Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sejarah Kabupaten Wonosobo, Ini Peran Pangeran Diponegoro

Wilayah di Wonosobo ini menjadi salah satu basis pertahanan pasukan yang mendukung Pangeran Diponegoro.

24 Juli 2024 | 21.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pangeran Diponegoro. ikpni.or.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah Kabupaten Wonosobo memiliki keterkaitan erat dengan kisah tiga pengembara yang datang ke wilayah ini pada awal abad ke-17. Mereka adalah Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik. Begitulah prolog berdirinya Kabupaten Wonosobo yang disebut pada 24 Juli 1825.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketiga tokoh ini kemudian memilih tempat tinggal yang berbeda-beda: Kyai Kolodete menetap di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim memilih bermukim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik menetap di wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo. Dari keturunan mereka, muncul tokoh-tokoh yang kelak menjadi penguasa di sekitar Wonosobo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu cucu Kyai Karim, yaitu Ki Singowedono, mendapat hadiah dari Keraton Mataram berupa wilayah di Selomerto. Ki Singowedono kemudian diberi gelar Tumenggung Jogonegoro. Di Selomerto inilah, sejarah asal kata Wonosobo diyakini bermula.

Banyak pihak percaya bahwa kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun di Desa Polobangan, Selomerto. Dusun tersebut bernama Wanasaba dan didirikan oleh Kyai Wanasaba. Dusun kecil ini hingga kini masih ada dan menjadi tempat ziarah bagi banyak orang yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.

Peran Kabupaten Wonosobo dalam sejarah juga erat kaitannya dengan Perang Diponegoro yang terjadi antara tahun 1825-1830. Wilayah ini menjadi salah satu basis pertahanan pasukan yang mendukung Pangeran Diponegoro melawan VOC Belanda.

Beberapa tokoh penting yang berjuang di wilayah ini antara lain Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung Mangkunegaran, Gajah Permodo, dan Kyai Muhammad Ngarpah. Dalam salah satu pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan dan kemudian dianugerahi gelar Tumenggung Setjonegoro.

Tumenggung Setjonegoro memulai kekuasaannya di Ledok, Selomerto. Setelah diangkat menjadi Bupati pertama Wonosobo, ia memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan yang kini menjadi Kota Wonosobo.

Pemindahan ini diyakini terjadi pada tanggal 24 Juli 1825, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh, dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan dewan perwakilan rakyat, dalam sebuah seminar pada 28 April 1994. Oleh karena itu, setiap tanggal 24 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.

Meskipun sejarah Kabupaten Wonosobo berawal dari kisah para pengembara, perkembangan wilayah ini tidak terlepas dari pengaruh peristiwa besar seperti Perang Diponegoro. Sejarah ini menunjukkan bagaimana Wonosobo menjadi pusat kekuasaan dan pertahanan yang penting di masa lalu.

Pemindahan pusat pemerintahan ke Kota Wonosobo menandai babak baru dalam perkembangan wilayah ini, menjadikannya seperti yang dikenal saat ini. Seiring berjalannya waktu, Kabupaten Wonosobo terus berkembang dan memperingati sejarahnya yang kaya setiap tahunnya.

KARUNIA PUTRI | EIBEN HEIZIER | WONOSOBOKAB.GO.ID
Pilihan editor: 12 Oleh-oleh Khas Dieng Wonosobo yang Banyak Diburu Wisatawan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus