Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno akan mempelajari terlebih dahulu kasus pembatalan terhadap pameran lukisan karya Yos Suprapto di Galeri Nasional Jakarta. Sebab ia masih sibuk dengan urusan lainnya saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Harus dipelajari dulu (kasus pembatalan tersebut)," kata Pratikno kepada awak media di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Senin, 23 Desember 2024. "(Sekarang) masih urusin bencana terus.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pratiko sama sekali tak menjawab pertanyaan awak media mengenai ada atau tidak adanya laporan dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon kepadanya tentang pembatalan pameran lukisan karya Yos Suprapto tersebut. Ia hanya mengatakan dirinya akan segera mencari informasi mengenai pembatalan pameran tunggal itu.
Kasus ini berawal ketika Yos Suprapto hendak mengadakan pameran atas karya-karya seni rupa miliknya bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" di Galeri Nasional Jakarta. Pameran itu rencananya dibuka pada Kamis malam, 19 Desember 2024. Tapi beberapa menit sebelum pembukaan pameran, pintu kaca Galeri Nasional tiba-tiba digembok dan lampu di gedung itu dimatikan.
Yos Suprapto mengatakan penyebab pembatalan pameran tersebut karena kurator yang ditunjuk oleh Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima dari 30 lukisannya agar diturunkan dari lokasi pameran. Tapi Yos Suprapto menolaknya.
Lima lukisan tersebut berhubungan dengan salah satu tokoh di Indonesia. Gambar pada lima lukisan itu identik dengan penggambaran Presiden ke-7 Joko Widodo.
Yos Suprapto yang dikonfirmasi mengtakan tidak ada yang salah dengan karya-karyanya yang akan dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta tersebut. "Pameran saya yang bertajuk Kebangkitan Tanah dan Kedaulatan Pangan jelas sekali mengusung isu-isu sosial yang saya rangkum dalam bentuk visual. Bagi saya isu sosial itu tidak bisa dipisahkan dari hukum sebab-akibat seperti halnya ilmu eksakta," ujar Yos Suprapto di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Desember 2024.
Adapun Suwarno Wisetrotomo mengatakan dirinya memutuskan untuk mundur karena tidak sepakat dengan Yos terhadap karya-karya yang akan dipamerkan tersebut. “Menurut pendapat saya, ada dua karya yang terdengar seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektif,” kata Suwarno melalui pernyataan resminya, Jumat, 20 Desember 2024.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menanggapi tudingan pembungkaman terhadap berekspresi tersebut. Ia membantah adanya pembungkaman terhadap pameran lukisan karya Yos Suprapto itu.
“Tidak ada pembungkaman, tidak ada beredel. Kami ini mendukung kebebasan berekspresi," kata Fadli di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat malam, 20 Desember 2024.
Politisi Partai Gerindra ini mengklaim pembatalan pameran itu terjadi karena ada lukisan Yos Suprapto yang dinilai melenceng dari tema dan memuat unsur politik. Fadli juga menilai ada lukisan Yos yang bersifat tidak senonoh karena menggambarkan obyek telanjang dan sedang bersetubuh.
Alif Ilmah Fajriadi dan Ikhsan Reliubun berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor : Ancaman Demokrasi Semu di Era Prabowo