BEGITU Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin selesai menanam
kepala kerbau dan menandatangani prasasti, sirene mengaung dan
berbagai mesin besar dihidupkan. Mesin pemancang pun segera
berdentam menancapkan tiang beton ke dalam tanah. Sabtu pagi
lalu, secara resmi dimulailah proyek pembangunan jalan kereta
api listrik Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi).
"Peristiwa ini amat penting artinya, karena merupakan langkah
awal dari bangsa Indonesia memasuki tahapan baru dalam sejarah
perkeretaapian," kata Menteri Roesmin dalam sambutannya pagi
itu. Yang dimaksud Roesmin adalah penggunaan berbagai teknik
modern dalam proyek tersebut, antara lain pembangunan jalan
kereta api layang yang pertama kali dibangun di Indonesia.
Proyek raksasa ini diperkirakan akan menelan biaya Rp 774
milyar, dan meliputi 26 proyek besar yang akan diselesaikan
dalam 3 tahap. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan jalur
kereta layang dari stasiun Manggarai sampai stasiun Kota,
melewati stasiun Gambir (jalur tengah, serta jalur kereta
layang dari stasiun Jatinegara ke stasiun Rajawali.
Sebelumnya, proyek ini direncanakan akan selesai dibangun pada
tahun 2000, tapi atas keputusan Presiden Soeharto penyelesaian
proyek ini dipercepat menjadi 9 tahun. Alasannya: untuk bisa
lebih cepat mengatasi masalah pengangkutan di wilayah Jabotabek
yang makin mendesak.
Jumlah penduduk Jabotabek pada 1980 sekitar 11,6 juta, di
antaranya 6,6 juta penduduk DKI Jakarta. Dari jumlah itu sekitar
3,6 juta orang tiap hari melakukan perjalanan dalam kota dengan
menggunakan berbagai macam sarana angkutan. Menurut suatu studi,
hanya 1,4% penduduk Jakarta yang menggunakan kereta api sebagai
sarana angkutannya. Sebagian besar (61,5%) menggunakan bis,
sisanya sedan (24,3%), dan sepeda motor (12,8%).
Pada tahun 2000 jumlah penduduk Jabotabek diperkirakan sekitar
20 juta orang. Lonjakan jumlah pemakai jalan ini diperkirakan
tidak akan bisa tertampung oleh sarana yang ada, karena
pertambahan jalan tiap tahun 1,5%, sedang pertambahan kendaraan
mencapai 15% tiap tahun.
Peningkatan sarana kereta api dianggap merupakan pilihan
terbaik. Kereta api dengan 20 rangkaian (terdiri dari 15 buah
kereta, masing-masing dengan 200 penumpang) akan menggunakan 2
jalur jalan KA. Itu sama dengan 1.000 bis yang menggunakan 3
jalur jalan raya, atau sama pula dengan 30.000 kendaraan pribadi
dengan menggunakan 18 jalur jalan raya.
Mengapa dipilih membangun jalan layang kereta api? Menurut
Sekretaris Ditjen Perhubungan Darat Giri S. Hadihardjono, pada
jalur tengah (Manggarai-Gambir-Kota) ada 19 persilangan jalan KA
dengan jalan raya. Kalau frekuensi arus kereta api ditingkatkan,
pada jam-jam sibuk tiap 3 menit kereta api akan melintas.
"Praktis pintu persilangan akan tertutup terus," kata Giri.
Untuk itu dicari alternatif lain, misalnya, jalan KA atau jalan
raya diangkat ke atas ataupun memasukkan jalan KA ke dalam
tanah.
Ternyata yang paling murah adalah membangun jalan layang KA,
yaitu sebesar US$ 17,6 juta per km (dibanding US$ 44 juta per km
untuk jalan KA di bawah tanah). Di samping biaya, rupanya ada
juga pertimbangan lain. "Jangan-jangan terowongan kereta api di
bawah tanah itu akan menjadi tempat tinggal para gelandangan,"
kata Giri.
Hubungan KA yang lancar antara Jakarta dengan berbagai kota
satelitnya diharapkan akan juga bisa meringankan penumpukan
penduduk di Jakarta. KA listrik juga memiliki beberapa
keuntungan lain: hemat energi serta menghindari pencemaran
udara. "Dengan kata lain memberi kesehatan pada penduduk kota,"
kata Ir. Pantiarso, Kepala Proyek Pembangunan KA Jabotabek. Di
samping itu, proyek ini tidak memerlukan tanah yang luas, cukup
untuk dua jalur KA saja.
Jalur KA layang ini mempunyai ketinggian minimal 7,5 meter dari
permukaan tanah. Jalur tengah (Manggarai-Kota) yang sepanjang 9
km akan melewati juga samping Masjid Istiqlal. Semula ada pihak
yang keberatan kalau jalan KA ini lebih tinggi dari kubah
masjid. Pemecahannya: jalan KA tidak akan lebih tinggi dari
kubah. Untuk itu kanal di samping masjid akan dipakai untuk
fondasi jalan KA.
Selesainya proyek pembangunan jalan KA Jabotabek nanti
diperkirakan akan bisa meringankan beban angkutan Jabotabek
25-30%, berarti jumlah penumpang yang bisa diangkut dalam 2 jam
sibuk sebanyak 960.000 orang.
Pada tahap pertama yang akan rampung pada 1988, antara lain
dibangun jalan layang KA Manggarai-Kota, yang akan melanjutkan
jalur ganda Depok-Manggarai. Jalur Manggarai-Kota ini nantinya
akan ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit, jauh lebih cepat
dibanding memakai kendaraan bermotor yang bisa memakan waktu
sekitar 1 jam.
Untuk keseluruhan proyek ini dibutuhkan tanah seluas 104,7
hektar. Saat ini yang telah dibebaskan sekitar 6 hektar, yaitu
untuk pembangunan stasiun Depok yang baru. Belum jelas berapa
bangunan di tengah Kota Jakarta yang harus tergusur untuk proyek
ini. "Saya belum bisa menjawab dengan pasti sebab detail
design-nya belum selesai," kata Giri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini