Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kisah Guru di Natuna Ikut Program Guru Penggerak, Tak Mau Kalah dengan Guru di kota

Cerita guru di Natuna mengikuti program Guru Penggerak.

19 Mei 2024 | 06.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Irawati, calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari Natuna, berbagi pengalamannya mengikuti program guru penggerak selama 9 bulan. Guru Bimbingan Konseling di SMAN 1 Bunguran Timur ini mengikuti proses seleksi yang panjang, termasuk tes administrasi, praktik mengajar, dan wawancara, Kamis, 16 Mei 2024. TEMPO/Intan Setiawanty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -  Irawati, seorang calon Guru Penggerak dari Kabupaten Natuna Angkatan 9, berbagi pengalamannya mengikuti program guru Penggerak selama 9 bulan. Sebelum dinyatakan bisa mengikuti program tersebut, Guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Bunguran Timur itu mengikuti proses seleksi yang panjang seperti tes administrasi, praktik mengajar, dan wawancara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya calon guru penggerak Kabupaten Natuna Angkatan 9 yang sudah menyelesaikan program guru penggerak selama lebih kurang 9 bulan kemarin. Hanya menunggu kelulusannya saja lagi, insya Allah, dalam bulan ini," kata Irawati kepada Tempo saat menghadiri Temu Wicara Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) di SMAN 1 Bunguran Timur, Kepulauan Riau pada Kamis, 16 Mei 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama mengikuti program itu, Irawati mendapatkan berbagai ilmu yang sebelumnya belum pernah dia dapat. Metode pembelajaran disampaikan melalui daring dan tatap muka. Semuanya materi bisa diakses pada Learning Management System (LMS). 

Irawati termotivasi mengikuti program ini untuk meningkatkan kualitas diri dan membekali siswa-siswanya dengan kemampuan yang setara dengan siswa di perkotaan.  "Motivasinya agar saya bisa upgrade diri dan meningkatkan kualitas SDM saya, itu yang pertama. Kemudian, selain penasaran saya, juga saya ingin mengasah kemampuan, apakah saya bisa juga menyaingi guru-guru yang ada di perkotaan," ujarnya. 

Guru yang telah menjadi pegawai negeri sipil pada 2009 ini didukung keluarga dalam mengikuti pendidikan tersebut. Apalagi, suami Irawati berperan sebagai motivator utama. Musababnya, tak mudah untuk mengikuti pendidikan Guru Penggerak selama sembilan bulan. Banyaknya tugas dari program tersebut membuatnya harus pintar-pintar berbagi waktu lantaran harus tetap mengajar di kelas.

Selama menjalani program, Irawati mengaku menghadapi berbagai tantangan, seperti membagi waktu, mencari sinyal internet, dan keterbatasan listrik. Namun, dia berhasil mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

"Listrik di sini terkadang hidup dan mati, tantangan saya itu mencari di mana posisi listrik yang memungkinkan untuk absen karena tidak bisa dinego di LMS," ucapnya.

Setelah lulus dari program Guru Penggerak, Irawati berharap dapat mempertahankan dan terus mengembangkan kreativitas serta inovasi dalam menjalankan program-program yang berdampak positif bagi siswa-siswanya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus