Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA Dedi dipersatukan oleh sebuah kelakar. Ketika Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar bertandang ke kantor Partai Golkar di Bandung pada Senin pekan lalu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyambutnya dengan sebuah anekdot untuk menertawai nasib mereka berdua. "Saya akan bikin film judulnya Pengantin Ditinggal Bus," katanya.
Deddy Mizwar terbahak mendengar kelakar itu. Dedi Mulyadi menyambung omongannya dengan mengatakan, "Tapi nanti judulnya ganti menjadi Pengantin Ditinggal Pergi." Mereka sedang membicarakan nasib dalam percaturan politik di Jawa Barat dalam pemilihan gubernur tahun depan.
Deddy Mizwar ditinggalkan Partai Gerindra yang sebelumnya berjanji menyokongnya bersama Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan Dedi Mulyadi ditinggalkan Partai Golkar, partai yang ia pimpin di Jawa Barat, karena partai itu memilih melabuhkan pilihan kepada Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, yang kini merajai popularitas sejumlah survei gubernur yang layak dipilih.
Ditinggalkan Gerindra membuat Deddy kelimpungan mencari sekoci. Tiket PKS bersama Partai Amanat Nasional yang sudah ia kantongi hanya mengumpulkan 16 kursi dari 20 kursi yang disyaratkan Undang-Undang Pemilihan Umum untuk menjadi calon gubernur. Deddy sedang bergerilya ke partai menengah untuk mendapatkan empat kursi tambahan.
Buat Deddy, peluang masih terbuka karena PDI Perjuangan, yang punya 20 kursi, belum punya calon. Partai ini sudah menutup pintu bagi Ridwan Kamil karena tersinggung pengumuman menjadi calon gubernur dari NasDem. Ridwan kini mengantongi 38 kursi gabungan dari partai-partai yang sudah melakukan deklarasi menyokongnya.
Lobi Deddy belum membuahkan hasil. PDIP belum menyatakan dukungan. Sedangkan Gerindra belum luluh juga meski ia sudah mendatangi kantor partai itu begitu tiba dari Mekah sepulang umrah bulan lalu. Elite-elite Gerindra masih berpikir ulang kembali ke pangkuan Deddy.
Golkar resmi meninggalkan Dedi ketika Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengumumkan partainya mendukung Ridwan. Calon wakil gubernur pendamping Ridwan pun bukan Dedi, melainkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Daniel Muttaqien. Daniel adalah anak M.S. Syafiuddin, mantan Ketua Golkar Jawa Barat dan Bupati Indramayu 2000-2010.
Pengumuman Idrus Marham itu berubah dalam dua bulan. Pada September lalu, Idrus mengatakan bahwa partainya bulat mendukung Dedi menjadi calon Gubernur Jawa Barat. Menurut seorang pengurus Golkar, Dedi menjadi calon terkuat dari Golkar sehingga diminta mensosialisasi diri ke masyarakat untuk menaikkan popularitas.
Masalahnya, meski posternya ada di mana-mana, ketika Golkar mengerahkan empat lembaga survei, popularitas Dedi selalu nomor 3 setelah Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto, saat berpidato dalam acara penyerahan surat dukungan kepada Ridwan dan Daniel di kantor Golkar Jakarta pada Kamis pekan lalu, mengatakan bahwa ia ingin menang di provinsi dengan pemilih terbanyak di Indonesia itu.
"Pada dasarnya Partai Golkar selalu mengutamakan kader sendiri, tapi pada saat yang sama kami ingin meraih kemenangan," ujarnya. Setya menyinggung hasil beberapa lembaga survei yang selalu menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas dalam hal elektabilitas.
Memilih Daniel juga bukan tanpa alasan. Ridwan kuat di Kota Bandung, tapi tak cukup terkenal di Jawa Barat utara dan timur. Masuknya Daniel akan menutup kekurangan itu. Pada pemilihan umum legislatif 2014, Daniel meraup 91.958 suara untuk daerah pemilihan Jawa Barat VIII, yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu.
Daniel berada di posisi kedua setelah Miryam Haryani, politikus Hanura yang kini menghadapi sidang megakorupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik. Namanya selalu dikait-kaitkan dengan Setya sebagai politikus yang berada di balik skandal korupsi senilai Rp 5,9 triliun itu.
Menurut Idrus Marham, kombinasi Ridwan-Daniel diyakini bakal meraup suara penuh di Jawa Barat. "Kami memperhatikan geopolitik," katanya. Idrus berharap Daniel menyumbang 60 persen suara dari total 15 juta pemilih di daerah pantai utara Jawa Barat.
Keluarga Daniel adalah penguasa pantura. Setelah ayahnya tak lagi menjabat bupati, ibunya meneruskan kekuasaan itu. Menurut Daniel, usahanya mendulang suara dari daerah pantura bakal diuntungkan oleh sosok ayah dan ibunya yang keduanya pernah menjabat Bupati Indramayu. "Saya akan mendongkrak suara dari pantura," ujarnya.
Imbal balik dukungan Golkar itu, Ridwan diminta membantu partai tersebut dalam pemilihan kepala daerah di 16 kota dan kabupaten di Jawa Barat tahun depan. "Saya akan berada di depan untuk memastikan calon dari Partai Golkar bisa sukses, termasuk di Kota Bandung," ucap Ridwan.
Agaknya jalan Ridwan mendapatkan sokongan Golkar kurang mulus. Bersamaan dengan acara penyerahan surat rekomendasi di Jakarta, ratusan kader Partai Golkar Jawa Barat berkumpul di rumah makan Sindang Reret, Bandung. Sejumlah pengurus dari tingkat desa hingga kecamatan itu menentang pencalonan tersebut karena lebih sreg dengan Dedi Mulyadi.
Penolakan juga datang dari partai pendukung. Partai Persatuan Pembangunan tak setuju dengan keputusan Golkar memasangkan Ridwan dengan Daniel. Soalnya, menurut Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani, Ridwan membutuhkan calon wakil seorang ulama dari kalangan pesantren. "Untuk menghindari serangan politik identitas," ujarnya.
Ridwan pun kebanjiran pertanyaan soal persetujuan partai-partai pendukung lain dalam acara penyerahan surat dukungan Golkar terhadap Ridwan dan Daniel di kantor DPP Golkar, Kamis pekan lalu. "Saya serahkan, biar partai-partai itu bermusyawarah," ia menjawab.
Sejauh ini, selain Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, ada Partai Kebangkitan Bangsa dan NasDem yang berada di belakang Ridwan. Menurut dia, sikap partai masih bisa berubah. "Memang, ketika mengusung calon, setiap partai mengedepankan kepentingan partainya dulu, makanya perlu musyawarah," katanya.
Sebenarnya surat dukungan kepada Ridwan dan Daniel rencananya diserahkan di kantor Dewan Pimpinan Daerah Golkar Jawa Barat di Bandung. Dedi Mulyadi sebagai Ketua DPD Golkar Jawa Barat yang akan menyerahkan surat itu. Namun Setya Novanto ingin penyerahan itu di kantor pusat. "Sekalipun penyerahan dilakukan di DPP, semua pengurus DPD provinsi kami undang," ujar Idrus dalam konferensi pers seusai acara penyerahan itu.
Masalahnya, tak tampak ada Dedi dalam penyerahan surat dukungan itu. Menurut Idrus, Dedi harus menghadiri rapat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang berbarengan dengan acara di Golkar. "Sudah saya telepon, dia memang punya acara," katanya.
Tiga hari sebelum pengumuman, Dedi menggelar jumpa pers di kantor DPD Golkar Jawa Barat dan menyatakan menerima keputusan pemimpin pusat Golkar. Idrus pun yakin Dedi tak bakal ngambek dan berpindah partai demi bisa maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat. "Kekuatan Golkar ada pada sistem," ujarnya. "Setelah diambil sebuah keputusan, maka hanya ada satu kata: amankan dan laksanakan keputusan itu."
Akankah Deddy dan Dedi berkoalisi menantang Ridwan-Daniel? Keduanya membantah pertemuan di kantor Golkar Jawa Barat di Bandung itu sebagai pertemuan politik. "Saya berkomunikasi dengan partai-partai, opsi itu tidak pernah muncul," ucap Deddy Mizwar. Sedangkan Dedi Mulyadi berkata ia tak mau berkomentar terhadap sesuatu yang belum mungkin.
Mengawinkan Deddy-Dedi sempat diutarakan PAN. Namun rencana ini terbentur oleh kepentingan PKS, yang sudah menyodorkan Ahmad Syaikhu untuk mendampingi Deddy. PAN berusaha melobi PDIP untuk menandingi dukungan besar Ridwan Kamil, tapi partai banteng belum memberikan tanggapan.
Gadi Makitan, Rusman Paraqbueq (jakarta), Hisyam Luthfiana (purwakarta), Ahmad Fikri (bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo