Larangan di tahun ayam

TAHUN Ayam ternyata tahun yang diawali guncangan bagi pengikut Budha Indonesia yang merayakan Imlek. Betapa tidak. Perayaan tahun baru berdasarkan penanggalan Cina itu, yang jatuh pada Sabtu pekan lalu, dilarang dirayakan di vihara. Edaran itu dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Departemen Agama. ''Surat tersebut konyol, mubazir, dan malah menimbulkan keresahan umat Budha keturunan Cina,'' kata Aggi Tjetje, bekas Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wali Umat Budha. ''Sejak dulu tidak pernah ada umat Budha keturunan Cina merayakan Imlek di vihara.'' Lantas mengapa keluar larangan itu? Dirjen Binmas Hindu dan Budha, I Gusti Agung Gde Putra, melihat selama ini umat Budha keturunan Cina kurang menyambut hari raya Waisak, yang diperingati secara nasional. ''Pada hari itu vihara-vihara malah terlihat sepi. Beda dengan Imlek yang kuat unsur kebudayaannya,'' katanya. Betulkah? Dalam agama Budha memang ada tanggal-tanggal rutin untuk beribadat: tanggal 1 dan 15. Maka tidak aneh jika pada tanggal 1, yang bertepatan dengan Hari Raya Imlek, banyak umat Budha keturunan Cina yang bersembahyang di vihara. Tapi pekan lalu, menurut Lastoro Khemiyo -- Sekretaris Vihara Avolokita Svaravihara, Mangga Besar, Jakarta Barat -- banyak umat Budha keturunan Cina bingung membaca edaran pemerintah itu. Sebab, lanjut bekas bhiku itu, ada umatnya menyambut datangnya Imlek dengan berdoa di vihara. Yang memprihatinkan Lastoro adalah pada malam tahun baru Imlek itu sejumlah petugas datang menanyakan dan mendata siapa saja yang mengunjungi vihara di Mangga Besar tersebut. ''Kejadian seperti ini bisa memancing pertanyaan, orang berdoa kok dicurigai,'' katanya.