ENAM bulan lalu, Bea Cukai Tanjung Pinang, kena jewer Bina Graha
dengan mengirimkan Dirjen BC Tahir dan Direktur P-2-nya mendiang
GO Kandow (TEMPO, 15 Mei 1976). Meski begitu ketidak-tertiban
arus penumpang dan barang masuk ke Tanjung Priok dari sana lewat
kapal Pelni, KM Tampomas, toh tetap berlangsung. Kecuali, tentu
saja, pada saat-saat seperangkat pejabat Pusat tadi masih sibuk
di sana. Atau beberapa hari sesudahnya. Padahal kabarnya,
tindakan tersebut tak ubah bak "menembak lalat dengan meriam".
Hingga, tak aneh, bila fihak BC Tanjung Priok, masih kerap
memergoki barang-barang ex luar negeri nongol via Tampomas
dengan gaya lamanya: diselundupkan. Tentu saja membikin gemas
fihak BC Tanjung Pinang. Ini memaksa Sumedi, Kepala Seksi P-2
Kantor Inspeksi BC setempat terjun ke lapangan. "Kalau tidak
begini, sulit", gerutunya. Berarti para bawahannya sukar
dipercayakah? Atau memang situasi sudah begitu kacau, hingga
mereka kewalahan? Kurang pasti. Yang jelas, sejak Sumedi
baru-baru ini terjun memandori kerja para petugas BC di sana,
berhasil disita cukup banyak barang ex-luar negeri. Misalnya
celana Levi's yang dicoba dibawa ke luar pagar pabean lewat
kapal-kapal pengangkut ke Tampomas. Diakui Sumedi, "dalam 2-3
minggu saja mencapai puluhan juta rupiah".
Rp 5000-an
Inang-inangkah yang punya ulah? Belum pasti. Sebab menurut
sumber TEMPO di sana, kalau melihat sarana yang dipergunakan
buat 'menembakkan' barang-barang itu ke luar batas pabean,
tampaknya ada fihak lain yang ikut main. Misalnya, kapal motor R
8 No.3013 yang minggu III September lalu dijejali iehih dari 20
karung (100 colli lebih) barang-barang gelap, jelas merupakan
salah satu kapal yang dipakai Pelni dan team penertiban selama
ini buat alat pengangkutan barang-barang penumpang. Dan yang
lebih membelalakkan mata ialah KM Barau. Kapal perambuan milik
Kesyahhandaran Tanjung Pinang dan salah satu ridership itu, di
semua lemari awak kapalnya dipergoki Sumedi penuh barang-barang
gelap. "Ini kan namanya keterlaluan", begitu Sumedi
bersungut-sungut .
Buat tugas ridership KM Barau itu misalnya, per trip Pelni mesti
mengorek dompetnya Rp 15 hingga 30 ribu perminggu. Berarti
selama 6 bulan terakhir ini, Rp 700 ribu lebih dilahap awak
Barau sebagai premi extra. Jadi tak kurang Rp 8000 uang extra
bisa masuk kocek seorang awak Barau (seluruhnya berjumlah 25
orang). Namun tampaknya bayaran Rp 5000, -- untuk setiap lusin
barang yang bisa naik ke Tampomas bergelap-gelap, memang cukup
menggoda.
Kejengkelan Sumedi menjadi-jadi bila ia ingat biaya extra
lainnya yang harus dikeluarkan selama operasi penertiban 6 bulan
itu. Sumber TEMPO di sana menyebut tak kurang Rp 10 juta yang
ludes selama itu. Yaitu untuk menempatkan 2 kapal patroli BC di
dekat Tampomas setiap Rabu dan Sabtu. Lalu, tak kurang dari Rp
400 ribu dikeluarkan buat setripnya. Namun tampaknya, kapal
patroli tersebut cuma dipandang sebagai singa ompong. Belum lagi
biaya untuk speed boat dan lain kapal angkutan yang semuanya
serba carter itu.
Bagaimana usaha penertiban yang digerakkan Bina Graha itu bisa
kandas, tampaknya tak sulit diusut. Sebab menurut pengamatan
Rida K Liamsi, pembantu TEMPO di sana, peluang memang banyak
terbuka. Misalnya, di saat-saat Tampomas akan mudik ke Jakarta
suasana di bandar Tanjung Pinang selalu semrawut. Bukan karena
kekurangan petugas, tapi sebaliknya. Hingga tak jelas apa saja
kerja mereka. Sedang yang mestinya dikerjakan, tak ada yang
menggubrisnya. Petugas-petugas yang tak punya urusan, sukar
dibedakan. Sebab pita pengenal yang tatkala Dirjen Tahir
bertandang ke sana tersemat di tiap petugas kini tak ada lagi.
"Sudah masuk ke keranjang sampah", bisik orang sana. Sementara
penindakan terhadap mereka yang kepergok terlibat kerepotan main
barang-barang gelap itu, terasa kurang. Meskipun begitu menurut
Sumedi,"kami sudah memberi tahukan fihak kesyahbandaran". Dan A.
Madjid P, sang Syahbandar, mengaku sudah menindak karyawannya di
KM Barau. Tapi jumlahnya tak lebih dari 3 orang. Barangkali palu
Bina Graha perlu menggedornya lagi. Atau Sumedi, harus betah
terus memandori bawahannya secara langsung?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini