Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Gerindra mengungkapkan bahwa Prabowo Subianto akan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden pada April 2018. Untuk itu, Dewan Pimpinan Pusat Gerindra tengah menggodok nama-nama calon wakil presiden Prabowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting atau SMRC Djayadi Hanan mengatakan cawapres Prabowo adalah figur yang bisa mencuri suara Jokowi. "Prabowo akan menghadapi situasi yang beda dengan pilpres 2014 dan lebih sulit," ujar Djayadi saat dihubungi, Senin 19 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah nama masuk radar cawapres Prabowo, yaitu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan; Presiden PKS Sohibul Iman; mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo; mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli; Gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB); dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD.
Menurut Djayadi, nama-nama tersebut merupakan nama yang sudah lama muncul sebagai cawapres, baik untuk dipasangkan dengan Prabowo maupun Joko Widodo, yang sudah dideklarasikan oleh PDIP sebagai capres.
Djayadi mengatakan hal yang terpenting bagi Prabowo adalah mencari figur yang bisa mencuri suara Jokowi. Di antara nama yang sudah dimunculkan, hanya Mahfud MD yang bisa merebut suara Jokowi lantaran memiliki suara pemilih NU. "Yang bisa menambah suara untuk Prabowo hanya Mahfud MD," katanya.
Sedangkan Zulkifli Hasan, Sohibul Iman, Rizal Ramli, Tuan Guru Bajang, dan Gatot Nurmantyo, Djayadi menambahkan, tidak akan mendongkrak suara Prabowo. Alasannya, Gatot memiliki latar belakang yang sama dengan Prabowo, yaitu militer. "Ini sama juga memancing di kolam yang sama. Tidak akan menambah suara Prabowo," ujar Djayadi.
Selanjutnya, kata Djayadi, Zulkifli Hasan, Sohibul Iman, Tuan Guru Bajang, atau Rizal Ramli memiliki pendukung yang anti-Jokowi, seperti pemilih PAN dan PKS. "Artinya, ini juga tidak akan mengubah suara Prabowo dengan signifikan," ujarnya.
Menurut Djayadi, cawapres untuk Prabowo harus bisa mempertahankan perolehan suara Prabowo saat pilpres 2014. Hal ini akan sulit karena Prabowo akan menghadapi Jokowi sebagai petahana.
Sementara itu, Djayadi berujar, banyak suara Prabowo di 2014 berpindah ke Jokowi, seperti di Jawa Barat, Prabowo tidak lagi mengungguli Jokowi. Menurut dia, cawapres untuk Prabowo juga harus mampu merebut suara Jokowi.