BP3 sekolah selalu diharapkan menolong. Tapi tidak selalu
terjalin kerjasama antara pimpinan sekoiah, BP3, dan orang tua
murid umumnya. Di SMAN III, Palembang, yang berada di tengah
kota dan selama ini dikenal sebagai sekolah favorit, misalnya.
SMA ini menempati gedung bekas sekolah Cina, yang sudah tua.
Selain bangunannya memerlukan perbaikan di sana-sini, sekolah
ini membutuhkan lebih banyak lokal.
Sejak awal tahun ajaran 1981/82 sekolah ini terpaksa dibagi
dua--yane masuk pagi dan sore. Sementara itu, BP3 menentukan
sumbangan insidentil dari murid. Yaitu Rp 30 ribu (dari tiap
murid kelas I), Rp 10 ribu (kelas II), dan Rp 5 ribu (kelas
III). Rencana pembangunan yang akan menelan biaya Rp 35 juta
semula diduga akan beres dengan sumbangan itu.
Tapi rupanya baru diselesaikan 23 lokal, sedang SMA itu
mempunyai 27 klas. Terpaksa kelas I yang paralel empat kelas
itu masih masuk sore hari. Dan untuk kelas III-nya, yang terdiri
dari 5 jurusan IPS dan 6 IPA, tak semuanya beres. Empat lokal
untuk jurusan IPS ternyata masih memakai bangku lama. Pembuatan
kursi dan meja sebanyak 400 pasang ternyata blum cukup.
Ketika bangku lama disingkirkan, bangku baru belum tersedia.
Maka selama empat hari, sejak 18 Februari, sebagian besar siswa
IPS kelas III tak bisa belajar. Mereka mengirim delegasi
mengadukan hal ini ke Kanwil P & K, Palembang.
Bila murid bertanya kenapa kosong. kelasnya, konon Kepala
Sekolah menjawab: "Uang sumbangan tidak kamu bayar, maka bawa
sendiri kursi dari rumah." Tak jelas bagaimana duduk soalnya.
Lalu pihak BP3 rupanya belum bisa mengadakan pertemuan, karena
Ketuanya selalu berhalangan.
Dana untuk kesejahteraan guru yang tiap bulan Rp 1000 per murid,
juga atas inisiatif BP3, berjalan beres. Agaknya hal sumbangan
rehabilitasi gedung belum ada kata mupakat. Di sana BP3, seperti
terjadi juga di banyak sekolah lain, ternyata sulit untuk
berkumpul.
Kasus SMAN III Palembang, yang mempunyai hampir 1500 murid ini,
akhirnya ditanggapi pihak Kanwil P & K. Segera dikirimnya 200
kursi, dan murid kelas III IPS di situ kini bisa belajar
kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini