Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Main pecat di payakumbuh

Ketua PDI Payakumbuh, caleg nomor 1 PDI untuk DPRD kodya Payakumbuh, dipecat sebelum hari pencoblosan. ada apa?

27 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WIRMAN Abdullah, 52 tahun, barangkali bisa disebut "banteng sejati". Sejak muda, ayah empat gadis ini, yang seharihari menjadi agen bus di Payakumbuh, Sumatera Barat, sudah mencintai Partai Nasional Indonesia (PNI). Tahun 1971, Wirman masuk ke jajaran fungsionaris partai, dan setelah fusi dia aktif di PDI sampai menanjak ke jabatan ketua cabang PDI Kodya Payakumbuh. Meski Payakumbuh termasuk ladang yang payah buat PDI, toh Wirman tetap berjuang untuk partai Banteng itu. Setelah dua pemilu (1971 dan 1977) partai ini tak ditoleh pemilih, pada Pemilu 1982 PDI mulai kebagian 434 suara. Pada Pemilu 1987 perolehan suara PDI naik menjadi 1.010 suara. Tapi, di DPRD Kodya Payakumbuh dia tetap tak kebagian kursi. Masa panen PDI baru tiba pada Pemilu kemarin. Suara PDI membubung hingga 5.007 sehingga PDI berhasil menggaet dua kursi dari 20 kursi DPRD Kodya Payakumbuh. Sedianya, salah satu kursi buat Wirman, calon PDI untuk DPRD Kota Gelamai itu. Malangnya, lima hari menjelang hari pencoblosan 9 Juni lalu, Wirman dipecat DPD PDI Sumatera Barat. Ada apa? Wirman, menurut Freddy, sekretaris PDI Kodya Payakumbuh, mempunyai sederet dosa terhadap partai. Menjelang acara kampanye dengan jurkam Bambang Raharjo dari PDI Pusat di Lapangan Poliko, Payakumbuh, 27 Mei lalu, ketika massa sudah berjubel, tibatiba saja Wirman membatalkan acara tersebut. Untung waktu itu massa PDI, yang siap mengikuti acara kampanye, lanjut Freddy, mau pindah ke arena kampanye di kota lain tanpa banyak ribut. Pembatalan kampanye itu, cerita Freddy, terjadi karena Wirman sudah menyeleweng ke Golkar. "Wirman lebih sering ke kantor Golkar ketimbang mengurus PDI," katanya. Freddy masih menambahkan sederetan lain kesalahan Wirman, dan tentu saja versi yang empunya cerita, bahwa ketua cabang PDI Kodya Payakumbuh itu telah menyelewengkan dana kampanye dari pemerintah sebesar Rp 2 juta. "Masa dengan uang segitu hasilnya cuma dua rim poster," kata Freddy. Di samping itu beredar isu, entah siapa yang mulamula mengembuskan, Wirman menerima suap dari oknum aparat Pemda Kodya Payakumbuh dan pengurus Golkar setempat agar PDI tak beroleh kursi di DPRD II sebagaimana empat pemilu sebelumnya. Akibat isu tersebut massa PDI Kodya Payakumbuh marah, lalu mengancam akan menghajar Wirman serta membakar rumahnya. "Maka, Wirman kami pecat supaya selamat," ujar Damri Murad, ketua DPD PDI Sumbar. Wali Kota Payakumbuh, Muchtiar Muchtar, membantah adanya oknum pemda yang melakukan penyuapan. "Masalah ini cuma pertikaian Freddy dan Wirman," katanya. Muchtiar menambahkan, sejak Freddy masuk PDI, akhir 1989, keduanya selalu tak akur. Damri juga meragukan kebenaran tuduhan suap itu. Maka, Wirman diongkosinya untuk ke Jakarta agar bisa membela diri di depan DPP PDI. "Pemecatan secara definitif itu wewenang pusat," katanya. DPP PDI memang belum mengukuhkan keputusan DPD PDI Sumbar. "Wirman dan pengurus PDI Sumbar sudah menghadap saya. Tapi, masalahnya perlu kami pelajari dulu," ujar Ketua Umum PDI Soerjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus