Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Problem AKBRI dan targetnya

Dalam kurikulum baru akabri ada kasus studi penyimpangan perwira abri dari sapta marga. direncanakan satu pembina bagi siswa sma yang akan masuk akabri agar target hankam terpenuhi.(pdk)

27 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN latar belakang armada TNI-AL, di Dermaga Madura, Surabaya, 215 perwira muda dilantik. Mereka, dari keempat angkatan, adalah lulusan Akabri angkatan 1978/79. Upacara pekan lalu itu sendiri berjalan singkat dan sederhana. Tak ada para de kekuatan militer, tak ada demonstrasi ketentaraan. Hanya ada drum band Akabri yang mengumandangkan lagu-lagu perjuangan menyambut Kepala Negara. Suasana itu seperti mencerminkan, Akabri kini tengah berbenah. Dari dua kali penelitian yang dilakukan Markas Komando Akabri, 1978-79 dan 1980-81, diperoleh kesimpulan bahwa mutu perwira lulusan Akabri sejak 1969 menurun. Ya, kemampuan akademisnya, kualitas kepemimpinannya, bahkan semangat juangnya. Ditemukan dari penelitian itu, misalnya, banyak perwira muda tak suka lagi crew cut. Pun mereka lebih senang memakai sepatu luar negeri daripada sepatu pembagian tentara. Juga besar tuntutan para perwira itu terhadap tersedianya fasilitas untuk menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, agak kurang kreativitas mereka dalam merampungkan tugas dengan fasilitas terbatas (TEMPO. 30 Mei 1981). Maka kurikulum baru--yang dalam Rapim ABRI terakhir di Bandung disinggung -- mulai tahun kuliah 1983/ 1984 akan diterapkan Menurut Sekretaris Pembenah rikulum, Kol L.E. Siagian, Taruna Akabri akan dituntut lebih banyak bergaul dengan buku. Ini menyangkut ketrampilan berbahasa Inggris, menulis laporan, dan berdiskusi. Juga akan ditingkatkan soal pokok latihan memikul tanggungjawab dan penanaman kepercayaan diri. Dan para taruna akan selalu mendapat pelajaran peralatan perang mutakhir yang dimiliki ABRI . Target Hankam Danjen Akabri Letjen Henuhili menceritakan kepada TEMPO, dalam kuliah pembinaan mental Sapta Marga akan diadakan "program studi kasus." Kurikulum lama pun memberikan studi kasus itu, "hanya mungkin belum mendapat jam kuliah yang pasti," kata Kol Siagian pula. Kuliah studi kasus membahas mengapa terjadi penyelewengan Sapta Marga oleh sejumlah perwira. "Misalnya, mengapa seorang letkol sampai memberikan dokumen kepada orang Rusia itu. Mengapa ada perwira korupsi. Mengapa ada perwira memukuli tahanan," tutur Sekretaris Pembenahan Kurikulum itu . Kol. Siagian sehari-hari menjabat Asisten Danjen Akabri bidang Penelitian dan Pengembangan. Dia juga menganggap penting hal penyeragaman bahan referensi, metoda perkuliahan di keempat bagian Akabri. "Selama ini memang belum seragam," katanya pula. Yang tak secara langsung berkait dengan kurikulum, tapi dianggap sangat penting, lalah soal penerimaan calon taruna. Selama ini selalu tercatat jumlah calon taruna yang lulus tes Akabri di bawah target Hankam. Dari angkatan yang dilantik pekan lalu itu (215 perwira) target Hankam 400. Juga angkatan berikutnya, 1979/80 dari sekitar 7 ribu pelamar, hanya diterima 457, sedang target Hankam 910 perwira. Tahun berikutnya, dari 9 ribu lebih pelamar diterima 527, sementara ada perubahan target Hankam hanya 505. Dan tahun 1981/X2, ada 13 ribu lulusan SMA yang mendaftar ke Akabri, tapi diterima hanya 593, di bawah target Hankam sendiri 600 perwira dari angkatan tersebut. Seperti biasa, sejumlah taruna berguguran di tengah kuliah, atau tak lulus pada waktunya. Menurut Kepala Dinas Penerangan Akabri, Kol Soetikno, rata-rata sekitar 10% yang gugur atau tak lulus pada waktunya. Akabri pun tak bisa lepas sama sekali dari kualitas lulusan SMA kini. Dan kini, agar calon taruna yang lulus tes sesuai dengan target Hankam, Danjen. Henuhili punya rencana mengikutsertakan Muspida dan Kodim atau Kores setempat. Enam bulan sebelum pendaftaran masuk Akabri, diharapkan Muspida, Kodim dan Kores menjelaskan kepada siswa SMA ang berminat masuk Akabri, apa saja yang diperlukan anak-anak itu menyiapkan diri. "Selama ini semacam bimbingan itu sudah ada, tapi belum aktif benar," tutur Kol. Siagian. Seperti diceritakan Henuhili, sebaiknya taruna Akabri datang dari berbagai daerah lain ini masih sulit sekali diwujudkan, tapi diharapkan tercapai dengan cara bimbingan penerimaan yang diusulkan tadi. Cara lain ialah dengan program matrikblasi, yang telah dicoba dua kali-tahun 1978 dan 1981. Sejumlah pelamar yang telah lulus tes nonakademis (tes kesehatan, ketahanan jasmani antara lain), tapi gugur dalam tes akademis kemudian dibina Akabri. Menurut Kol. Siagian, mereka kerpudian dengan mudah lulus tes calon taruna, bahkan terbukti lebih mudah menLuasai perkuliahan dibandingkan dengan mereka yang tldak lewat program matrikulasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus