Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Penganiaya Dokter Koas FK Unsri Ditangkap, Apa itu Koas dan Tugasnya?

Polisi menangkap penganiaya mahasiswa FK Unsri yang tengah menjalankan tugas sebagai dokter koas. Apa itu koas dan tugas-tugasnya?

19 Desember 2024 | 06.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menetapkan FD (37), sopir pribadi Sri Meilina, sebagai tersangka atas penganiayaan terhadap dokter koas (co-assistant) Muhammad Luthfi Hadhyan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri). Penganiayaan ini berawal dari diskusi terkait jadwal tugas jaga yang disusun oleh Luthfi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah Palembang.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Selatan, Komisaris Besar M. Anwar Reksowidjojo, menjelaskan kronologi kejadian. “Pelaku emosi karena korban tidak merespons intimidasi dengan kata-kata atau tindakan. Pelaku lalu memukul wajah korban secara membabi buta,” ujarnyapada Sabtu, 14 Desember 2024.

FD dijerat dengan Pasal 351 ayat 2 KUHP dan terancam hukuman hingga lima tahun penjara. Sebelumnya, FD menyerahkan diri ke Mapolda Sumsel didampingi kuasa hukumnya pada Jumat, 13 Desember 2024.

Bermula ketika korban bertemu dengan Sri Meilina, ibu dari rekannya, Lady Pramseti, di sebuah kafe di Jalan Demang Lebar Daun, Palembang. Lina didampingi oleh FD, sopir pribadinya. Lina memprotes jadwal tugas jaga yang dianggap tidak adil untuk anaknya, karena Lady harus bertugas pada malam tahun baru. Dalam diskusi tersebut, Luthfi tetap diam meskipun mendapatkan intimidasi verbal, hingga akhirnya pelaku melakukan kekerasan fisik.

Apa Itu Koas?

Koas adalah singkatan dari co-assistant, yang merujuk pada program profesi dokter yang wajib dijalani oleh mahasiswa kedokteran sebelum memperoleh gelar dokter. Program ini berlangsung di rumah sakit selama 1,5 hingga 2 tahun. Dalam program ini, mahasiswa mengintegrasikan pembelajaran teori dengan praktik langsung di lapangan, yang menjadi fondasi penting sebelum resmi menjadi dokter.

Selama masa koas, mahasiswa kedokteran menjalani rotasi di berbagai spesialisasi medis seperti obstetri dan ginekologi (kebidanan dan kandungan), penyakit dalam, pediatri (kedokteran anak), psikiatri, neurologi (saraf), operasi (bedah), dan dokter umum.

Setiap rotasi berlangsung empat hingga delapan minggu, di mana mahasiswa bekerja di bawah pengawasan dokter pembimbing. Dalam setiap rotasi, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung dalam mendiagnosis dan menangani pasien sesuai spesialisasi yang dijalani.

Wewenang dan Batasan Koas

Karena belum memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP), co-ass tidak diizinkan melakukan tindakan medis tanpa arahan supervisor. Mereka hanya boleh melakukan tindakan medis di bawah bimbingan dokter pembimbing (supervisor), dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terhadap pasien.

Koas bertujuan mempersiapkan mahasiswa menghadapi praktik dokter secara nyata, dengan fokus pada bantuan hidup dasar, pencegahan dan pengendalian infeksi, patient safety, etika kedokteran, kajian literatur medis, dan Skill lab.

Selain itu, koas juga berfungsi untuk mengajarkan mahasiswa bagaimana berinteraksi dengan pasien secara profesional, memahami kebutuhan pasien, dan melakukan diagnosis berdasarkan gejala yang ditemukan di lapangan.

Terlepas dari tantangannya, koas memberikan manfaat yang sangat berharga bagi mahasiswa kedokteran. Interaksi langsung dengan pasien memperkenalkan mahasiswa pada istilah medis dan diagnosis yang jarang dibahas di kelas, sekaligus mempelajari berbagai akronim dan istilah teknis yang digunakan dalam dunia kedokteran sehari-hari. 

Kesibukan di rumah sakit juga mengajarkan mahasiswa menyeimbangkan tugas dengan kesehatan mental, menuntut mereka untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam waktu terbatas. Selain itu, mahasiswa belajar bekerja sama dengan sesama koas, residen, dan dokter pembimbing, memperkuat kerja tim, serta membangun jaringan profesional yang berguna di masa depan. 

Melalui interaksi langsung, mereka dapat memahami riwayat kesehatan dan kebutuhan pasien, yang membantu mengembangkan empati dan kemampuan komunikasi yang baik. Diskusi dan kerja tim dengan rekan medis lain memungkinkan mahasiswa berbagi pendapat dan menemukan solusi terbaik untuk menangani pasien.

Yuni Rohmawati dan Dede Leni Mardianti berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Unsri Beri Alasan Bentuk Tim Investgasi Usut Kasus Pemukulan Dokter Koas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus