Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INSTRUKSI Kristia Budiarto pada Rabu, 13 Maret lalu, ke sejumlah grup tim pemenangan dan pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin di aplikasi pesan WhatsApp seragam. Kristia meminta mereka menggempur media sosial, terutama Twitter, dengan menggunakan tanda pagar #Albantani. Tagar itu merujuk pada ulama Nusantara yang pernah menjadi Imam Besar Masjid al-Haram di Mekah, Muhammad Nawawi al-Bantani, yang juga kakek buyut Ma’ruf Amin.
Tujuannya, menurut Kristia, agar Ma’ruf Amin menjadi perbincangan di media sosial dan bisa memikat calon pemilih, khususnya di Banten, tanah kelahiran Ma’ruf. Warga Banten familiar dengan Syekh Nawawi, yang karyanya di bidang fikih dan tafsir masih dikaji di pesantren sampai sekarang. “Kami buat tagar itu karena elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di Banten sedang turun,” ujar Kristia, anggota Tim Informasi Publik dan Media Sosial Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf.
Kristia pun mengunggah enam cuitan dengan tagar #Albantani di akun Twitternya, @kangdede78, yang memiliki sekitar 68 ribu pengikut. Cuitan itu dilengkapi dengan sejumlah gambar atau meme. Salah satunya dukungan tokoh Banten yang pernah maju sebagai calon wakil gubernur, Embay Mulya Syarief, kepada Jokowi-Ma’ruf. Kristia juga mencuit ulang sembilan akun yang mengunggah tagar #Albantani. Akun-akun tersebut juga menayangkan meme yang mirip cuitan Kristia.
Menurut Kristia, meme-meme tersebut disiapkan tim konten yang berjumlah 50 orang pada pagi hari. Materi berupa foto, video, dan meme itu dirancang tim konten setelah diputuskan dalam rapat tim media sosial pada malam sebelumnya. Biasanya dalam pertemuan tim media sosial tersebut dibahas pula jadwal kunjungan Jokowi dan Ma’ruf. “Ini rutin setiap hari,” ujar pria yang akrab disapa Dede tersebut.
Menurut Kristia, meme-meme tersebut disiapkan tim konten yang berjumlah 50 orang pada pagi hari. Materi berupa foto, video, dan meme itu dirancang tim konten setelah diputuskan dalam rapat tim media sosial pada malam sebelumnya. Biasanya dalam pertemuan tim media sosial tersebut dibahas pula jadwal kunjungan Jokowi dan Ma’ruf. “Ini rutin setiap hari,” ujar pria yang akrab disapa Dede tersebut.
Misalnya tagar #JabarNgahiji saat Jokowi mengunjungi Jawa Barat pada Ahad, 10 Maret lalu. Ngahiji berarti bersatu, yang merujuk pada nomor urut Jokowi-Ma’ruf, 01. Tim media sosial juga membuat tagar #BetawiPastiJokowi saat Jokowi menerima dukungan dari Forum Betawi Rempug.
Selain merancang sendiri, tim media sosial mendapat materi konten dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Triadi Machmudin. Misalnya saat Jokowi memeluk Rafi Ahmad Fauzi, anak berkebutuhan khusus, seusai salat Jumat di Pondok Pesantren Al-Ittihad di Cianjur, Jawa Barat. “Disebar langsung oleh Mas Bey melalui WhatsApp,” ujar Kristia.
Bey menuturkan, video tersebut dibagikan untuk menyebarkan informasi tentang kegiatan Jokowi sebagai presiden, bukan Jokowi sebagai calon presiden yang berlaga dalam Pemilihan Umum 2019. “Kami menyebarkan ke banyak grup dan kalau sudah disebar itu milik publik,” katanya.
Oleh Kristia dan kawan-kawan, seluruh pesan itu disebarkan kepada sekitar 3.400 pengguna media sosial yang tergabung di 34 tim kampanye daerah Jokowi-Ma’ruf di provinsi. Di Jakarta, kata Kristia, ia didukung 150 anggota yang bermarkas di Gedung High End di Kebon Sirih, salah satu kantor pemenangan tim kampanye Jokowi-Ma’ruf. Menurut Kristia, anggaran mengelola tim ini sekitar Rp 200 juta setiap bulan.
Kristia mengatakan pola kampanye di media sosial pada pemilihan presiden 2019 berbeda dengan lima tahun lalu. Ketika itu, media sosial ibarat Padang Kurusetra dengan kedua kubu saling menyerang menggunakan akun robot. Kristia mengaku, lima tahun lalu, ia menggunakan 2.000 akun robot di Twitter. Ia pernah menyerang akun politikus Partai Amanat Nasional, Mustofa Nahrawardaya, dengan akun-akun robot tersebut. Mustofa membenarkan kabar bahwa ia digempur banyak akun tak dikenal ketika itu. “Banyak yang mention, HP saya sampai hang,” ujarnya.
Pada 2014 pula, kata Kristia, ia mencuit berbagai isu tanpa saringan, dari kampanye negatif hingga kampanye busuk. “Pilpres 2014, saya memang pelaku hoaks. Saking banyaknya, saya lupa apa saja yang pernah saya posting,” tuturnya. Pada pemilihan kali ini, Dede mengklaim tidak lagi menyebarkan cuitan dengan informasi sesat. Salah satu alasannya, gara-gara aktivitasnya di media sosial waktu itu, keluarganya juga kena rundung. “Sekarang saya sudah tobat.”
Ketua Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera mengatakan partainya, yang mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, sangat memperhatikan media sosial. “Kami percaya satu postingan nilainya sama dengan satu spanduk. Tapi kampanye di media sosial lebih murah,” ujarnya.
Ketimbang lima tahun lalu, kata Mardani, PKS lebih militan di media sosial. Menurut Mardani, partainya menggalakkan Relawan Digital, yang memiliki sekitar 6.000 koordinator di tingkat kecamatan, kota, dan kabupaten, yang tersebar di 34 provinsi.
Untuk anggotanya, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga ini mencontohkan, ada 20 ribu anggota Relawan Digital hanya untuk di Jawa Barat. Mereka bertugas menyebarluaskan kegiatan kampanye Prabowo dan Sandiaga saat berkunjung ke daerah. Ia menyanggah tudingan bahwa tim digital PKS dan tim kampanye Prabowo-Sandiaga menyebarkan informasi sesat seperti isu tujuh kontainer surat suara tercoblos di Pelabuhan Tanjung Priok, yang sempat membuat gaduh—meski polisi telah menetapkan salah seorang ketua kelompok pendukung Prabowo-Sandiaga sebagai tersangka penyebar hoaks itu.
Ketua Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera mengatakan partainya, yang mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, sangat memperhatikan media sosial. “Kami percaya satu postingan nilainya sama dengan satu spanduk. Tapi kampanye di media sosial lebih murah,” ujarnya.
Tim cyber itu juga bekerja untuk melawan kampanye negatif dan kampanye busuk yang ditujukan kepada Prabowo dan Sandiaga. Contohnya, kata Mardani, cuitan Ulin Yusron di akun Twitter @ulinyusron, yang memiliki 131.600 ribu pengikut, pada 2 Maret lalu. Ketika itu, pendukung Jokowi-Ma’ruf ini mengunggah video berdurasi 47 detik yang menayangkan Jokowi sebagai kepala keluarga harmonis dan Prabowo sebagai kepala keluarga amburadul. “Kami harus cepat membalas segala serangan,” ujar Mardani.
Menurut dua narasumber, seorang bekas buzzer dan seseorang yang masih menjadi buzzer, yang terlibat dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah lalu, Ulin ditengarai merupakan salah satu orang di balik beredarnya konten yang menyerang lawan. Ulin pernah menjadi anggota tim media sosial Jokowi-Jusuf Kalla pada 2014 dan tim Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Kristia Budiarto mengatakan dia dan Ulin memang pernah bergabung dengan dua tim tersebut.
Menurut Kristia, unggahan “keluarga amburadul” Ulin sempat pula dipermasalahkan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, yang tidak ingin berkampanye dengan cara menyerang. Wakil Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf dari Partai NasDem, Johnny Gerard Plate, menolak menanggapi hal tersebut. “Itu sudah berlalu,” katanya.
Ulin menampik informasi yang menyebutkan ia berada di balik sejumlah kampanye negatif di media sosial. Ihwal cuitannya pada 2 Maret lalu, Ulin mengatakan informasi yang dia sebarkan bukan hal yang baru dan tak mengada-ada. “Mereka yang protes tak bisa menjawab,” katanya. “Saya mungkin lebih berani dalam menyampaikan gagasan di media sosial.”
HUSSEIN ABRI DONGORAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo