Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sebuah Loji Di Tepi Danau

Loji tondano di Minahasa, benteng bersejarah yang memberikan bentuk arsitektur khas Sul-ut telah dibongkar untuk kantor bupati. Sementara ada pihak yang merasa kehilangan atas pembongkaran itu. (dh)

28 April 1979 | 00.00 WIB

Sebuah Loji Di Tepi Danau
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MEMUGAR bangunan bukan satu-satunya cara bagi Bupati Minahasa BG Lapian untuk menghayati sejarah. Tak heran satu benteng berumur lebih 100 tahun (terletak di tepi danau Tondano, dan karenanya populer dengan sebutan loji Tondano), dibongkarnya pertengahan Maret lalu. Loji itu persisnya berdiri sejak 1840. Hampir semua rumah kayu di daerah kota maupun pedesaan di Kabupaten Minahasa mencontoh bentuk arsitektur benteng tersebut. Bisa dimaklum ia menjadi salah satu ciri paviliun Sulawesi Utara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Di samping menjadi model bangunan Lapangan Udara Sam Ratulangi dan Gedung PameranDepartemen P&K di Manado. Terletak di halaman seluas 80 x 110 meter loji itu berukuran 20 x 30 meter. Berdiri di atas beton cor setinggi 110 Cm. Kayu yang digunakan kayu wasian, sejenis cempaka. Melihat papan-papannya yang panjang lebar, diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. Bagian fondasi terbuat dari kayu besi. Barangkali itulah sebabnya benteng itu bertahan dari waktu ke waktu. Sebelum dibongkar loji itu dijadikan markas Kodim Minahasa. Sebelumnya ditempati Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kemudian berkemban menjadi IKIP Manado. Universitas Pinaesaan sebagai perguruan tinggi pertama di Sulawesi Utara diresmikan berdirinya di bangunan ini pada 1953. Bangunan ni memang bersejarah. Para pejabat pemerintah Belanda dan Jepang dulu, maupun para pejabat Indonesia kemudian, menjadikan loji ini sebagai tempat upacara-upacara penting. Tak ayal pembongkarannya pertengahan bulan lalu mengundang reaksi kalangan yang menganggap penting bangunan tersebut sebagai peninggalan sejarah. Nyonya Watuseke Politon, Ketua Yayasan Universitas Pinaesaan, sebelumnya telah menghimbau para wakil rakyat di DPRD Kabupaten Minahasa untuk mencegah pembongkarannya. Niat Bupati Lapian tampaknya tak bisa ditawar-tawar. Lalamentik, Kepala Sub Direktorat Sosial Politik Kantor Bupati mengatakan akhir tahun lalu Bupati bertemu dengan pimpinan DPRD berikut pimpinan Komisi dan fraksi-fraksinya. "Rencana membangun kantor bupati disetujui di lokasi loji (benteng) yang diributkan ini," kata Lalamentik yang katanya berbicara atas nama Bupati. Mau Apa Lagi Di tempat yang sebelumnya berdiri peninggalan sejarah itu memang direncanakan dibangun kantor bupati. Loji itu sendiri akan dibangun lagi di tempat lain sekitar 300 meter dari tempat semula. "Justru karena ingin mempertahankan nilai-nilai historis Pemerintah Daerah Tingkat II Minahasa membangun kantor bupati di tempat itu sebagai pusat pemerintahan daerah ini seperti yang menjadi tradisi Loji Tondano," Lalamentik menambahkan. Ny. Watuseke tidak memahami maksud Bupati. Empat hari sesudah pembongkaran dimulai, ia kembali menghubungi DPRD. Juga sejumlah surat kawat dikirim kepada Presiden, Menteri P&K dan Gubernur Willy Lasut. Semuanya dengan maksud agar pembongkaran tidak dilanjutkan. Akhir Maret nyonya ini bertemu Bupati. Rencana Bupati tidak berubah. Apa yang akan dilakukan Ny. Watuseke selanjutnya belum diketahui. Kepada TEMPO ia mengemukakan rasa prihatin karena didengarnya desas-desus yang menuding usahanya menghalangi pembongkaran benteng Tondano "ada yang mendalangi." Ia tak tahu apa maksud mendalangi di situ. "Obyek saya adalah loji. Himbauan saya, selamatkanlah loji Tondano itu. Kembalikan bangunan itu di tempat semula. Keinginan saya tak lebih dari itu." Menurut sumber di perwakilan Departemen P&K Minahasa, status pemilikan loji itu selama ini memang belum berada pada P&K. Tapi bahwa benteng tadi bernilai sejarah tak disangkal oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen P&K Sulawesi Utara Takaendengan. "Mau apa lagi, bangunan itu sudah dibongkar," kata Takaendengan, "sekiranya benteng itu belum dibongkar, tentu saja kami mempunyai suara lain."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus