Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria. Menggunakan biosensor, jenis parasit malaria akan dibedakan sesuai warna. “Sebelumnya deteksi cepat malaria berbasis protein, mekanismenya mirip rapid test untuk Covid-19,” kata Muhammad Dzul Fakhri, Sabtu 25 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahasiswa jurusan Kimia angkatan 2019 itu bersama dua rekannya dari Biologi, Maha Yudha Samawi dan Bilqis Naura Safira Rizam itu meraih juara pertama karya tulis dan Fetival Ilmiah di Universitas Sebelas Maret. Mereka menawarkan cara baru memeriksa sampel darah pasien untuk menentukan jenis malarianya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang kami rancang itu ada kertas yang jika diteteskan sampel darah pasien akan berubah warna,” ujar Dzul.
Tim yang dinamakan Mahabidzul itu mengangkat topik berjudul Pengembangan Biosensor Berbasis Toehold Switch untuk Determinasi Patogen Penyebab Malaria secara Cepat dan Akurat sebagai Perwujudan Program SDGs 2030.
Menurut Dzul, malaria secara umum dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan parasitnya yakni Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium Malariae, Plasmodium Falciparum, dan Plasmodium Knowlesi. Struktur DNA pada setiap parasit malaria itu yang ingin dideteksi sehingga diketahui jenisnya.
Merujuk panduan Kementerian Kesehatan, penentuan jenis malaria terkait erat dengan pengobatan yang berbeda-beda. “Kalau jenis malaria dan pengobatannya salah dikhawatirkan jadi resisten dan lain-lain,” katanya. Pada awalnya, dokter yang memeriksa apakah seseorang terkena malaria atau tidak kemudian sampel darahnya diperiksa di laboratorium.
Tim ITB merancang alat pemeriksa sampel darah pasien yang begejala malaria itu bisa mengeluarkan hasil pemeriksaan dalam kurun waktu antara satu hingga dua jam. Adapun harga pemeriksaan deteksinya dari hasil riset peneliti sebelumnya, berkisar dari Rp 5 ribu hingga 50 ribu per kit test. Namun begitu, sejauh ini tim baru membuat rancangan alat deteksi itu pada topik makalah.
Dzul mengatakan untuk pengujian alat masih perlu beberapa tahapan lagi. Bagian yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan sampel darah pasien malaria sebagai bahan pengujian alat. Mereka berharap alat itu bisa dikembangkan untuk menolong pasien malaria yang kasusnya di Indonesia sejak 1900 hingga kini masih ada.