Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Perjalanan TNI Berganti-ganti Nama: BKR, TKR, TRI, ABRI

Dalam perjalanannya, TNI sempat mengalami sejumlah pergantian nama. Dari BKR, TKR, TRI,TNI, APRIS, APRI, ABRI, hingga akhirnya menjadi TNI kembali.

6 Oktober 2023 | 14.35 WIB

Jendral Soedirman.
Perbesar
Jendral Soedirman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Kamis, 5 Oktober 2023, Tentara Nasional Indonesia atau TNI genap berusia 78 tahun. Dalam perjalanannya, institusi militer ini sempat mengalami sejumlah pergantian nama. Dari BKR, TKR, TRI,TNI, APRIS, APRI, ABRI, hingga akhirnya menjadi TNI kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Berikut perjalanan sejarah kemiliteran Indonesia dari BKR, TKR, TRI,TNI, APRIS, APRI, ABRI, hingga menjadi TNI kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

1. BKR

Lahirnya TNI bermula dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat atau BKR dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 22 Agustus 1945. Pembentukannya diusulkan oleh dua orang anggota PPKI yaitu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Otto Iskandardinata. Ketika itu, BKR berada di bawah wewenang Badan Pembantu Presiden; Komite Nasional Pusat.

BKR disiapkan untuk memelihara keamanan dan bukan sebagai organisasi kemiliteran resmi. Moefreni Moekmin ditunjuk sebagai pimpinan pusat. Anggotanya adalah para pemuda Indonesia. Mereka sebelumnya telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), KNIL dan lain sebagainya.

2. TKR

Setelah Kemerdekaan RI diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, berselang dua bulan melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Presiden Sukarno menunjuk komandan peleton atau shodancho tentara PETA Soepriyadi sebagai panglimanya. Sebelumnya, dia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat.

Tapi Soepriyadi menghilang sejak pemberontakan di Blitar pada Mei 1945. Sebagian pejuang yakin dia sudah tewas terbunuh tentara Jepang. Sukarno kemudian menunjuk Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum dengan berpangkat letnan jenderal. Penunjukan itu atas rekomendasi Perdana Menteri Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin. Tugas Oerip membenahi organisasi tentara yang masih semrawut sebelum dipilihnya Panglima TNI.

Melewati pemilihan yang ketat pada 12 November 1945, akhirnya Jenderal Soedirman yang masih berusia 29 tahun mampu menyisihkan Urip Sumoharjo, Amir Sjarifuddin, dan Moeljadi Djojomartono dari Barisan Banteng. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta akhirnya melantik Soedirman sebagai Panglima Besar pada 18 Desember 1945.

3. TRI dan TNI

Nama TKR selanjutnya diubah menjadi Tentara Republik Indonesia atau TRI. Usai kemerdekaan, sekutu getol berupaya mengembalikan penjajahan. Sehingga banyak laskar perjuangan lahir untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara reguler dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada 3 Juni 1947 Presiden Sukarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia atau TNI.

4. APRIS dan APRI

Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat alias RIS. Sejalan dengan itu, maka dibentuk pula Angkatan Perang RIS, disingkat APRIS, yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL. Pada 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI.

5. ABRI

Pada 1962, dilakukan upaya penyatuan antara angkatan perang dengan kepolisian negara. Institusi pertahanan dan keamanan ini digabung menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI. Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan menjauhkan pengaruh dari kelompok politik tertentu.

6. Kembali jadi TNI

Pada 1998 terjadi perubahan situasi politik di Indonesia. Perubahan tersebut berpengaruh juga terhadap keberadaan ABRI. Pada 1 April 1999 TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri. Sebutan ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI, sehingga Panglima ABRI menjadi Panglima TNI.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | EKO ARI WIBOWO | RAHMAT AMIN SIREGAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus