Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mengenal Rambu Solo, Upacara Pemakaman Adat Suku Toraja di Sulawesi Selatan

Upacara Rambu Solo bertujuan untuk menghormati dan mengantar arwah orang yang meninggal menuju alam roh.

21 Juli 2024 | 15.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keluarga duka mengarak jenazah saat prosesi penguburuan pada upacara pemakaman adat Toraja atau Rambu Solo di Sa'dan Balusu, Toraja Utara, Sulawasi Selatan, Sabtu 2 September 2023. Prosesi penguburan tersebut dilakukan untuk mengantar jenazah ke liang kubur dan merupakan rangkaian terakhir Rambu Solo.ANTARA FOTO/Sakti Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satunya upacara adat Rambu Solo dari Suku Toraja di Sulawesi Selatan. Rambu Solo merupakan ritual pemakaman yang sangat penting dan sarat makna dalam budaya Toraja. Melalui upacara ini, masyarakat Toraja menghormati dan mengantar arwah orang yang meninggal menuju alam roh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suku Toraja adalah salah satu suku di Indonesia yang terkenal dengan tradisi dan kebudayaan mereka yang unik dan kaya. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, mereka mendiami wilayah pegunungan di Sulawesi Selatan. Kehidupan masyarakat Toraja sangat erat kaitannya dengan kepercayaan animisme, meskipun sekarang banyak di antara mereka yang telah memeluk agama Kristen atau Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam budaya Toraja, kehidupan dan kematian dianggap sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kematian dipandang sebagai peralihan dari dunia fana ke dunia abadi. Upacara Rambu Solo memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Toraja. Tujuan utama dari upacara ini adalah untuk menghormati dan mengantar arwah orang yang meninggal agar dapat mencapai alam roh dengan selamat.

Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, roh orang yang meninggal harus diperlakukan dengan baik selama upacara pemakaman agar dapat mencapai Puya, atau alam akhirat. Jika roh tidak diperlakukan dengan baik, diyakini bahwa roh tersebut akan menjadi gentayangan dan membawa kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Proses dan Tahapan Upacara

Dikutip dari jim.unindra.ac.id, upacara Rambu Solo melibatkan serangkaian ritual yang panjang dan kompleks, seringkali berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Setiap tahapan dalam upacara ini memiliki makna simbolis dan tujuan tertentu.

1. Persiapan Upacara

Persiapan upacara dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan, termasuk hewan kurban seperti kerbau dan babi. Keluarga yang berduka biasanya mulai menabung dan mempersiapkan upacara ini jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan bisa bertahun-tahun. Rumah-rumah adat yang disebut Tongkonan juga dihias dan dipersiapkan untuk menerima tamu yang akan datang untuk memberikan penghormatan.

2. Penyembelihan Hewan Kurban

Ritual ini biasanya diperuntukkan untuk strata sosial yang berasal dari bangsawan tinggi atau Tana’ Bulaan. Penyembelihan hewan kurban, terutama kerbau, merupakan bagian penting dari upacara ini. Jumlah kerbau yang disembelih seringkali mencerminkan status sosial dan kekayaan keluarga yang berduka. Kerbau dipandang sebagai hewan suci yang akan menuntun roh orang yang meninggal ke alam roh.

3. Tarian dan Nyanyian Adat

Selama upacara, berbagai tarian dan nyanyian adat dilakukan untuk menghormati almarhum dan menyemangati keluarga yang ditinggalkan. Tarian Ma'badong, misalnya, adalah tarian yang dilakukan oleh sekelompok pria dengan gerakan melingkar, melambangkan kehidupan yang abadi. Tarian ini dilakukan sepanjang malam hingga pagi hari, diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang menceritakan kisah kehidupan dan perjalanan roh almarhum.

4. Prosesi Pengantaran Jenazah

Setelah semua ritual selesai, jenazah diantarkan ke tempat pemakaman. Proses ini melibatkan arak-arakan yang meriah dengan iringan musik tradisional. Jenazah biasanya dimakamkan di dalam gua, di tebing batu, atau di liang-liang khusus yang telah dipersiapkan. Setiap keluarga memiliki tempat pemakaman sendiri yang biasanya terletak di bukit atau tebing.

5. Penyempurnaan Upacara

Setelah jenazah dimakamkan, upacara Rambu Solo tidak langsung berakhir. Ada serangkaian ritual tambahan yang harus dilakukan untuk memastikan roh almarhum telah mencapai Puya dengan selamat. Keluarga yang berduka juga biasanya mengadakan perjamuan besar sebagai bentuk syukur dan penghormatan terakhir kepada almarhum.

Tempat pemakaman jenazah dalam budaya Toraja sangat unik. Jenazah bisa dimakamkan di dalam gua, di tebing batu, atau di liang-liang khusus yang dibuat di bukit batu. Beberapa keluarga kaya bahkan membangun rumah adat khusus yang disebut Tongkonan sebagai tempat pemakaman.

Tempat pemakaman ini biasanya dihiasi dengan patung-patung kayu yang disebut Tau-Tau, yang menyerupai almarhum. Tau-Tau dipasang di depan makam sebagai penanda dan simbol bahwa roh almarhum masih mengawasi dan melindungi keluarganya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus