ORANG yang mencium makam Nabi Muhammad ditangkap polisi Arab.
Itu terjadi pertengahan September lalu. Mereka dua orang Syi'ah
Iran.
Dan sebagai buntut peristiwa, kawankawan mereka pada berkumpul.
"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" -- berteriak-teriak di Masjid
Nabi, persis malam Jum'at pukul setengah satu dinihari. Polisi
Arab, dengan setelan hijau busuk plus selempang dan kerudung
itu, pada gusar. Mereka menyerbu dengan pentungan. 20 orang
dikabarkan luka--12 orang di antaranya diangkut ke rumah sakit.
Lantas, 80 orang lain juga diuber. Para calon haji itu, yang
sedang menunggu masa ibadah dengan beriarah di Madinah,
dipulangkan kembali ke negaranya. Mereka dituduh menyebarkan
berbagai brosur dan suka mengacung-acungkan gambar Khomeini, dan
tentunya dianggap menghasut buat revolusi.
Entah benar mereka menghasut, entah cuma ingin suasana meriah.
Sebab hidup keagamaan model Syi'ah memang ramai dan seru penuh
teriakan, penuh mikrofon, penuh gambar (yang di dunia Islam lain
tidak dikenal) dan penuh tangis di kubur-kubur "keramat".
Lihatlah di Nejef, di Karbala, kedua-dunya di Irak, selain di
Masyhad, Qum dan kota-kota yang dianggap suci di Iran sendiri.
Masjid-masjid megah, yang menaranya berselaput emas, dan
dibawahnya umat yang miskin--yang bagaikan orang-orang sengsara
berteriak-teriak dan mencium-cium kubur dan meminta sedekah dan
melempar-lemparkan uang ke makam orang suci, memukul-mukul dada,
memukul kepala atau melukai diri sendiri.
Arab Saudi jauh dari pekerti itu. Islam adalah agama yang
sepi--kecuali suara azan, Qur'an, talbiah di waktu haji dan
sejumlah doa yang diajarkan Nabi. Bahkan kaok-kaok mikrofon
seperti di sini tidak terdengar di negeri itu.
Dalam sejarah pergerakan Wahabi, gerakan pemurnian Islam yang
keras yang menjadi anutan Dinasti Saud, pernah mereka dahulu
menyerbu Irak untuk meruntuhkan "bangunan-bangunan suci". Di
Mekah sendiri mereka membabat kubah-kubah mentereng di pekuburan
Ma'la.
Acara pemakaman Raja Faisal sendiri--beberapa tahun lalu--boleh
menjadi contoh. Kuburnya hanya segunduk tanah, nisannya hanya
sebongkah batu. Upacara yang dihadiri berbagai kepala negara itu
pun cukup mencengangkan: hanya berlangsung beberapa menit.
Upacara bikin-bikinan bertele-tele, di samping segala bentuk
"keberhalaan", memang merupakan hal pertama yang bikin orang
Wahabi jijik.
Tapi sikap seperti itu pula yang membuat dunia Islam dahulu
tersentak waktu kaum Wahabi mencapai kemenangan. Bukan hanya
yang Syi'ah. Sebab kaum muslimin Sunni sendiri, mayoritas Islam
di dunia, baru di masamasa terakhir saja boleh dikatakan bebas
dari "penyembahan kuburan". Meski tradisi ziarah ke makam-makam
"keramat" di kalangan kita dan di banyak negeri muslim lain
tetap populer, setidaknya itu bukan sikap resmi dan tidak pula
seekstrim tradisi Syi'ah.
Wahabi yang padang pasir itu bukan main ekstrim--dan justru itu
yang menimbulkan kekhawatiran muslimin berbagai negeri. Begitu
mereka berhasil merebut kekuasaan di seluruh jazirah Arab di
awal abad ini, termasuk kota-kota suci Mekah dan Madinah, dari
Indonesia misalnya satu perutusan berangkat ke sana--di tahun
1920-an. Mereka, yang terdiri antara lain dari para pemuka agama
yang belakangan mendirikan Nahdlatul Ulama, ingin minta
ketegasan kepada Raja --bahwa Masjidil Haram di Mekah, Masjib
Nabi di Madinah serta makam Nabi dan para Sahabat, yang sudah
"telanjur dalam bentuk seperti sekarang ini", tidak dirusak oleh
konsep keagamaan Wahabi yang serba sangat sederhana itu.
Sekarang masjid-masjid itu masih tetap megah. Kubur Nabi, dalam
Masjid Madinah, persis di bawah kubah hijau di atap di luar
sana, didampingi kubur sahabat-sahabat Abubakar dan Umar,
dikelilingi tembok berlubang-lubang, hanya sayup-sayup kelihatan
dalam gelap. Tak mungkin orang masuk. Beberapa hansip atau
polisi berjaga di sini. Tak usah mendekat untuk memegang-megan
tembok, betapa pun inginnya atau rindunya -- apalagi
mencium-cium seperti dua orang Iran itu, atau menangis
meraung-raung minta ini dan itu. Anda tidak akan ditangkap,
memang--hanya kepala boleh kena pentungan karet.
Adapun si dua orang Iran sampai ditangkap, itu sih bisa jadi
bukan semata-mata soal agama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini