Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Gerindra, Immanuel Ebenezer atau Noel, mengkritik sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang tidak mengundang Presiden Joko Widodo alias Jokowi ke rapat kerja nasional atau Rakernas pada 24-26 Mei 2024 di Ancol, Jakarta Utara. Jokowi sebelumnya dinyatakan bukan lagi kader PDIP setelah putranya, Gibran Rakabuming Raka, maju melawan 'jago' partai banteng di Pilpres 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, yang juga ayah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, untuk melayangkan kritiknya ke PDIP.
“PDI Perjuangan hendaknya menilai Jokowi dari kaca ‘Indonesia Soekarno’, yaitu sebagaimana puisi yang ditulis Soekarno berjudul ‘Aku Melihat Indonesia’,” seperti tertulis dalam keterangan dari Noel, Sabtu, 18 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Noel, Soekarno dalam puisinya tidak melihat warna politik. Noel mengklaim Soekarno tidak membeda-bedakan anak bangsa dari sisi mendukung siapa untuk menjadi pemimpin atau presiden.
Noel mengklaim bahwa perhelatan yang dilaksanakan partai sekaliber PDIP sepatutnya tak lepas dari protokoler kenegaraan, yaitu mengundang kepala negara tanpa membeda-bedakan asal partainya.
Maka dari itu, kata Noel, seharusnya PDIP juga memperlakukan Jokowi sebagai kepala negara. “Tanpa embel-embel partai mana yang sekarang didukung Jokowi,” ucap Ketua Umum Prabowo Mania itu.
Dalam interpretasi Noel, puisi “Aku Melihat Indonesia” adalah cara sang proklamator melihat perbedaan paham dan warna politik sebagai kekayaan bangsa. Noel pun meminta para petinggi PDIP untuk menjadikan puisi itu sebagai refleksi untuk menerima hasil yang sudah terjadi. “Aku bukan lagi melihat mata manusia, aku melihat Indonesia," ujar Noel mengutip bait terakhir puisi Soekarno.
Diketahui, puisi “Aku Melihat Indonesia” tercantum dalam buku berjudul “Bung Karno dan Pemuda”. Buku yang terbit pada 1987 itu memuat kumpulan pidato Soekarno di hadapan pemuda, pelajar, mahasiswa, dan sarjana selama periode 1952-1960.
Berikut puisi “Aku Melihat Indonesia” karya Soekarno:
”Aku Melihat Indonesia“
(Karya: Soekarno)
Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar Lautan Hindia bergelora
membanting di pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia
Jikalau aku melihat
sawah-sawah yang menguning-menghijau
Aku tidak melihat lagi
batang-batang padi yang menguning menghijau
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelebet
dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengarkan
Lagu-lagu yang merdu dari Batak
bukan lagi lagu Batak yang kudengarkan
Aku mendengarkan Indonesia
Jikalau aku mendengarkan Pangkur Palaran
bukan lagi Pangkur Palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jikalau aku mendengarkan lagu Olesio dari Maluku
bukan lagi aku mendengarkan lagu Olesio
Aku mendengar Indonesia
Jikalau aku mendengarkan burung Perkutut
menyanyi di pohon ditiup angin yang sepoi-sepoi
bukan lagi aku mendengarkan burung Perkutut
Aku mendengarkan Indonesia
Jikalau aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jikalau aku melihat wajah anak-anak
di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar
“Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!”
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia
PIlihan Editor: PDIP Bawa Obor Api Abadi Mrapen dari Semarang ke Lokasi Rakernas