Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 23 Maret 1978 silam, Adam Malik menjadi Wakil Presiden ke-3 RI. Dia dipilih Presiden Soeharto menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang tak bersedia dicalonkan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas siapa sosok Adam Malik ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menukil buku Adam Malik Menembus Empat Zaman terbitan ANRI Adam Malik atau dipanggil Si Bung oleh anak, cucu dan kerabat dekatnya merupakan tokoh empat masa. Dia pernah merasakan masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, masa pemerintahan Sukarno hingga masa pemerintahan Soeharto.
Adam Malik lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara lebih dari seabad lalu, tepatnya pada 22 Juli 1917. Dia adalah putra pasangan Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Sejak kecil dia telah dikenal cerdik dan cerdas. Bahkan dijuluki “kancil” oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin, seperti dikutip Majalah Minggu Pagi No. 7. Tahun II tanggal 14 Mei 1950.
Kegelisahan terhadap bangsa Indonesia sudah Adam Malik tunjukkan sejak belia. Antara 1934 sampai 1935, dia mulai masuk ke dunia politik dengan memimpin Partai Indonesia atau Partindo Pematangsiantar. Partai itu pada awalnya hanya beranggotakan sebelas orang. Keinginannya untuk maju serta berbakti kepada bangsa mendorong dirinya merantau ke Jakarta.
Di Jakarta, Adam Malik muda berkarier sebagai wartawan. Dia adalah satu dari beberapa pendiri Kantor Berita Antara, cikal bakal Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Pada masa penjajahan Jepang, dia disebut aktif dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Sebagai seorang wartawan di harian Jepang Domei, dia dengan mudah mendapatkan akses informasi tentang keadaan dunia internasional di masa itu.
Berkat informasi yang dia dapat, Adam Malik memberikan masukan kepada tokoh-tokoh bangsa dalam semangat merebut kemerdekaan. Pada era 1945 hingga 1947, Adam Malik menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP.
Pada saat bersamaan, dia juga mendirikan Partai Rakyat dan Partai Murba. Melalui kedua partai ini, pada pemilihan umum 1955, dia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
Tak hanya di Tanah Air, karier Adam Malik di dunia internasional pun menonjol. Berbagai jabatan pernah disandangnya, seperti Duta Besar Luar Biasa untuk Uni Soviet dan Polandia. Dia juga pernah jadi Ketua Delegasi Republik Indonesia untuk perundingan Indonesia dengan Belanda mengenai wilayah Irian Barat di Washington D.C, Amerika Serikat.
Pada 1971, Adam Malik bahkan terpilih sebagai Ketua Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26. Dia merupakan orang Indonesia pertama dan satu-satunya sebagai Ketua sidang majelis umum PBB hingga saat ini. Salah satu jejaknya adalah memimpin persidangan PBB yang memutuskan dan menerima keanggotaan RRC di PBB sekaligus memberi hak veto.
Di dalam negeri Adam Malik pernah menjadi Menteri Perdagangan sekaligus sebagai Wakil Panglima Operasi ke-I Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE). Kemudian pernah jadi Wakil Perdana Menteri II (Waperdam II) sekaligus sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia di kabinet Dwikora II. Karier tertingginya dicapai ketika berhasil memangku jabatan sebagai Wakil Presiden RI. Dia dipilih Soeharto mendampinginya pada 23 Maret 1978 dan dilantik 24 Maret 1978.
Pilihan editor : 105 Tahun Adam Malik: Wartawan, Menteri Luar Negeri, Wakil Presiden dan Isu Mata-mata CIA
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.