Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pameran lukisan perupa senior Yogyakarta, Yosef "Yos" Suprapto, yang bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan terpaksa dibatalkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan ini diambil oleh Galeri Nasional Indonesia setelah ada ketidaksepakatan antara seniman dan kurator mengenai beberapa lukisan yang dipamerkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semula, pameran dijadwalkan berlangsung mulai 20 Desember 2024. Namun Galeri Nasional Indonesia membatalkan beberapa menit sebelum pembukaan pada Kamis malam, 19 Desember 2024.
Pembatalan pameran lukisan ini terkait pintu Galeri Nasional tetap terkunci hingga malam pembukaan. Hal ini tentu menimbulkan kekecewaan bagi para pengunjung yang telah hadir menunggu acara dimulai.
“Galeri Nasional Indonesia dan Yos Suprapto telah menjalin hubungan yang erat sejak awal tahun 2000, dan kami terus berkomunikasi serta berkoordinasi dengan beliau untuk memastikan bahwa kondisi ini akan dikoordinasikan kembali agar dapat terus bekerja sama secara konstruktif di masa depan,” demikian tulisan dalam salah satu unggahan instagram @galerinasional.
Pameran yang semula diharapkan akan memberikan wawasan tentang kerusakan lahan akibat pupuk sintetis dan pentingnya kedaulatan pangan di Indonesia, terhenti setelah adanya perselisihan antara Yos Suprapto dan kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo.
Beberapa lukisan yang menggambarkan kritik terhadap praktik kekuasaan dianggap tidak sesuai dengan tema pameran oleh kurator. Permintaan Suwarno untuk menurunkan lima lukisan yang berhubungan dengan tokoh-tokoh Indonesia menyebabkan ketegangan, yang berujung pada pengunduran diri Suwarno sebagai kurator.
Meski sempat ada kompromi dengan penutupan beberapa lukisan menggunakan kain hitam, proses mediasi yang dilakukan Galeri Nasional tidak mencapai kesepakatan. Sebagai akibatnya, pihak Galeri Nasional memutuskan untuk menunda pameran.
“Saya rasa itu ekspresi kurator yang takut secara berlebihan,” kata Eros Djarot, sutradara film sekaligus pemberi sambutan dalam acara pembukaan pameran.
Profil Galeri Nasional Indonesia
Galeri Nasional Indonesia adalah lembaga seni yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Didirikan dengan tujuan untuk menjadi pusat seni visual yang mencakup berbagai karya seni dari seniman Indonesia maupun internasional, Galeri Nasional juga berfungsi sebagai tempat edukasi budaya bagi masyarakat.
Galeri ini memiliki ruang pamer yang luas, serta menyelenggarakan berbagai pameran lukisan hingga instalasi yang tetap dan temporer untuk mendukung pengembangan seni di Indonesia. Sejarah galeri ini cukup panjang dalam mendukung seniman dan karya-karya seni Indonesia.
Penurunan lukisan karya pelukis Yos Suprapto yang batal dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, Senin, 23 Desember 2024. TEMPO/Subekti.
Sebagai institusi yang penting dalam dunia seni, Galeri Nasional bertanggung jawab dalam menyediakan ruang bagi karya-karya seni yang menggugah dan menyentuh berbagai isu penting, baik di tingkat lokal maupun global.
Hingga artikel ini ditulis, akun instagram resmi @galerinasional masih menyatakan “Tutup Sementara” dalam profilnya. Situs web resmi Galeri Nasional pun sedang dalam pengembangan, sehingga belum ada keterangan resmi mengenai kapan pastinya galeri akan dibuka kembali.
Harga Tiket dan Fasilitas
Dikutip dari Antara, sejak 1 September 2024, Galeri Nasional Indonesia memberlakukan sistem tiket terpisah untuk pameran tetap dan temporer. Berikut adalah tarif tiket masuk untuk pengunjung.
- Anak usia 3-12 tahun: Rp10.000
- Dewasa: Rp20.000
- Warga Negara Asing (WNA): Rp50.000
- Anak di bawah 3 tahun dan dewasa di atas 60 tahun: Gratis
Namun, bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana di kawasan Galeri Nasional tanpa memasuki ruang pameran, tidak ada biaya yang dikenakan. Pengunjung dapat melakukan registrasi dan pembayaran tiket secara langsung di lokasi antara pukul 09.00 hingga 18.00 WIB. Pembayaran non-tunai lebih disarankan, meskipun pembayaran tunai juga diterima selama masa adaptasi.
Iwan Kurniawan dan Bambang Bujono turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Bonnie Triyana Soal Pameran Yos Suprapto: Seni Multitafsir, Biarkan Publik yang Menilai