Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menghindari macet dan gelandangan

Peresmian dimulainya proyek pembangunan jalan layang kereta api listrik jabotabek. (nas)

26 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin selesai menanam kepala kerbau dan menandatangani prasasti, sirene mengaung dan berbagai mesin besar dihidupkan. Mesin pemancang pun segera berdentam menancapkan tiang beton ke dalam tanah. Sabtu pagi lalu, secara resmi dimulailah proyek pembangunan jalan kereta api listrik Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). "Peristiwa ini amat penting artinya, karena merupakan langkah awal dari bangsa Indonesia memasuki tahapan baru dalam sejarah perkeretaapian," kata Menteri Roesmin dalam sambutannya pagi itu. Yang dimaksud Roesmin adalah penggunaan berbagai teknik modern dalam proyek tersebut, antara lain pembangunan jalan kereta api layang yang pertama kali dibangun di Indonesia. Proyek raksasa ini diperkirakan akan menelan biaya Rp 774 milyar, dan meliputi 26 proyek besar yang akan diselesaikan dalam 3 tahap. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan jalur kereta layang dari stasiun Manggarai sampai stasiun Kota, melewati stasiun Gambir (jalur tengah, serta jalur kereta layang dari stasiun Jatinegara ke stasiun Rajawali. Sebelumnya, proyek ini direncanakan akan selesai dibangun pada tahun 2000, tapi atas keputusan Presiden Soeharto penyelesaian proyek ini dipercepat menjadi 9 tahun. Alasannya: untuk bisa lebih cepat mengatasi masalah pengangkutan di wilayah Jabotabek yang makin mendesak. Jumlah penduduk Jabotabek pada 1980 sekitar 11,6 juta, di antaranya 6,6 juta penduduk DKI Jakarta. Dari jumlah itu sekitar 3,6 juta orang tiap hari melakukan perjalanan dalam kota dengan menggunakan berbagai macam sarana angkutan. Menurut suatu studi, hanya 1,4% penduduk Jakarta yang menggunakan kereta api sebagai sarana angkutannya. Sebagian besar (61,5%) menggunakan bis, sisanya sedan (24,3%), dan sepeda motor (12,8%). Pada tahun 2000 jumlah penduduk Jabotabek diperkirakan sekitar 20 juta orang. Lonjakan jumlah pemakai jalan ini diperkirakan tidak akan bisa tertampung oleh sarana yang ada, karena pertambahan jalan tiap tahun 1,5%, sedang pertambahan kendaraan mencapai 15% tiap tahun. Peningkatan sarana kereta api dianggap merupakan pilihan terbaik. Kereta api dengan 20 rangkaian (terdiri dari 15 buah kereta, masing-masing dengan 200 penumpang) akan menggunakan 2 jalur jalan KA. Itu sama dengan 1.000 bis yang menggunakan 3 jalur jalan raya, atau sama pula dengan 30.000 kendaraan pribadi dengan menggunakan 18 jalur jalan raya. Mengapa dipilih membangun jalan layang kereta api? Menurut Sekretaris Ditjen Perhubungan Darat Giri S. Hadihardjono, pada jalur tengah (Manggarai-Gambir-Kota) ada 19 persilangan jalan KA dengan jalan raya. Kalau frekuensi arus kereta api ditingkatkan, pada jam-jam sibuk tiap 3 menit kereta api akan melintas. "Praktis pintu persilangan akan tertutup terus," kata Giri. Untuk itu dicari alternatif lain, misalnya, jalan KA atau jalan raya diangkat ke atas ataupun memasukkan jalan KA ke dalam tanah. Ternyata yang paling murah adalah membangun jalan layang KA, yaitu sebesar US$ 17,6 juta per km (dibanding US$ 44 juta per km untuk jalan KA di bawah tanah). Di samping biaya, rupanya ada juga pertimbangan lain. "Jangan-jangan terowongan kereta api di bawah tanah itu akan menjadi tempat tinggal para gelandangan," kata Giri. Hubungan KA yang lancar antara Jakarta dengan berbagai kota satelitnya diharapkan akan juga bisa meringankan penumpukan penduduk di Jakarta. KA listrik juga memiliki beberapa keuntungan lain: hemat energi serta menghindari pencemaran udara. "Dengan kata lain memberi kesehatan pada penduduk kota," kata Ir. Pantiarso, Kepala Proyek Pembangunan KA Jabotabek. Di samping itu, proyek ini tidak memerlukan tanah yang luas, cukup untuk dua jalur KA saja. Jalur KA layang ini mempunyai ketinggian minimal 7,5 meter dari permukaan tanah. Jalur tengah (Manggarai-Kota) yang sepanjang 9 km akan melewati juga samping Masjid Istiqlal. Semula ada pihak yang keberatan kalau jalan KA ini lebih tinggi dari kubah masjid. Pemecahannya: jalan KA tidak akan lebih tinggi dari kubah. Untuk itu kanal di samping masjid akan dipakai untuk fondasi jalan KA. Selesainya proyek pembangunan jalan KA Jabotabek nanti diperkirakan akan bisa meringankan beban angkutan Jabotabek 25-30%, berarti jumlah penumpang yang bisa diangkut dalam 2 jam sibuk sebanyak 960.000 orang. Pada tahap pertama yang akan rampung pada 1988, antara lain dibangun jalan layang KA Manggarai-Kota, yang akan melanjutkan jalur ganda Depok-Manggarai. Jalur Manggarai-Kota ini nantinya akan ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit, jauh lebih cepat dibanding memakai kendaraan bermotor yang bisa memakan waktu sekitar 1 jam. Untuk keseluruhan proyek ini dibutuhkan tanah seluas 104,7 hektar. Saat ini yang telah dibebaskan sekitar 6 hektar, yaitu untuk pembangunan stasiun Depok yang baru. Belum jelas berapa bangunan di tengah Kota Jakarta yang harus tergusur untuk proyek ini. "Saya belum bisa menjawab dengan pasti sebab detail design-nya belum selesai," kata Giri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus