan dukungan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ambisi Soekarno untuk membuat senjata nuklir, diungkapkannya di Kongres Muhammadiyah di Bandung pada 24 Juli 1965. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki senjata nuklir. “Insya Allah dalam waktu dekat ini kita akan berhasil membuat bom atom sendiri,” ujarnya dikutip dari buku berjudul Nuklir Sukarno: Kajian Awal atas Politik Tenaga Atom Indonesia 1958- 1967 yang ditulis oleh Teuku Reza Fadeli. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan Soekarno tersebut menjadi indikasi terjadinya perubahan orientasi pengembangan nuklir di Indonesia. Tujuan semula untuk perdamaian (atoms for peace) bergeser menjadi kepentingan kekuatan militer. Bagi Soekarno, imperialisme dan senjata nuklir adalah kombinasi dan musuh bersama yang harus dilawan oleh negara-negara yang cinta kedamaian. Karena itu, kepemilikan senjata nuklir adalah hal yang mutlak. 

Impian untuk membuat senjata nuklir itu juga merupakan kelanjutan dari keputusan Soekarno yang menyatakan Indonesia keluar dari PBB karena dianggap pro imperialisme. Konsekuensinya, mau tak mau Indonesia menjalin hubungan dekat dengan Republik Rakyat Cina (RRC)--negara Asia pertama yang berhasil uji coba nuklir. Pada 27 November 1964, Menteri Luar Negeri RRC, Chen Yi, berkunjung ke Jakarta dan berjanji memberikan bantuan senilai 50 juta dolar. 

Sejarawan Asia asal Ceko, Victor Miroslav Vic, dalam bukunya Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi (2005) mencatat, dalam pertemuan itu Soekarno juga bersikeras untuk meminta RRC agar segera memasok bom atom ke Indonesia. Lebih lanjut, pada Maret 1965, Soekarno merubah Lembaga Tenaga Atom (LTA) menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk memperluas pengaruhnya dalam usaha pengembangan senjata nuklir. 

Namun, usaha Soekarno tersebut ternyata tidak membuahkan hasil. Pasalnya, Cina enggan memasok bom nuklir, melainkan mengharapkan Indonesia untuk membuat bom atomnya sendiri. Bahkan, seperti yang dituliskan Teuku, bantuan yang dijanjikan Cina tidak kunjung datang. Parahnya pasca peristiwa G30S, kekuasaan Soekarno berakhir dan digantikan oleh Soeharto. Hubungan antara Indonesia dan Cina pun juga merenggang. Momen itu sekaligus menandai berakhirnya ambisi Soekarno membuat senjata nuklir di Indonesia. 

HARIS SETYAWAN

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus