INI kabar unik dari Kabupaten Lombok Barat: sebuah puskemas ditutup gara-gara diteror. Selama enam hari hingga Jumat pekan lalu, puskesmas Gunungsari tidak menerima pasien alias tutup. Para dokter dan perawat cemas dan takut oleh teror yang dilakukan anggota Forum Komunikasi Masyarakat Gunungsari, sebuah LSM.
Menurut Laily Indrayani, kepala puskesmas itu, selain mengancam lewat telepon, "Mereka juga berteriak-teriak di depan puskesmas dan melakukan intervensi jika ada pasien datang," ujarnya Jumat pekan lalu. Karena takut, perawat dan dokter tidak mau bertugas di sana lagi.
Munculnya teror, kata Laily, bermula ketika Hamdan, warga Gunungsari, meninggal setelah dirawat di puskesmas, Oktober silam. Versi Laily, penderita sesak napas itu tidak kooperatif dan memaksa pulang ketika diobati. Selain itu, mutasi tiga perawat ke Kantor Dinas Kesehatan Lombok Barat yang terjadi beberapa waktu lalu juga ikut menjadi penyebabnya. "Di antaranya ada yang mengadu ke FKMG," ujarnya.
Penutupan puskesmas itu tentu saja berdampak buruk bagi warga setempat. Menurut Laily, setiap malam rata-rata 4 orang berobat dan 3 orang menjalani rawat inap. Kendati mendapat jaminan keamanan dari Kapolsek Gunungsari Inspektur Polisi Dua Murni, para perawat dan dokter menolak bertugas karena masih trauma.
Benarkah demikian? Menurut Ketua FKMG, Fauzan Halid, penutupan itu terkait dengan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas itu ke DPRD. "Selain karena kasus meninggalnya Hamdan, warga juga mengadukan tingginya tarif rawat inap yang tidak sesuai dengan peraturan," katanya. Fauzan memberi contoh, biaya perawatan yang mestinya hanya Rp 45 ribu dalam prakteknya Rp 95 ribu. Tambahan biaya itu diakui Laily. "Puskesmas harus membayar langganan air, listrik, dan cleaning service," katanya.
Hingga Sabtu pekan lalu belum ada keputusan dari Pemda Lombok Barat terhadap nasib puskesmas itu.
Prasidono L., Johan Budi S.P., dan Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini