Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Airlangga Pribadi Kusman mengatakan, bila dicermati, elite PDI Perjuangan sesungguhnya tidak menarasikan bahwa Presiden Sukarno atau Bung Karno hanya milik partai politik berlambang kepala banteng saja.
Namun tidak dipungkiri bahwa dari sejumlah kekuatan politik berpengaruh di tanah air, hanya PDIP yang terang-terangan menekankan bahwa ideologinya bersumber dari ajaran Bung Karno. Meski demikian, kata Airlangga, PDIP tak mengklaim bahwa Bung Karno hanya milik mereka saja.
“Kalau yang saya tahu, PDIP justru mengutarakan bahwa Bung Karno itu milik bangsa Indonesia, bahkan berkontribusi pada dunia. Saya pikir pandangan Pak Prabowo salah kaprah,” kata Airlangga saat dihubungi Jumat, 10 Mei 2024.
Pernyataan Airlangga merespon pidato presiden terpilih Prabowo Subianto dalam acara Workshop dan Rakornas Pemenangan Pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Jakarta, Kamis, 9 Mei 2024. Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno.
Kendati tak menyebut nama, namun diduga partai yang dimaksud Prabowo ialah PDIP. “Tidak! Bung Karno milik seluruh rakyat Indonesia. Feeling saya, kayaknya beliau (Bung Karno) ndukung saya juga. Iya kan,” kata Prabowo disambut tawa peserta rapat yang hadir, seperti dipantau dari siaran YouTube.
Prabowo menuturkan apa yang telah dan sedang ia perjuangkan adalah seperti cita-cita Bung Karno, yakni Indonesia berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Indonesia yang tidak mau jadi darah bagi bangsa lain. “Kan demikian?” Ujar Prabowo.
Airlangga menilai Prabowo hanya setengah-setengah atau parsial dalam melihat fenomena figur Bung Karno di PDIP. Karena, kata dia, tidak ada wacana, retorika dan pola komunikasi politik yang menekankan Sukarno milik PDIP saja.
“Tapi kembali lagi seperti yang saya utarakan, bahwa partai politik yang tegas-tegas mengusung gagasan dan ajaran Sukarno sebagai artikulasi ideologis memang hanya PDI Perjuangan. Itu hal yang berbeda dengan memahami bahwa bagi PDI Perjuangan Sukarno hanya miliknya saja,” kata penulis buku berjudul Merahnya Ajaran Bung Karno: Narasi Pembebasan Ala Indonesia itu.
Peneliti Sukarno, Kuncarsono Prasetyo, berpendapat, sebagai presiden, Bung Karno memang milik semua partai politik. Tetapi sebagai ideolog, Sukarno hanya mendirikan satu partai, yakni Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927. Dalam perjalannya, PNI fusi jadi PDI, dan berubah menjadi PDIP.
“Jadi yang paling relevan mengklaim melanjutkan ideologi Bung Karno ya PDIP. Ini kenyataan sejarah, suka tidak suka demikian faktanya,” kata Kuncarsono.
Menurut Kuncarsono, sebagai partai politik pewaris ideologi Sukarno, di dalam tubuh PDIP cukup lengkap. Misalnya, Marhaenisme ditulis di konstitusi partai. “Ideolog Marhaenisme profesional juga ada di struktur partai, contohnya Ahmad Basarah. Plus anaknya Bung Karno (Megawati Soekarnoputri) memimpin partai,” kata Kuncarsono.
Pilihan Editor: 6 Poin Pidato Prabowo di Rakornas PAN: Dari Mahar hingga Jangan Ganggu Bila Tak Mau Kerja Sama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini