DENGAN latar belakang armada TNI-AL, di Dermaga Madura,
Surabaya, 215 perwira muda dilantik. Mereka, dari keempat
angkatan, adalah lulusan Akabri angkatan 1978/79.
Upacara pekan lalu itu sendiri berjalan singkat dan sederhana.
Tak ada para de kekuatan militer, tak ada demonstrasi
ketentaraan. Hanya ada drum band Akabri yang mengumandangkan
lagu-lagu perjuangan menyambut Kepala Negara. Suasana itu
seperti mencerminkan, Akabri kini tengah berbenah.
Dari dua kali penelitian yang dilakukan Markas Komando Akabri,
1978-79 dan 1980-81, diperoleh kesimpulan bahwa mutu perwira
lulusan Akabri sejak 1969 menurun. Ya, kemampuan akademisnya,
kualitas kepemimpinannya, bahkan semangat juangnya.
Ditemukan dari penelitian itu, misalnya, banyak perwira muda tak
suka lagi crew cut. Pun mereka lebih senang memakai sepatu luar
negeri daripada sepatu pembagian tentara. Juga besar tuntutan
para perwira itu terhadap tersedianya fasilitas untuk
menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, agak kurang kreativitas
mereka dalam merampungkan tugas dengan fasilitas terbatas
(TEMPO. 30 Mei 1981).
Maka kurikulum baru--yang dalam Rapim ABRI terakhir di Bandung
disinggung -- mulai tahun kuliah 1983/ 1984 akan diterapkan
Menurut Sekretaris Pembenah rikulum, Kol L.E. Siagian, Taruna
Akabri akan dituntut lebih banyak bergaul dengan buku. Ini
menyangkut ketrampilan berbahasa Inggris, menulis laporan, dan
berdiskusi. Juga akan ditingkatkan soal pokok latihan memikul
tanggungjawab dan penanaman kepercayaan diri. Dan para taruna
akan selalu mendapat pelajaran peralatan perang mutakhir yang
dimiliki ABRI .
Target Hankam
Danjen Akabri Letjen Henuhili menceritakan kepada TEMPO, dalam
kuliah pembinaan mental Sapta Marga akan diadakan "program studi
kasus." Kurikulum lama pun memberikan studi kasus itu, "hanya
mungkin belum mendapat jam kuliah yang pasti," kata Kol Siagian
pula.
Kuliah studi kasus membahas mengapa terjadi penyelewengan Sapta
Marga oleh sejumlah perwira. "Misalnya, mengapa seorang letkol
sampai memberikan dokumen kepada orang Rusia itu. Mengapa ada
perwira korupsi. Mengapa ada perwira memukuli tahanan," tutur
Sekretaris Pembenahan Kurikulum itu .
Kol. Siagian sehari-hari menjabat Asisten Danjen Akabri bidang
Penelitian dan Pengembangan. Dia juga menganggap penting hal
penyeragaman bahan referensi, metoda perkuliahan di keempat
bagian Akabri. "Selama ini memang belum seragam," katanya pula.
Yang tak secara langsung berkait dengan kurikulum, tapi dianggap
sangat penting, lalah soal penerimaan calon taruna. Selama ini
selalu tercatat jumlah calon taruna yang lulus tes Akabri di
bawah target Hankam. Dari angkatan yang dilantik pekan lalu itu
(215 perwira) target Hankam 400.
Juga angkatan berikutnya, 1979/80 dari sekitar 7 ribu pelamar,
hanya diterima 457, sedang target Hankam 910 perwira. Tahun
berikutnya, dari 9 ribu lebih pelamar diterima 527, sementara
ada perubahan target Hankam hanya 505. Dan tahun 1981/X2, ada 13
ribu lulusan SMA yang mendaftar ke Akabri, tapi diterima hanya
593, di bawah target Hankam sendiri 600 perwira dari angkatan
tersebut.
Seperti biasa, sejumlah taruna berguguran di tengah kuliah,
atau tak lulus pada waktunya. Menurut Kepala Dinas Penerangan
Akabri, Kol Soetikno, rata-rata sekitar 10% yang gugur atau tak
lulus pada waktunya.
Akabri pun tak bisa lepas sama sekali dari kualitas lulusan SMA
kini. Dan kini, agar calon taruna yang lulus tes sesuai dengan
target Hankam, Danjen. Henuhili punya rencana mengikutsertakan
Muspida dan Kodim atau Kores setempat. Enam bulan sebelum
pendaftaran masuk Akabri, diharapkan Muspida, Kodim dan Kores
menjelaskan kepada siswa SMA ang berminat masuk Akabri, apa
saja yang diperlukan anak-anak itu menyiapkan diri. "Selama ini
semacam bimbingan itu sudah ada, tapi belum aktif benar," tutur
Kol. Siagian.
Seperti diceritakan Henuhili, sebaiknya taruna Akabri datang
dari berbagai daerah lain ini masih sulit sekali diwujudkan,
tapi diharapkan tercapai dengan cara bimbingan penerimaan yang
diusulkan tadi.
Cara lain ialah dengan program matrikblasi, yang telah dicoba
dua kali-tahun 1978 dan 1981. Sejumlah pelamar yang telah lulus
tes nonakademis (tes kesehatan, ketahanan jasmani antara lain),
tapi gugur dalam tes akademis kemudian dibina Akabri. Menurut
Kol. Siagian, mereka kerpudian dengan mudah lulus tes calon
taruna, bahkan terbukti lebih mudah menLuasai perkuliahan
dibandingkan dengan mereka yang tldak lewat program matrikulasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini