Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kritik Anggota DPR Soal Wacana Serangga Jadi Menu MBG: Pendidikan Gizi Seimbang Lebih Penting

DPR menyebut BGN semestinya tetap mengutamakan pendidikan gizi yang seimbang, alih-alih mengusulkan serangga jadi menu makan bagi pelajar.

29 Januari 2025 | 13.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah siswa bersiap menyantap makanan dari pembagian Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 004 Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur, 20 Januari 2025. ANTARA/M Risyal Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Alifudin mengkritik wacana Badan Gizi Nasional (BGN) yang ingin menjadikan serangga sebagai menu alternatif program Makan Bergizi Gratis. Dia menilai semestinya BGN tetap mengutamakan pendidikan gizi yang seimbang, alih-alih mengusulkan serangga jadi menu makan bagi pelajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pendidikan tentang pentingnya asupan gizi yang beragam dan seimbang jauh lebih penting," katanya dalam keterangannya, Rabu, 29 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia juga mewanti-wanti agar program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto ini tidak menimbulkan masalah kesehatan baru, jika serangga menjadi menu dari program tersebut. Sebab, ujar dia, tidak semua serangga bisa dikonsumsi.

"Beberapa jenis serangga mengandung racun atau patogen yang dapat membahayakan kesehatan, terutama jika tidak diproses dengan benar," ucap politikus PKS ini.

Dia mengatakan bahwa pemerintah harus mengkaji lebih dalam wacana serangga menjadi pilihan menu di program makan bergizi gratis. Alifudin menyinggung kebiasaan makan setiap anak-anak yang berbeda-beda.

Menurut dia, BGN perlu memerhatikan psikologis dan preferensi anak-anak penerima makan bergizi gratis dalam menyikapi usulan tersebut. "Ada yang sudah terbiasa makan serangga di beberapa daerah, tapi banyak juga yang merasa jijik dan tidak mau memakannya," kata dia.

Selain berfokus pada aspek psikologis dan preferensi, BGN juga perlu menyosialisasikan kepada para pelajar perihal serangga yang aman dikonsumsi. Menurut dia, pengenalan serangga sebagai lauk dalam program makan bergizi gratis itu harus dilakukan dengan pendekatan edukatif. "Bukan hanya sebagai solusi instan," ucapnya.

Wacana serangga berpeluang menjadi menu alternatif makan bergizi gratis pertama kali disampaikan oleh Kepala BGN Dadan Hindayana. Dia menyatakan ada kemungkinan seporsi menu makan bergizi gratis bisa menggunakan serangga yang dapat dikonsumsi. Sebab, kata dia, beberapa serangga bisa diolah dan menjadi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan protein.

"Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga (seperti) belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein," kata Dadan dalam pemaparannya di Rapimnas Perempuan Indonesia Raya, Jakarta pada Sabtu, 25 Januari 2025.

Tak hanya protein, dia mengatakan bahwa pemenuhan karbohidrat juga bisa digantikan dengan bahan baku lain, sehingga tidak harus nasi. Di sejumlah daerah tanah air, ujar dia, pemenuhan karbohidrat bisa berasal dari jagung, singkong, pisang rebus, ataupun sagu yang menjadi kesukaan masyarakat Indonesia Timur. "Kami bisa mulai diversifikasi pangan. (Menu) tidak harus sama," ucap Dadan.

Terlebih lagi, kata dia, lembaganya tidak menetapkan menu dalam program MBG secara nasional. Dia berujar bahwa menu makan gratis akan menyesuaikan potensi sumber daya ataupun kesukaan tiap-tiap daerah.

Dadan menuturkan bahwa nantinya di tiap satuan pelayanan program ini, BGN bakal merekrut ahli gizi. Tujuannya, kata dia, untuk menyusun menu lokal yang berbasis dengan potensi sumber daya ataupun kesukaan di masing-masing daerah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus