Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pertanyaan buat horta

Horta membawa tim-tim ke pbb. diplomasi dilakukan sebab kekuatan fretilinmelemah? ia dikecam teman-temannya karena "jalan sendiri".

8 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAMOS Horta, yang disebut-sebut sebagai pimpinan Fretilin itu, masih saja banyak akal menarik perhatian orang banyak. Mengaku sebagai utusan Gerakan Maubere Merdeka, Horta yang sejak 1975 aktif menjadi pelobi soal Timor Timur dan belakangan hampir tak beredar lagi itu, akhir bulan lalu muncul kembali. Di Paris, ketika berlangsung sidang pertama Consultative Group on Indonesia (CGI), Horta terlihat ikut menggelar poster. Ia bolak-balik ke markas PBB urusan hak asasi manusia di Jenewa. Padahal, ia mendapat protes dari teman-temannya yang kini juga berada di luar negeri. Kelompok di Australia, misalnya, menganggap Horta "jalan sendiri" dengan formula usulan dan sepak terjangnya, tanpa konsultasi dengan mereka lebih dahulu. Seperti ditulis The Age Mei lalu, Horta menawarkan ingin mengakhiri perjuangannya bagi kemerdekaan Tim-Tim. Mengenai usul perundingan dari Horta, Menteri Ali Alatas beberapa waktu lalu pernah mengatakan kepada TEMPO, "Indonesia telah menyerahkan masalah Tim-Tim itu kepada PBB." Untuk itu, Setjen PBB telah mengatur pertemuan tripartie (Indonesia-Portugal-PBB) yang terhenti awal November lalu ketika tak dicapai kata sepakat soal seorang wartawan yang menyertai delegasi Parlemen Portugal (lihat Murdoch, "Sorry"). Soal usul Horta? "Saya rasa itu tak perlu dikomentari. Ia berbicara untuk siapa? Ia mewakili siapa?" katanya. Menurut Ali Alatas, Indonesia tetap berpegang pada format perundingan tripartie di bawah pengaturan PBB yang sudah berlangsung sejak 1983, yakni antara Indonesia, Portugal, dan PBB. Sabtu dua pekan silam, Horta tampil di sidang komisi dekolonisasi PBB membacakan petisinya dan surat Xanana Gusmao, pimpinan Fretilin di Timor Timur. Horta usul agar diadakan perundingan antara Portugal dan Indonesia tanpa syarat apa pun. Dan dia juga minta agar hasil lawatan utusan khusus PBB Amos Waco ke Dili diumumkan, di samping ada beberapa usulan untuk penyelesaian masalah Tim-Tim. Berikut wawancara wartawan TEMPO Lisa Sallusto dengan Ramos Horta di Jenewa, yang dilengkapi oleh Bambang Harymurti, yang mencegat Horta di sidang CGI di Paris: Apa isi proposal Anda? Isinya adalah cara terbaik dan tepat menyelesaikan konflik yang sudah berlarut-larut ini. Saya tak melihat jalan terbaik lainnya. Langkah pertama, dalam satu atau dua tahun ini dilakukan penarikan militer. Langkah kedua adalah meningkatkan keterlibatan badan-badan internasional seperti PBB, ICRC, atau Amnesti Internasional. Sebab, cara itu bisa membuktikan kredibilitas Indonesia di mata internasional. Kemudian harus diadakan pemilihan umum yang dipantau oleh PBB dan badan-badan regional serta internasional lainnya. Dan gubernur Tim-Tim yang dipilih harus orang Tim-Tim, dengan masa jabatan lima tahun. Ini berarti Indonesia mempunyai waktu tujuh tahun untuk membuktikan kepada rakyat Tim-Tim dan masyarakat internasional, bahwa memang terjadi perubahan pendekatan gaya kekuasaannya. Ini kesempatan yang baik buat Indonesia. Anda menyebut soal otonomi untuk Tim-Tim. Apa maksudnya? Ada interpretasi yang salah tentang ide damai yang saya lontarkan. Misalnya kata otonomi terbatas (limited autonomy). Saya tak pernah menyatakan itu. Pokoknya dalam pandangan saya tak ada maksud otonomi terbatas. Kedua, dalam proposal damai saya, tak pernah disebutkan adanya kemungkinan untuk menerima kedaulatan Indonesia terhadap Tim-Tim dalam jangka waktu tertentu. Saya siap untuk berbicara dengan Indonesia tanpa prakondisi apa pun dan kami jangan diharap manerima integrasi itu. Pada akhir proses, kedua pihak akan sampai pada isu kedaulatan. Dan itu akan diputuskan lewat suatu referendum atau apa pun namanya yang dapat diterima kedua pihak. Kelompok mana saja yang harus ikut pembicaraan? Apakah kelompok Anda akan ikut pihak Portugal? Tak akan ada pembicaraan tanpa keterlibatan masyarakat Tim-Tim. Saya akan mengusulkan, wakil Tim-Tim yang anti-integrasi bergabung dengan delegasi Portugal. Dasarnya, menurut saya, bahwa Portugal masih memiliki otoritas administratif atas Tim-Tim. Karena masyarakat Tim-Tim sekitar 75% adalah Katolik, Gereja Katolik Vatikan seharusnya berperan serta dalam pembicaraan, sebagai pengamat yang independen. Mereka tak masuk delegasi Indonesia atau Portugal. Dengan cara demikian, saya percaya bahwa persoalan Tim-Tim dapat dipecahkan. Indonesia sudah menolak formula negosiasi yang Anda tawarkan di PBB. Sebab pembicaraan tiga pihak -- Indonesia, Portugal, PBB -- sudah pernah diadakan, dan kalau format itu diteruskan dan tak memuaskan Anda, apa yang akan Anda lakukan? Inti persoalannya adalah kehadiran militer di Tim-Tim. Hal itu yang membuat gagalnya semua formula perundingan antara Indonesia dan Portugal. Seharusnya Indonesia dapat menyadari bahwa 17 tahun pendudukan militer Indonesia di Tim-Tim tak menghasilkan apa-apa buat Indonesia. Hanya kekalahan politis yang bisa membuat posisi Indonesia kurang kredibel di mata internasional, terutama dalam isu Tim-Tim ini. Jika usulan Anda gagal, apa langkah selanjutnya? Terlalu pagi untuk membuat prediksi. Satu hal yang pasti, waktu berpihak pada kami. Indonesia semakin terdesak. Cepat atau lambat, Indonesia akan menghadapi meningkatnya tuntutan internasional. Beberapa pengikut Anda menuduh Anda jalan sendiri, tanpa konsultasi dulu dengan perwakilan yang di Australia atau Tim-Tim, misalnya. Bagaimana pendapat Anda tentang hal itu? Mereka itu sama sekali tak mewakili siapa pun. Usulan saya sendiri telah dirundingkan dan disetujui oleh Xanana Gusmao dan Gereja Katolik Tim-Tim. Dan apa yang Anda katakan tadi tak sepenuhnya benar. Karena saya telah mengirimkan garis besar usulan saya ke pihak Fretilin di Australia. Mereka minta petunjuk dari saya tentang bagaimana melakukan pendekatan dengan para politikus Australia. Anda katakan sering berhubungan dengan Xanana. Apakah itu pertanda aksi militer Fretilin sudah tamat dan kini mengandalkan perjuangan Anda lewat jalur diplomasi? Keterangan resmi Indonesia, selama 17 tahun, gerilyawan Fretilin sudah kalah. Sudah banyak yang menyerah. Juga disebutkan bahwa sekarang tinggal 100-150 orang saja. Padahal, menurut saya, Indonesialah yang belum berhasil menang. Dan kami mengusulkan penyelesaian damai. Bukankah masyarakat Tim-tim menyadari bahwa mereka telah sangat menderita di bawah kolonialisme Portugal selama 300 tahun? Bukankah mereka merasa lebih bebas sekarang? Pembangunan sekarang jauh lebih maju. Anda katakan lebih bebas? Kalau dilihat dari korban pembunuhan, Portugal tak pernah membunuh puluhan ribu orang. Kalaupun mereka mengatakan ada pembangunan, itu tak lebih hanya merupakan propaganda. Mereka tak bebas untuk berbuat apa pun. Bagaimana dengan kemajuan pembangunan di Tim-Tim? Anda tak dapat membeli hak asasi manusia, kemerdekaan, kebanggaan orang, hanya dengan jalan-jalan, sarana telekomunikasi. Toh rakyat Tim-Tim tak bebas juga berhubungan dengan dunia luar. Seharusnya mereka berhak menentukan sendiri kewarganegaraannya, terutama yang bergerilya itu. Melihat suara dari perwakilan rakyat Tim-Tim di DPR dan Pemilu, bukankah mereka cenderung memilih Indonesia? Yang harus diperhatikan di sini soal demokrasi. Apa artinya demokrasi kalau tak ada kebebasan memilih, berkumpul, dan kebebasan partai politik untuk mengorganisasikan diri, dan tak dapat mewujudkan harapan-harapan. Keadaan rakyat Tim-Tim kini jauh lebih baik. Mengapa Anda tak berhenti saja daripada terus-menerus menyebabkan pertikaian? Perjuangan Anda juga tak realistis karena tak berdasarkan apa yang sebenarnya terjadi di Tim-Tim . . .. Mungkin Anda benar. Tapi sebaiknya Anda bertanya pada rakyat Tim-Tim apa yang mereka inginkan. Kalau Anda tanya ingin Indonesia atau Portugal, Anda tak akan mendapat jawaban jelas. Peristiwa 12 November adalah salah satu jawaban. Dari sekian yang tewas, banyak yang masih muda, yang lahir setelah Indonesia masuk ke Tim-Tim. Kelihatannya, bila tak ada peristiwa seperti 12 November, persoalan Tim-Tim pelan-pelan akan lenyap dari perhatian dunia. Apa pendapat Anda? Saya rasa tak begitu. Buktinya, perhatian di Kongres AS dan Diet Jepang masih ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus