Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengungkap dirinya bertemu dengan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa setelah disuruh oleh mantan Presiden Joko Widodo. Ia menyampaikan itu saat pidato di Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur, Senin, 10 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya, Prabowo bercerita awalnya ia tidak terlalu dekat dengan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa. Ia mengaku baru bertemu dengan Khofifah menjelang pemilihan presiden 2024 setelah disuruh oleh Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo pun mengaku belajar politik dari Jokowi dan menyayangkan sekondannya itu dijelek-jelekan setelah tidak berkuasa.
“Ada yang sekarang mau misah-misahkan saya sama Pak Jokowi. Lucu juga. Untuk bahan ketawa boleh,” kata Prabowo dalam pidatonya.
Ketua Umum Partai Gerindra itu pun meminta agar jangan ikut memecah belah. Menurut Prabowo, mereka yang memecah belah adalah orang yang tidak suka dengan Indonesia seperti penjajah Belanda memecah belah rakyat.
“Dari ratusan tahun devide et impera itu adalah taktik strategi untuk memecah belah umat dan bangsa Indonesia, enggak usah dihiraukan,” tuturnya.
Isu keretakan hubungan Prabowo-Jokowi pertama kali menyeruak dua bulan sebelum Prabowo dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober 2024. Benih keretakan muncul setelah Prabowo Subianto menyebutkan ada pihak-pihak yang haus kekuasaan. Mereka disebut hendak mengatur negara dengan kekuatan lain di luar kepentingan rakyat.
"Mereka yang haus kekuasaan dapat merugikan dan mengganggu bangsa," ujar Prabowo dalam acara penutupan Kongres ke-6 Partai Amanat Nasional, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Prabowo tidak secara spesifik menyebutkan siapa yang dimaksud. Dia berpidato membahas berbagai hal, seperti masa ketika debat calon presiden pada awal 2024 dan hubungan dengan Jokowi. Dalam pidato soal haus kekuasaan, Prabowo mengatakan politikus yang baik adalah mereka yang mampu meraih kekuasaan dengan izin rakyat.
Tiga narasumber di partai koalisi pendukung Praboowo-Jokowi mengungkapkan Prabowo kecewa dengan dinamika politik pemerintahan pada saat itu. Terutama setelah muncul demonstrasi besar menentang revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah, yang tidak mengakomodasi putusan Mahkamah Konstitusi. Revisi UU Pilkada ditengarai untuk memuluskan jalan Kaesang Pangarep, yang merupakan putra Jokowi, untuk maju sebagai calon gubernur.
Jokowi mengklaim hubungan dirinya dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto baik-baik saja. Ia meyakini Prabowo kan melanjutkan program-programnya. Dengan kepemimpinannya, Prabowo menurut Jokowi akan membawa Indonesia emas di 2045.
"Saya sangat meyakini itu," kata Jokowi saat berpidato di depan kader Gerindra dalam acara penutupan rapimpnas partai itu di Jakarta, Ahad malam, 1 September 2024.
Kerenggangan hubungan dengan Jokowi kembali muncul di tengah wacana pertemuan Prabowo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Megawati bersitegang dengan Jokowi sejak pilpres 2024. Saat itu Jokowi yang masih kader PDIP mendukung Prabowo dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai pasangan calon alih-alih mendukung calon PDIP. Buntutnya, PDIP memecat Jokowi dan keluarga dari keanggotaan partai.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani memastikan bahwa pertemuan antara kedua tokoh itu tidak akan memiliki konsekuensi terhadap hubungan pemimpin partainya dengan Jokowi.
"Enggak ada masalah," kata Muzani saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, pada Sabtu, 25 Januari 2025.
Pilihan Editor: Ubedilah Badrun Kerap Laporkan Jokowi dan Keluarganya ke KPK, Belakangan Dicopot sebagai Ketua Departemen UNJ
Andi Adam Faturahman, Novali Panji Nugroho, dan Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini