SEPERTI diduga, Izaac Hindom akhirnya mengundurkan diri dari pencalonan gubernur Irian Jaya. "Surat pengunduran dirinya sudah dikirim ke Depdagri 12 Oktober yang lalu," kata juru bicara Depdagri Feisal Tamin pekan lalu. Pengunduran diri ini menaikkan suhu politik di Irian Jaya. Tampaknya, banyak pihak berambisi menduduki kursi nomor satu di provinsi paling timur ini. Apalagi kesempatan memang terbuka lebar. Pasalnya, bukan hanya Gubernur Hindom yang undur diri. Calon lainnya, S.H. Gultom, juga ikut-ikutan mundur. Dengan demikian, DPRD Ir-Ja tinggal memiliki satu calon, yakni Samiyana. Padahal, menurut UU 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, DPRD sedikitnya harus mengajukan dua calon gubernur kepada Presiden. Artinya, pencalonan itu harus diulang. Yang menjadi pertanyaan, apakah DPRD Ir-Ja akan segera bisa mengajukan calon baru. Soalnya, Mendagri sudah menyatakan bahwa jika sampai 12 November mendatang DPRD I Ir-Ja belum dapat menunjuk calon, pemerintah akan menunjuk penjabat gubernur untuk mengisi kekosongan tersebut. Mendagri membantah pengunduran diri Hindom karena yang bersangkutan melanggar PP Nomor 10/1983 yang melarang pegawai negeri beristri lebih dari satu. Pengunduran Hindom, kata Soepardjo, "Hal yang biasa saja. Beliau hendak menyerahkan kepemimpinan kepada yang lebih mampu." Dan, "Kalau soal seks dan sebagainya itu tidak benar," katanya tegas. Hindom, yang dicalonkan 35 dari 45 suara angota DPRD Ir-Ja, semula menerima pencalonan itu dengan bersemangat, ketika hasil pemilihan diumumkan, 26 September lalu. Namun, tak sampai tiga minggu, tiba-tiba Hindom, 53, berangkat ke Jakarta dan isu pengunduran dirinya pun beredar cepat. Bisa diduga, penyebaran ini dilakukan oleh lawan-lawan Hindom yang memang bersuara vokal di Jakarta. Kelompok generasi muda terpelajar Irian mengkritik Hindom, yang dianggap "tidak pernah turun ke pedalaman untuk memajukan rakyat". Begitu nada poster yang dibawa para mahasiswa Universitas Cenderawasih ketika melakukan unjuk rasa ke DPRD, pada saat pemilihan gubernur. Soal seretnya komunikasi Hindom dengan bawah ini diakui oleh bekas wakil gubernur Irian Jaya, Kolonel Soegijono. Namun, di luar kekurangan itu, Hindom dianggapnya sebagai seorang yang baik. "Saking baiknya, beliau itu tak merasa kalau dimanfaatkan orang lain," kata tokoh pendamping Hindom 4 tahun ini. Soegijono sendiri, yang dikenal aktif turun ke bawah dan akrab dengan masyarakat setempat, toh kena kritik pula. Misalnya saja beredar surat kaleng yang menyebut "Soegijono menghamburkan uang anggaran daerah" dan"berambisi jadi gubernur Irian Jaya", beberapa saat sebelum masa jabatannya berakhir. Walhasil, ribut-ribut ini tampaknya karena banyak yang mengincar kedudukan Hindom. "Banyak putra daerah yang menginginkan jabatan itu," kata Soegijono. Beberapa nama yang kini beredar sebagai calon gubernur yang akan datang, antara lain: ketua DPRD Bas Suebu, Asisten II Sekwilda L. Rumbiak, anggota DPA A.S. Onim, dan anggota DPR RI Drs. Isaac Saujay. Sebenarnya, banyak tokoh lain yang berambisi menggantikan Hindom. Pada saat pemilihan yang baru lalu saja, tercatat ada 9 calon yang berminat, namun hanya dua yang putra daerah, termasuk Hindom. Peluang nonputra daerah agaknya tipis. "Soalnya, Irian 'kan jadi sorotan dunia internasional. Jadi, gubernur sebaiknya putra daerah," kata seorang pejabat tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini